Trois Génération: Her cousin not so bad

23 1 0
                                    

Pagi ini aku akan mengantar Alana pulang ke rumahnya, tentu saja dengan berjalan kaki demi memotong jalan, sebenarnya karena emang gak ada kendaraan sih. Kita sudah sama sama melupakan kejadian kemarin, dan semoga saja gak terjadi lagi.

Baru sampai di halaman rumah Alana, tante Hapsari sudah rapih dan menghampiri Alana, mengajak pergi ke arisan keluarga. Alana langsung masuk dan berganti pakaian.

"Yaudah tante aku pulang dulu aja.." pamitku

"Eh jangan..ikut aja ke arisan, pasti banyak sepupu Alana yang datang, mereka seumuran sama kalian, pasti nyambung deh kalo ngobrol bareng!" Cegah tante Hapsari

"Eh engga ah tante, kan aku bukan.." omongku terpotong

"Bukan apa? Kamu kan udah kayak anak tante, jadi kita keluarga..kamu gak ada acara kan?" Wah senangnya dianggap keluarga oleh tante Hapsari.

Aku menggeleng, lalu menunduk melihat apa yang sedang aku kenakan, blus hitam polos dan flare skirt selutut berwarna hitam yang sama. Tidak terlalu buruk. Kami segera berjalan menuju taksi yang telah di pesan sebelumnya.

Orang tua Alana bercerai 2 tahun lalu, dengar dengar dari obrolan ayah dan ibu, mereka berpisah karena ayah Alana selingkuh dengan teman sekantornya. Tapi entahlah, aku belum mengerti urusan cinta orang dewasa. Semenjak perceraiannya, tante Hapsari harus kembali pergi bekerja, kantornya berada 60 Km dari rumah, jarak yang lumayan kan, dan ia bekerja dari pukul 9 hingga 5 sore, jadi ia selalu pulang malam dan sering menitipkan Alana di rumahku, sebab itu kami sangat dekat.

Rumah Nenek Alana ada di kawasan Kebon Jeruk, agak jauh, makannya perjalanannya agak lama. Sekarang aku sudah bisa membayangkan aku akan jadi secanggung apa nanti. Buruk. Mengerikan. MENGAPA AKU DISINI?

"Sal? Kok diem sih?" Tanya Alana yang ternyata dari tadi memperhatikanku.

"Ng.." aku bingung mau jawab apa, tak mungkin mengatakan yang sejujurnya

"Nanti gue kenalin sama sepupu gue, ganteng.. semoga lu suka.."bisiknya di telingaku, apa aku suka?

"Hah..palingan entar gue keburu parno kayak pas ketemu cowok cowok lain..."bisikku balik

"Huh masalah yang tak pernah terpecahkan...lu mau punya pacar ga sih?" Bisiknya lagi, kenapa jadi main bisik bisikan?

"Umm..mau kali..tapi masalah ya itu!" Bisikku di telinganya

"Lu tuh banyak yang naksir, cuma lu kayak gitu.. di deketin dikit kabur, cowok tuh bukan monster bebih.. gausah takut! Mungkin sekarang cowok cowok di sekolah mulai berfikir kalau lu anak aneh! Kayak cowok cowok kelas kita! Lu mau kayak gitu?" Bisik Alana panjang lebar, membuatku berpikir.

Semua laki laki di kelasku menyebutku perempuan lesbi, karena antipati banget sama laki laki, mereka gak tau kalau mereka itu mengerikan di mataku! Trauma ini terjadi pada saat aku sd, waktu itu aku diantar jemput oleh tukang ojek langganan mama, dia baik sama aku, tapi setelah beberapa bulan nganter jemput aku, dia terlibat kasus pembunuhan janda muda. Dan itu membuatku berfikir kalau laki laki di luaran yang tampak baik belum tentu juga baik kelakuan dan sifatnya. Dan sejak itu aku mulai waspada pada semua laki laki, tapi aku malah kebablasan, aku jadi risih bila berada di dekat laki laki, aku jadi antipati. Memang konyol, tapi kejadian kemarin saat Nando hampir "mengeksekusi" Alana, membuatku makin ngeri.

"Terus gue harus gimana Al.."bisikku lagi

"Ya berubah lah! Simple kok.. jangan takut sama cowok, gitu doang!" Bisiknya

Tante hapsari hanya melirik sedikit pada kami, dia sedang sibuk main ponsel. Biasa ibu-ibu, mencari kabar paling hangat, atau belanja online via facebook.

Three GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang