"Nuna, aku rasa aku tidak bisa berlama-lama disini." Jong Ki memeluk Song Ji Hyo untuk kedua kalinya. Mereka berpelukan sebentar.
"Baiklah, menjadi seorang presdir tentu sangat sibuk bukan?" Ji Hyo tertawa ringan.
"Nuna, mari kita bertukar nomer telepon. Dan kali ini kau harus berjanji untuk memberitahuku bila mengganti nomer telepon. Aishh... Bisa-bisanya kau menghilang begitu saja. Apa kau sengaja melakukannya?" Jong Ki mengeluarkan Handphonenya.
"Omo! Siapa yang menghilang? Aku masih di Pohang. Aku tidak bisa mengabari apapun waktu itu, karena handphoneku menghilang." Ji Hyo menggigit bibir bawahnya.
"Hilang? Siapa yang berani mencuri handphone nunaku?" Jong Ki berkacak pinggang.
Ji Hyo memukul lengan Song Jong Ki perlahan. "Ya..! Memangnya kau pikir dirimu siapa? Atlet Takewondo?" Ji Hyo mengacak-ngacak rambut Jong Ki. "Handphone itu hanya hilang begitu saja. Mungkin terjatuh." Ji Hyo menghela nafas. "Sudahlah, kita jadi bertukar nomer telepon, tidak?"
"Dangyunhaji... Palli! Mana nomer Nuna?"
"+82010687127xx"
Bukan hanya Song Jong Ki yang mendengarkan dan menyimpan nomer telepon Ji Hyo. Jong Kook juga melakukannya secara reflek. Jong Kook heran dengan dirinya sendiri.
"Baiklah, akan menghubungimu nanti! Jal ga-yo Nuna!" Jong Ki sedikit membungkukkan badan pada Jong Kook sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan.
"Jong Kook-shi mianhamida. Kau pasti merasa terganggu." Ji Hyo mendekati Jong Kook.
"Kwenchana, Ji Hyo-shi." Jong Kook hanya tersenyum tipis. Sebagian dirinya ingin bertanya mengenai hubungannya dengan putra presdir. Namun, Ia menahan dirinya karena tak ingin membuat Ji Hyo merasa tidak nyaman.
***
"Aaargggh... Tolong.!"
Kim Jong Kook yang sedari tadi fokus pada jalanan, kini dikejutkan oleh teriakan seorang wanita. Ia menepikan mobilnya dan mencari tahu darimana sumber teriakan tadi. Dari arah barat, ya suara itu dari arah barat. Ia turun dari mobil dan segera menuju gang sempit di dekat kedai ramen.
Dari kejauhan, Jong Kook dapat melihat dua orang lelaki berpakaian serba hitam yang berusaha menarik tas seorang wanita.
"Nyalimu besar juga rupanya!" Seorang lelaki berjambang mulai memaksa. Pandangan Jong Kook beralih pada wanita di hadapan kedua lelaki berandalan itu. Deg! Seketika jantungnya mulai berpacu lebih cepat daripada sebelumnya. Ia kenal sosok itu. Song Ji Hyo-shi. Seketika Jong Kook mempercepat larinya. Kedua orang berandal tersebut mennyadari kehadiran Jong Kook.
Lelaki berjambang tadi segera maju ke hadapan Jong Kook, sementara yang satunya mencengkram tangan Ji Hyo.
"Mau apa kau? Tidak usah ikut campur!" Berandalan berjambang melayangkan tinjunya pada Jong Kook. Jong Kook segera menunduk melihat aksi berandal berjambang.
"Erghh." Erangan justru datang dari berandal berjambang. Bukannya berhasil melayangkan tinju pada Jong Kook, malah sisi kiri perutnya serasa tertohok oleh batu. Padahal yang baru saja mengenai perutnya adalah tinju tangan kanan Jong Kook.
Menyadari lawannya mulai kehilangan keseimbangan, Jong Kook tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia segera membentuk posisi kuda-kuda dasar, lalu melangkahkan kaki kirinya, dan mendorong bahu sekeras mungkin ke arah depan. Straight Punch! Berandal berjambang sedikit terpental ke belakang sebelum akhirnya tersungkur di hadapan temannya sendiri.
Berandal yang satu lagi memiliki perawakan yang lebih kurus dibanding yang pertama. Jong Kook tidak tahu apakah berandal yang satu ini lebih susah ditaklukkan atau tidak dibanding yang sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Of Love
FanfictionSong Ji Hyo, gadis berhati beku namun memiliki tanggung jawab moral yang luar biasa. Ia tak percaya cinta namun percaya akan kewajiban. Ia tak tergila-gila dengan harta maupun kasih sayang, satu-satunya yang dikejarnya hanyalah pengalaman. Ia berhar...