Trois Génération: you'll be alright girl.

23 1 0
                                    


Aku sedih, seperti anak kecil. Padahal mereka hanya sementara, dan kalau aku mau aku bisa menyusul kesana. Aku berfikir tidak memberi tau Alana soal ini. Dia kan sangat dewasa dan aku apa?

"Sal.." panggil Alana, aku menoleh ke arahnya "napa lu diem aja.. tumbenann!"

Aku memalingkan wajahku ke jalan lagi "ah masa si..biasa aja kok!" Kilah ku

Alana mempercepat jalannya "yaudah kalo gamau cerita..."

"Cerita apa oy, gue gak habis jadian sama siapa-siapaa tauuu..."

Dan akhirnya kita sampai di sekolah dengan terengah engah karena kita malah kejar kejaran.

~

Di jam ke empat, tepat di jam pelajaran setelah istirahat, seorang yang kuyakini kakak kelas masuk, dengan membawa selembar kertas dan memanggil namaku.

"Salinavia Maghfira Ali?" Panggil kakak berjilbab itu.

Aku berdiri dan menghampiri kakak itu. Bisa ku tebak kalau ini urusan OSIS, apalagi coba? Aku kan tidak pernah bermain main dengan kakak kelas.

Ersa Amalia, nama itu tertulis di seragamnya, oh ini kak Ersa anak kelas 12 IPA yang dulu pernah di gebet Shahan. Aku tidak tau dari mana Shahan mengenalnya, Shahan kan beda 5 tahun dariku, mengapa ia bisa kenal dengan gadis yang beda 2 tahun dariku, padahal logikanya dia tidak pernah sekolah di area ini bersamaan dengan kak Ersa. Ah sudahlah Shahan kan tampan, jadi ia bisa melakukan apa saja untuk mendapat perhatian perempuan.

Jantungku mulai berdebar kencang. Sungguh. Keringat mulai bercucuran dari keningku. Kak Ersa memasukanku ke dalam kelas yang berisi 8 orang.

"Kalian jangan ribut kakak mau ke kelas sebelah.." perintah kak Ersa.

Selang beberapa menit masuklah seorang laki-laki yang sangat populer di sekolah ini, yang mukanya sering muncul dimana mana, apalagi di upacara upacara. Iyes, dia ketua OSIS SMA ini. Aku fikir dia hanya mengecek dan memastikan semuanya baik baik saja. Ternyata dialah pengawasnya. Glek. Ini membuatku makin tidak percaya diri.

5 menit kemudian. Acaranya di mulai, acara yang mungkin akan membuatku mimpi buruk nanti malam. Ok ga selebay itu. Tapi sekarang aku sangat berkeringat dan gemetar.

"Ok, kalian udah tau siapa saya kan? Gausah dikasih tau lagi dong? Kita mulai aja langsung ya.. perkenalan mulai dari yang ujung sana.." ia menunjuk ke arah aku yang duduk di pojokan.

Keringat membanjiri tubuhku. Aku grogi bukan main, apalagi saat kakak itu berdiri disana, 5 meter dariku, dia selalu tampak stay cool, pendiam dan serius, jadi ini agak mengerikan.

Dia menunjukku lagi "sebutin identitas kamu sama motivasi masuk ke Osis!"

Aku berdiri dengan kaki yang lemas "aas..assalamualaikum.. nama saya Salinavia Maghfira Ali dari kelas sepuluh ipa dua.. jadi motivasi saya masuk ke osis itu.. mmh.. sa saya ingin meluangkan waktu waktu saya ke hal yang.. yang positif, karena.. saya yakin semua kegiatan osis itu positif, saya juga senang bekerja dengan tim..." aku berdehem, karena suaraku mulai serak "...dan saya juga senang berorganisasi... saya juga ingin.. ingin menambah pengalaman berorganisasi dan memajukan osis ini, insya Allah..." jawabku sambil gemetar dan banjir keringat

"Hmm.. bagus bagus.. motivasinya menarik. Kamu emang butuh energi positif tambahan biar ga gemeteran kayak gitu.." komentar kak Farhan. Aku tersenyum. Dia gak se serius keliatannya. Ternyata. Tapi tetep aja garing.

