Song Ji Hyo baru saja menjejakkan kaki di halaman rumahnya. Langit masih cerah meski waktu menunjukkan pukul 5 sore. Ia menoleh sepintas ke arah samping rumahnya, dimana bunga-bunga mulai bermekaran. Bunga kesayangan halmoninya terlihat paling mecolok diantara yang lain. Azalea, bunga berwarna dasar merah muda lembut serta semburat magenta di bagian tengah, tak pernah kalah cantik dari bunga sakura.
Song Ji Hyo dengan cepat melangkahkan kakinya menuju beranda. Sebenarnya suhu sore ini cukup hangat, karena musim semi hampir mencapai puncaknya. Namun Ia ingin segera menemui halmoni dan harabeoji untuk mengabarkan kepindahannya menuju Seoul.
Ketika Song Ji Hyo membuka pintu rumahnya, aroma samgyetang menggoda penciumannya. Tanpa sadar Ia memegang perutnya. Terbayang betapa lembutnya daging ayam dengan kacang cemara, kastanye dan buah jujube kering di dalamnya. Bahkan Ia sampai memejamkan mata guna menajamkan indra penciumannya.
"Ji Hyo-ya, kau kah itu?" Suara harabeoji menyadarkannya. Ia segera menuju ruang keluarga dimana harabeojinya biasa menghabiskan waktu dengan membaca surat kabar atau sekedar melihat-lihat album lama.
"Oh, aku pulang." Jawab Song Ji Hyo ketika sampai di belakang sofa tempat harabeojinya duduk. Ji Hyo melintasi sofa tersebut, lalu mendaratkan tubuhnya di sofa sebrang. Kini Ia berhadap-hadapan langsung dengan harabeojinya. Ia memperhatikan dengan seksama tubuh renta dihadapannya. Tahun ini harabeojinya telah memasuki usia 73 tahun. Rambutnya memutih secara keseluruhan, bahkan di bagian depan kepalanya tidak ditumbuhi rambut sehelaipun. Kaos abu-abu bertuliskan 'Daehan Minguk' kesayangannya, tak lagi pas di tubuhnya. Rupanya, Harabeoji banyak kehilangan berat badan sejak terakhir kali Ji Hyo memperhatikannya.
"Apa kau sudah makan?" Harabeoji bertanya antusias.
"Belum. Aku sudah tak sabar mencicipi Samgyetang buatan halmoni." Ji Hyo tersenyum tipis.
Harabeoji tersenyum cerah mendengar jawaban cucunya. Betapa Ia merindukan saat-saat bersama cucu semata wayangnya. Sekelebat bayangan masa kecil Ji Hyo memenuhi pikirannya. Waktu telah lama berlalu, wanita dihadapannya kini bukan lagi gadis kecil bermata bulat yang akan merengek meminta digendong berkeliling kala musim semi tiba. Bukan lagi gadis manis kebanggaannya yang berlarian menggunakan gaun merah marun selutut saat ulang tahunnya yang kelima. Gadis kecil itu telah menjadi wanita dewasa. Cucu kebanggaannya telah menjadi wanita mandiri. Tak kuasa menahan bayangan masa kecil cucunya, Ia berkaca-kaca.
Ji Hyo menyadari mata harabeoji yang mulai berair. Ia mengambil kesimpulan bahwa mata harabeojinya terlalu lelah. Bukankah orang tua biasanya mengalami gangguan penglihatan, jadi hal itulah yang sedang terjadi pada harabeojinya saat ini.
"Harabeoji, apa kau kurang tidur hari ini?"
Harabeoji hanya tersenyum mendengar pertanyaan Ji Hyo. Tepat setelah itu halmoni ikut bergabung bersama mereka.
"Ji Hyo-ya apa kau baru datang? Cepatlah mandi sementara aku menyiapkan makanan." Apron putih yang digunakan halmoni terlihat begitu usang. Sudah bertahun-tahun apron itu menemaninya menyajikan berbagai hidangan untuk keluarga kecilnya.
"Ne." Ji Hyo segera berdiri dari sofa dan meletakkan tangan kirinya di dahi-mengambil sikap hormat-. Halmoni tertawa melihat tingkah cucunya.
Makan malam berlalu dengan hangat. Ji Hyo terus saja memuji samgyetang halmoninya sepanjang waktu. Ia selalu saja takjub merasakan cita rasa samgyetang buatan halmoni.
Seusai makan malam, giliran Ji Hyo yang membereskan semua piring dan merapikan meja sementara halmoni dan harabeoji asyik menonton salah satu acara variety show ternama, Running Man. Ji Hyo dapat mendengar tawa mereka dari dapur. Cepat-cepat Ia mencuci semua piring, gelas, sendok serta alat makan yang lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fate Of Love
FanfictionSong Ji Hyo, gadis berhati beku namun memiliki tanggung jawab moral yang luar biasa. Ia tak percaya cinta namun percaya akan kewajiban. Ia tak tergila-gila dengan harta maupun kasih sayang, satu-satunya yang dikejarnya hanyalah pengalaman. Ia berhar...