Brama keluar dari toilet setelah buang air kecil lalu hendak kembali ke meja tempat dia dan Bian makan siang bersama untuk merayakan kenaikan pangkatnya dan perpisahan dengan adiknya itu yang mendapat beasiswa spesialis bedah anak di Australia.
Lalu matanya tak sengaja melihat Seva yang tengah tersenyum terima kasih pada Breema karena telah membukakan pintu untuk keluar dari restauran. Brama tersenyum miring lalu melanjutkan perjalanannya menuju meja tempat dia makan.
"Tell me, jadi gimana kabar mbak-mbak itu?" Tanya Bian tiba-tiba setelah menelan kunyahan steak daging di mulutnya.
"Mbak-mbak mana?" Tanya balik Brama sambil mengiris-ngiris daging.
"Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu." Bian menyindir Brama yang hanya dibalas dengan senyum tipis.
"Barusan dia makan dari sini."
"Sumpah? Kok nggak Kakak samperin? Bukannya Kakak udah kangen akut sampai perlu dirujuk ke rumah sakit?"
"Lebay!" Brama menghentikan mengiri-iris steak dagingnya lalu menghela napas membuat Bian menoleh. "Dia sama Breema."
Bian menelengkan kepala. "Breema who?"
"Yang kemarin kecelakaan tol."
"Oh. And then?"
"And then... She looks happy. With him."
Bian ikut meletakkan garpu dan pisaunya lalu tersenyum dengan mata berbinar. "Jealous, eh?"
"E-hem." Guman Brama mengangguk sambil menyuapkan irisan steak daging ke mulutnya.
"Sumpah iki tenanan Masku? Koen nggak bujuk ta? Koen seneng ya karo deknen? Kok nggak ngomong aku sih?! (Sumpah ini beneran Kakakku? Kamu nggak bohong kan? Kamu suka ya sama dia? Kok nggak ngomong aku sih?!)" Cerca Bian kelewat semangat hingga membuat orang-orang di sekelilingnya menoleh.
"Berisik kek burung!" Semprot Brama sambil melempar serbet yang mengenai persis wajah Bian.
"Ayah tahu?" Bian masih semangat mengintrogasi kakakknya.
Brama mengangguk.
"Curang ah! Ayah aja dikasih tahu, masa aku nggak." Protes Bian melipat kedua tangannya di dada.
"Ya kalau urusan pekerjaan konsulnya ke Ayah. Kalau urusan kesehatan ya konsulnya ke kamu atau Mama. Semua punya bidang masing-masing lah."
"Terus kalau urusan cinta konsulnya sama siapa?" Kali ini Bian tidak tahan lagi untuk menggoda kakaknya itu.
"On the spot Trans7." Seloroh Brama asal yang membuat Bian terkikik.
Brama memang selalu terbuka pada Bian. Begitu sebaliknya. Dan mendengar Brama menyukai perempuan membuat Bian sangat bahagia. Bian sempat khawatir kalau kakaknya mengalami penyimpangan orientasi seksual karena selama ini tidak pernah memiliki hubungan serius dengan perempuan. Memang banyak perempuan yang singgah di hidup Brama namun hal itu hanya sebagai kamuflase dalam pencarian informasi target yang sedang dikejarnya. Selebihnya, Brama tidak perlu berpikir banyak untuk serius dalam suatu hubungan dengan lawan jenis karena pekerjaannya yang bahaya.
*
Malamnya Breema tiba di Jakarta setelah acara makan siang bersama Seva. Wajahnya terus berseri hingga membuat Linda penasaran apa yang terjadi dengan anak sambungnya itu.
"Kakak!" Seru seorang gadis muda yang sudah mengenakan pakaian tidur dari arah tangga menuju ruang tengah rumah kediaman keluarga Tjokro Sasongko.
Breema merentangkan tangan kanannya menyambut Nanma yang berlari senang ke arahnya. "Nungguin aku ya?" Tanya Breema mengelus rambut panjang Nanma yang diurai.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You but I'm Afraid
RomanceSebuah kecelakaan mobil yang maha dahsyat menimpa Breemastya Alan Sasongko hingga membawa Seva Libria menjadi saksi utama kecelakaan naas tersebut. Selama proses penyelidikan Seva banyak mendapat teror dan tekanan hingga mengharuskan adanya perlind...