"Haahhh." Brama menghela napas berat untuk kesekian kalinya membuat Joko atau yang biasa dipanggil Jack menatapnya iba.
"Lo nggak sehopeless ini kalau ada pistol persis di depan mata lo. Tapi kalau urusan cewek, bisa bikin lo nggak karuan ya." Kata Jack lalu melepas asap rokok dari mulutnya.
Lagi-lagi Brama menghela napas, menghiraukan perkataan Jack yang sedang prihatin dengan keadaannya.
"Perang belum mulai, masa lo udah nyerah aja sih, Bram? Payah ah lo."
"Gue nggak nyerah, Jack, tapi emang nggak dapet strategi perang yang jitu." Jawab Brama menggigit kentang goreng yang di depannya.
Brama dan Jack sekarang berada di sebuah restauran cepat saji di daerah Kemang. Setelah mendapati Seva bersama Breema, dengan mengakui bahwa dia adalah seorang pengecut memilih untuk kembali ke Jakarta dan langsung menuju rumah Jack yang juga seorang intel.
"Gue nggak tahu kalau ngatur strategi nangkep Ramos sang buronan FBI lebih gampang daripada dapet perhatian Seva." Tambahnya sambil mengunyah kentang goreng yang sudah lembut di dalam mulutnya.
"Lah elo nunjukkin tanda-tanda ke dia nggak? Setahu gue sih, jenis spesies kayak kita yang nggak peka kode. Kecuali kode kalau lagi grebekan haha. Karena sumpah ya, sandi rumput pas Pramuka jauh lebih mudah gue inget dan pahami daripada kodenya cewek haha." Ujar Jack menyelesaikan sisa rokoknya.
Brama ikut tersenyum mendengar candaan Jack. Dia berlari ke arah orang yang tepat untuk membantu mengurangi rasa galaunya. Biasanya dia akan langsung curhat pada adiknya namun sekarang susah karena Bian yang berada di benua berbeda.
"Dan gue tebak lo belum ngasih tanda-tanda apapun ke Seva? Benerkan gue?" Tambah Jack dengan tatapan menyelidik.
"You're right."
"Nah itu masalah lo, Bram!" Seru Jack sambil menepukkan kedua telapak tangannya, membuat Brama kaget. "Nih ya, mau sampai kiamat kurang dua hari, kalau lo nggak ngungkapin atau paling nggak ngode-ngode nyerempet, tuh cewek nggak bakal bisa lo dapetin. Walau udah diungkapin bisa juga tetep nggak dapet sih haha."
Brama melengos kesal. Dia merasa sia-sia mendengar perkataan Jack yang diawal serius namun tetap saja bercanda.
"Sompret lo!"
Jack tertawa puas. "Harusnya ungkapin aja dulu. Diterima apa nggak, urusan belakangan haha. Lo sih nyamain strategi cinta kayak strategi perang. Lo kalau perang emang kudu dirahasiain tapi kalau cinta ya kudu diungkapin, Bro." Jack berhenti sebentar untuk meminum Mocca Floatnya. "Dan bisa juga selama ini Seva mendem rasa buat lo."
"Ah, mana mungkin?"
"Mana mungkin selimut tetangga... hahaha."
"Sue!"
"Buset dah, sensinya sekarang misuh-misuh (bicara kotor/ kasar) mulu haha. Tembak, Bro, tembak. Keburu ditembak orang lain haha." Jack sangat puas menggoda atasannya itu yang terlihat galau dan kacau. Sangat berbeda dengan Brama yang terlihat tangguh dan tegas saat bersenjata.
Dari sini bisa dilihat, sehebat-hebatnya laki-laki, dia akan tetap lemah pada perempuan yang dicintainya.
"Tapi... semakin ke sini, gue malah jadi kasihan sama hidupnya Seva, Jack."
"Maksud lo?"
"Gue nggak ngerti kenapa hidupnya dia penuh dengan teka-teki dan misteri. Terlalu banyak rahasia di masa lalu Seva. Gue takut... kalau dia susah menerima hal itu." Kata Brama lebih pada dirinya sendiri dengan tatapan menerawang ke bibir piring tempat kentang gorengnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You but I'm Afraid
RomantizmSebuah kecelakaan mobil yang maha dahsyat menimpa Breemastya Alan Sasongko hingga membawa Seva Libria menjadi saksi utama kecelakaan naas tersebut. Selama proses penyelidikan Seva banyak mendapat teror dan tekanan hingga mengharuskan adanya perlind...