Trois générations: your mother love your father

58 6 10
                                    

An:SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 2016!! MOHON MAAF LAHIR BATIN. yippie new story. Oiya maaf sempat menghilang lama sekali. Data A-Z ada di laptop yang rusak dan sedang diperbaiki, jd A-Z di pending dulu yaww (tukang servisnya sempet sakit dan di rawat, dan bikin lama)  Selamat membaca. Dipersiapkan untuk publish pas lebaran niy HAHAHA maafkan cerita kalau tijel.

~~

Aku bisa meraih apapun yang ingin kuraih. Kalau saja aku tidak terlalu malas untuk meraihnya. Perkenalkan, namaku Salina. Saat ini mungkin aku belum mempengaruhi dunia yang sangat semeraut ini. Tapi lihat saja saat rasa malas ku ini sirna, dunia akan ku jungkir balikan. Apakah kalian kenal Aira? Si gadis jenius itu! Aku sama sekali tidak seperti dia. Bahkan belajar di rumah hanya seminggu sekali. Oh iya, Dia tetanggaku. Hanya sebatas tetangga. Aku tak sanggup berbicara padanya, ia terlalu pintar. Ku dengar dari temanku dia sudah mulai normal di SMA. Tapi entahlah, aku tak perduli. Yang jelas yang akan kuceritakan bukanlah kisahnya. Ingat itu.

Aku meluruskan kakiku di sofa yang muat untuk dua orang. Aku baru saja pulang dari perpustakaan umum. Ah betapa pusingnya aku melihat tumpukan tumpukan buku yang tersusun rapih disana. Sungguh itu bukan tempatku. Aku hanya pergi kesana sesekali. Untuk mencari bahan untuk artikel yang ditugaskan Pak Darma, guruku yang hobi memberi tugas pada muridnya.

"Sal? Kamu udah pulang?" Kata ibuku yang turun dari tangga berdua dengan ayahku.

Mereka selalu mesra dihadapanku. Sungguh menyebalkan. Di usiaku yang ke 15 ini aku bahkan tidak memiliki mantan, dalam urusan ini aku sama dengan Aira. Kau tau mengapa? Karena aku terlalu menutup diri dari semua laki-laki. Bahkan kadang aku suka takut sendiri bila ada yang mendekatiku. Jangan kalian pikir tampangku ini yang paling jelek di sekolah. Tentu itu salah besar. Aku ada di urutan 47 dari 180 orang di angkatanku.

"Sudah dong ma.. kalau belum aku tidak ada disini!" Ucapku sambil merenggangkan otot ototku.

Kini ayahku merangkul ibuku dan mengajaknya ke luar. Paling mereka akan menonton film di bioskop. Seperti biasanya. Dan seperti biasanya juga aku di tinggal bersama oma dan opa yang juga sangat romantis dan kakakku yang tak terlalu ku pedulikan.

Aku mengambil segelas air yang baru saja ku tuang dari teko kaca dari meja makan. Airnya meluncur sempurna di tenggorokanku. Sungguh menyegarkan.

"Oma! Opa!" Aku berjalan menghampiri mereka yang sedang duduk bersama sambil bercanda tawa, mereka menoleh bersamaan. "Bolehkah aku bergabung?" Tanyaku setibanya di hadapan kedua orang tua ibuku itu.

"Hahaha tentu saja!" Jawab opa dengan suaranya yang masih mempesona.

Mereka sangat menyayangiku. Aku juga begitu. Saat kami duduk bersamaan seperti ini mereka pasti memiliki cerita menghibur. Seperti hari ini mereka bercerita tentang ayah dan ibu.

" Donna!" Panggil Opa memanggil Oma yang sedang membelai rambutku, Oma Donna menoleh "apa kau ingat kapan pertama kali Sarah jatuh cinta?" Tanyanya tiba tiba, sarah adalah nama ibuku

Nenekku sedikit berfikir "seingatku saat ia kelas satu SMA.." jawab nenekku "dan aku masih ingat cinta pertamanya adalah Danny! HAHAHAHA aku sungguh tidak menyangka mereka berjodoh setelah terpisah jarak yang dan waktu yang cukup lama..." kisahnya

Mereka terus tertawa saat mengisahkan ulang kisah cinta ibu dan ayahku. Bahkan sepertinya mereka jadi lupa kalau ada aku disini, duduk diantara mereka berdua. Lama lama telingaku panas mendengar kenangan manis itu. Kakek mengungkap bahwa ia sering mengusir ayah saat ia mendatangi rumahnya, dan ibu selalu menangis setelahnya.

"Sarah sangat mencintai Danny!" Ungkap Oma pada Opa, sambil tersenyum manis.

Apa kisah cinta benar benar se dramatis itu? Ah mana aku tau, jatuh cinta saja belum pernah. Jadi aku memutuskan untuk pergi.

"Salina kamu sudah kelas berapa ya?" Tanya Opa tiba tiba saat aku hampir menaiki tangga

"Satu SMA" jawabku apa adanya

"Apa kau sudah punya pacar?"

Aku menggeleng.

"Adi.." Oma memperingati Opa. Ya oma memang faham dengan problematikaku saat ini.

Aku langsung saja menaiki tangga ini. Sebenarnya aku malas sekali naik ke atas, ke kamarku. Area lantai 2 sedang dikuasai kakakku, Shahan dan kawan-kawannya yang tampak mengerikan di mataku. Ya mereka semua laki laki aka cowo aka boys aka calon bapak bapak. Tapi sayangnya aku sudah terlanjur sampai di tangga paling atas.

Aku berjalan melintasi mereka, seperti rusa di antara gerombolan singa. Semua perhatian tertuju padaku. Shit ucapku dalam  hati. Berpasang pasang mata disana mengikuti langkahku, tentu saja kecuali sepasang mata disana. Mata kakakku. Kalian tau mengapa mereka melakukan itu. Ini horor btw.

6 Juli 2016 (idul fitri)

Three GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang