Suara ayam bersahut-sahutan saat menjelang subuh. Seva sudah mulai membiasakan dirinya untuk bangun bahkan sebelum terdengar azan subuh dari beberapa mushola dan masjid yang berada di sekitar vila. Dia segera bersiap untuk melaksanakan ritual paginya sebelum keluar kamar menemui Pak Koco.
Pak Koco sedang asyik bersenandung sambil sesekali bergoyang mana kala mempersiapkan sarapan pagi untuk Seva. Pak Koco adalah seorang duda berusia lima puluh empat tahun yang memiliki empat orang anak namun semuanya sudah bekerja di kota besar tepatnya bekerja untuk beberapa perusahaan milik keluarga Sasongko. Sedangkan beliau yang asli warga Bandungan memilih tetap tinggal sembari menjaga salah satu aset milik keluarga Sasongko.
"Ada yang bisa saya bantu lagi, Pak?" Seva muncul di ambang pintu dapur sambil menguncir belakang rambutnya.
"Apa ya, Mbak? Bikin wedhang aja deh, Mbak. Bisa to?" Tanya Pak Koco dengan dialek medhok.
"Kecil." Jawab Seva menjentikkan jempol dan jari kelingkingnya.
Seva menuju meja yang terdapat dispenser dan persediaan berbagai minuman dalam bentuk serbuk instan. Dia mulai menyeduh teh dengan air panas tak lupa memberi gula secukupnya. Dia membuat dua gelas, untuknya dan Pak Koco.
Selesai memasak dan menyeduh teh, Seva dan Pak Koco sarapan di ruang tengah sambil menonton televisi. Sudah sangat lama dia tidak menonton televisi di pagi hari. Terakhir yang dia ingat setiap jam setengah enam pagi disalah satu stasiun televisi ada kartun favoritnya yaitu Spongebob Squarepant. Namun ternyata sekarang sudah tidak ada. Jadilah dia menonton berita daripada acara gosip.
Mereka menikmati sarapan dengan canda gurau. Terkadang ikut mengomentari berita yang sedang panas sekarang. Pak Koco termasuk orang yang update berita sehingga Seva merasa seperti sedang mengikuti perkuliahan menonton televisi bersama beliau.
Setelah selesai sarapan mereka berpisah. Pak Koco ke belakang rumah lalu pergi ke pasar yang berada kurang lebih tiga kilometer dari vila. Sedangkan Seva memilih mandi lalu berjalan-jalan di sekitar vila.
Seva sudah mengeluarkan mobilnya dari garasi. Bermodal GPS yang selalu stand by di mobil, dia menjelajahi daerah Bandungan, Ungaran Jawa Tengah ini dengan posisi jendela mobil dibuka agar bisa merasakan langsung hawa dingin dan sejuk. Tak lupa dia menyalakan tape yang sudah dihubungkan dengan ponselnya melalui kabel USB untuk memutar lagu-lagu favoritnya. Dia sesekali bersenandung tak lupa menggerakkan kepala dan tangannya. Dia menikmati hari keenamnya berada di sini.
Seva menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang sangat sepi namun memperlihatkan hamparan luas perbukitan yang hijau dan beberapa ditumbuhi bunga mawar. Dia tersenyum lebar lalu turun dari mobil dan mengabadikan pemandangan indah itu melalui ponselnya.
Walau sebenarnya tepat saat mobil Seva keluar dari vila, ada dua mobil terus mengikutinya. Mobil pertama adalah mobil sejenis Avanza bewarna silver dan satunya SUV hitam lengkap dengan kaca gelap. Mobil Avanza mengikuti Seva dari jarak dua ratus meter di belakangnya sedangkan SUV hitam di belakang mobil Avanza tersebut dengan jarak cukup dekat.
Seorang pria keluar dari mobil SUV hitam itu. Dia mengenakan pakaian serba hitam, sarung tangan hitam, membingkai matanya dengan kacamata hitam dan topi hitam pula. Di kantong kiri jaketnya sudah disiapkan stun gun dalam posisi on dan kantong di kanannya suntikan yang berisi racun mematikan. Dalam waktu satu menit cairan yang dialirkan ke tubuh dari suntikan itu akan langsung menghentikan kerja jantung dan paru-paru seseorang yang berakibat meninggal karena terlalu banyak kadar air di paru-paru.
Dia berjalan mendekat ke arah mobil pick up Toyota Hilux orange plat L itu. Senyum miring tercetak di sudut bibirnya. Dia tidak menyangka akan semudah ini mengakhiri masa perburuan targetnya. Setelah pekerjaan ini selesai dia akan langsung menerima puluhan milyar dalam rekeningnya dan membawanya ke negara yang menjadi tujuan pelarian untuk menghilangkan jejak.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You but I'm Afraid
RomanceSebuah kecelakaan mobil yang maha dahsyat menimpa Breemastya Alan Sasongko hingga membawa Seva Libria menjadi saksi utama kecelakaan naas tersebut. Selama proses penyelidikan Seva banyak mendapat teror dan tekanan hingga mengharuskan adanya perlind...