Aku merebahkan tubuhku di kasur, setelah 8 jam belajar di sekolah bersama guru guru yang entah mengapa tak pernah mengajar dengan menyenangkan menurutku. Aku sekedar mengecek ponselku, dan melihat ada 20 notifikasi untuk LINE. Dan 12 pesan diantaranya ternyata dari Barry:
Sal?
Ini bener Salina kan?
Kok gak dibales sih...
WOY ANJIR SI SALINA NGERJAIN GUE YAK?!
Perasaan salina bawa hp tadi
Sal serius ini lo bukan
Kenapa display namenya Alicia.
Ini gak lucu.
Kalo ini ternyata bukan salina kan memalukan.
Ok siapapun ini salam kenal
Salina gue pengen ngobrol sama lu
SALINA?!
...dan akhirnya dia menyerah.
Aku mengetik satu buah kata di layar ponselku, "Hai" ku kirim ke Barry. Aku memang malas membuka aplikasi perpesanan yang satu itu, entah mengapa, aku tidak nafsu rasanya, makanya aku baru membalas pesan Barry setelah ku diamkan semalaman.Aku memejamkan mata, namun tiba tiba teringat dengan dispenser air yang tadi ku sambungkan ke listrik untuk memanaskan airnya. Aku membawa serta ponselku turun, entah mengapa. Ku ambil satu sachet minuman coklat serbuk dan satu buah mug. Segera saja ku campur air panas dan coklat instan tadi, menjadi satu kesatuan yang lezat bukan main. Setelah gelas terisi penuh dengan air panas, aku mencabut kabel putih yang terhubung dengan dispenser air, kalau kabel itu terus menyolok ibu bisa ngomel-ngomel karena air galonnya menguap dan cepat habis. Aku bersenandung ke lantai 2 sambil membawa mug tadi dengan kedua tangan. Aku meminum sedikit demi sedikit coklat panasku yang terlalu panas, lalu merebahkan diri di kasur lagi.
~~
Shahan:
Gue baru aja menguras habis isi perut, Gaperlu di perjelas kan? Kini gue berjalan dengan malas ke arah dapur, surga gue. Disana gue bisa menemukan hal hal yang gue suka, iya yang manis manis, gue suka yang manis-manis, apapun itu.
Mata ini langsung tertuju pada ponsel yang berdering di atas meja makan. Bukan, itu bukan ponsel gue, ponsel gue ada di genggaman, lagipula ponsel yang tergeletak di atas sana berwarna pink, tidak mungkin milik cowok se cool gue kan? HAHAHA.
Gue udah gatel banget liat tu ponsel bergetar, kayak cacing kepanasan. Walaupun gue tau ini lancang, tapi gue gatau itu panggilan penting atau engga, jadi apa salahnya kalo gue angkat. Kaki gue refleks melangkah mendekati, dan tangan gue refleks menyetuh logo telpon berwarna hijau, dan begonya tanpa lihat dari siapa.
Gue diem aja, sampai akhirnya suara di sebrang terdengar "halo? Salina?"
Suara laki-laki, demi apa adek gue di telpon cowok, gue kira dia masih.. "halo?" Tanya orang itu lagi
"Eh iye iye, ini abangnya Salina..."jawab gue akhirnya
"Ini linenya salina kan tapi?" Orang itu memastikan
"Ya iya sih.. emang ada apa? Adek gue lagi di kamar, hapenya ketinggalan di luar!"
"Ngg..enggak bang, eh kak..cuma mau ngobrol aja sama Salina.." tunggu, gue kan belum tau siapa nih anak
"Ini siapa sih?" Tanya gue akhirnya
"Saya barry kak.."
"Pacarnya salina?"
"Hmm..belom sih hehehe"
"Yaudah ntar telpon lagi aja" akhirnya gue memutuskan untuk mengakhiri panggilannya.