Semua orang berdiri dan berbicara tentang motivasinya. Kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, tapi semacam rebutan, beruntung aku bisa menjawab satu pertanyaan dari 3 yang di lemparkan. Itu bisa jadi poin plus kan?

~~

Hari ini entah mengapa Ayah, ibu dan Shahan menjemputku ke sekolah dengan mobil. Ini detik detik terakhir atau apa? Mobil kami tidak melaju ke arah rumah, melainkan ke arah restauran sunda, tempat favorit keluarga kami saat sedang ingin refreshing. Ketebak banget ini bakal jadi kayak farewell party. Sedih banget rasanya. Iya aku memang seumur umur tidak pernah membayangkan ini bakal terjadi.

Mobil ayah di parkir di dekat pintu masuk. Kami semua turun dan langsung masuk ke dalam rumah makan lesehan itu. Di salah satu saung yang berada di dekat kolam kami duduk dan menunggu makanan yang sudah di pesan. Aku merasa sedang di pedesaan karena suasana rumah makan ini memang desa banget, membuat hati tentram dan nyaman, dan entah kenapa rasanya aku ingin merenung.

Gue tau kok gue bukan satu satunya orang yang di tinggal dinas ortu, gue juga udah beruntung banget di tinggal ortu pas udah segede gini, banyak bocah bocah yang ditinggal ortunya kerja, bahkan ke luar negri. Tapi gue tuh rasanya sedihhh banget. Aneh kan. Gue hari ini udah mikirin kalo gue sedih berapa kali coba, artinya gue udah sedih banget. Gue gak rela kehilangan orang terdekat gue, apalagi belum ada gantinya. Ah ya Allah kuatkanlah hamba, lahawla wala kuwata illa billah.

Dan pas aku balik badan dan melihat meja, makanan sudah tersaji disana. Aku mengesot mendekat dan langsung mengambil piringku. Aku mengambil nasi liwet hangat dan ayam bakar sebagai lauknya, kesukaanku, tidak lupa sambal. Aku kalau grogi dan sedih memang suka lapar, apalagi kalo grogi campur sedih, laperrr banget.

Aku makan dengan lahap, sampai kedua orang tuaku mengangkat topik perginya mereka ke Surabaya menjadi bahan obrolan kali ini.
"Kalian gausah khawatir, nanti oma sama opa bakal ke rumah kok.." kata ibu sela sela makan nikmatku membuat nafsu makanku berkurang sedikit.

"Iya? Baguslah jadi aku gak harus dirumah terus jagain si Salina...mmm" mengapa Shahan girang sekali mau di tinggal sama orang tuanya, mungkin dia punya rencana.

Aku bergumam.

"Nanti semua keperluan kalian papah kirim via transfer, kan kalian udah punya ATM masing masing, nanti papah kirimnya ke Shahan sendiri ke Salina sendiri yah.." terang ayah

Aku berdehem.

"Pokoknya kalian gaboleh nakal ya pas mamah sama papah lagi di surabaya.." pesan ibu pada kami

Aku berdehem kembali.

"Iyalah mah pasti.. mamah sama papah juga jangan nakal di surabaya, Shahan gamau kalo nanti pas mamah sama papah pulang Shahan punya adek..." celetuk Shahan sambil terus mengunyah, seperti bocah

Kok pada gak peka sih sama 'dehem'an aku. Mereka malah menertawakan lelucon Shahan yang tak terdengar lucu di telingaku.

"Ekm.." Shahan berdehem "anak kecil kok diem aja? Gangerti ya..." dia kembali tertawa, aku tak peduli

"Abang.." lerai ibu.

~~
An: sekarang author jadi anak kost tauuu... jadi jarang ngetikkk waktu luangnya buat ngurus diri sendiri sama kangen kangenan sama temen temen di tangsel. Vote eyak💜💜💜

Three GenerationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang