Aku berjalan jalan sendiri, mengelilingi perumahan tempat tinggalku. Mencari udara segar untuk merefresh otakku, yang sudah sangat penat sepanjang weekdays berfikir tentang pelajaran, Ghifari dan rinduku pada ayah ibu. Tak terasa mereka telah pergi ke Surabaya selama sebulan.
Ku akhiri langkahku di Taman komplek yang masih ramai akan orang-orang, dan anak kecil yang bermain-main. Aku hanya menatap mereka dan sesekali mengeluarkan ponselku hanya untuk mengecek sudah pukul berapa ini.
Berjam jam berlalu, dan para manusia yang beraktifitas di taman ini pun mulai pergi pula, mereka pasti pulang ke rumah masing masing karena waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Aku menggoyang goyangkan kaki kananku yang ku angkat satunya, sambil memain mainkan sendal jepit di telapak kakiku.
Taman ini benar benar sudah kosong, hanya ada aku. Tapi aku mendengar tangisan anak kecil. Aku berkeliling sekitar taman dan mendapati ada seorang bocah yang menangis sendirian sambil celingak celinguk seperti mencari seseorang. Aku menghampirinya merasa iba.
"Kamu ngapain sendirian disini dek?" Tanyaku pada anak yang kira kira berusia 4 tahun itu
"Nunggu Tante kak!" Jawabnya, dengan suaranya yang lemah
"Tantenya kemana emang?"
"Tantenya lagi beli minum, tapi nda balik balik lagi ka.." kisahnya padaku
Aku kembali melirik jam yang melekat cantik di pergelangan tanganku. Menunjukan jarum pendek menunjuk angka 5 dan jarum panjang menunjuk angka 3, yap pukul 17.15, sudah sore.
"Kok tante kamu gabalik balik sih dek? Ini udah sore loh.." anak kecil itu hanya menggeleng sambil menahan tangis "yaudah kakak temenin kamu sampe tante kamu dateng yaa.." aku mengelus puncak kepalanya.
Bermenit menit berlalu, yang ditunggu tak kunjung datang. Aku memutuskan untuk membawanya pulang sambil meninggalkan selembar kertas bertuliskan nomer telfon dan alamat rumahku, serta memberi tahu security akan keberadaan anak ini setelah ini.
Aku rasa, Shahan tidak akan keberatan bila aku mengajaknya pulang, hitung hitung bisa jadi temannya Bi Lini saat kami sedang sekolah atau ngampus kan.
"Nama kamu siapa?" Tanyaku lembut
Bocah itu terdiam sejenak, lalu menggeleng. Membuat sebuah tanda tanya besar di kepalaku. Apa yang sebenarnya terjadi, mana bisa ia tidak mengetahui namanya?
"Aku gak tau kak..." jawabnya kemudian, membuatku semakin hilang akal. Aku mengernyit, memikirkan sebuah nama yang pantas untuk anak ini.
"Yaudah sekarang nama kamu Keanu yah.." putusku akhirnya, dan segera membawa anak ini masuk ke dalam rumah sebelum adzan magrib berkumandang. Ia hanya mengangguk.
Anak itu sudah tampak lemah sekali, seperti kelelahan. Ku suruh bi Lini memandikannya dan mengganti bajunya dengan baju Kiki, sepupuku yang paling kecil, dan kebetulan bajunya tertinggal di rumahku. Kemudian aku biarkan bi Lini mengeloni Keanu agar tertidur.
"Assalamu'alaikum.." suara Shahan terdengar berbarengan dengan suara pintu yang terbuka. Aku menengok ke bawah, Shahan dan kawan kawannya masuk ke dalam rumah dan langsung menempati ruang tamu. Sial umpatku, saat mendapati salah seorang dari mereka mendapati keberadaan diatas sini, yang hanya mengenakan tank top dan celana pendek selutut, gembel sangat. Aku langsung masuk ke kamar dan memakai sweater, setidaknya.
Mataku mencari, mencari pacarku, maksudku ponselku. Dimana letaknya? Aku menyisir setiap tempat dan mendapati tidak ada ponselku dimana mana. Berarti tidak disini, di kamarku. Aku mengingat lagi kemana saja aku sedari tadi. AH! dapur, ponselku pasti disana. Lagi lagi sial. Aku harus turun mengambilnya, melewati segerombolan singa, dan secepat kilat naik lagi ke atas.