satu

915 39 5
                                    

Plakk!!

Tamparan keras itu membuat Rania tersungkur, pipi nya terasa panas dan begitu nyeri ditambah air mata yang menetes.

"Pergi kamu dari sini, enyah dari hadapan saya! dan jangan pernah kembali lagi! saya sudah muak melihat kamu!" Teriak marah wanita paruh baya dihadapan Rania.

"Mama" lirih Rania pelan. Yap wanita yang barusan menamparnya adalah mama nya sendiri, mama kandung nya.

"Dan jangan panggil saya mama kamu lagi! saya bukan mama kamu mulai sekarang!"

Rania menatap mama nya nanar.

"Ma,Rania salah apa sama mama?mama gak mungkin ngusir Rania kan Ma, mama bercanda kan?" suara Rania bergetar, Rania berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis tapi hasil nya tetap saja air mata nya selalu keluar.

"Kamu mau tau salah kamu apa hah!salah kamu itu menjadi aib bagi saya, kamu itu hanya mengingatkan saya kepada perlakuan brengsek Hendra kepada saya! kamu itu anak haram!"
Sudah cukup pertahanan Rania sia-sia kini air mata nya semakin deras.
Rania menunduk merasakan hati nya yang begitu perih saat mendengar mama nya sendiri menyebut nya anak haram.

"Bisakah kamu pergi Rania? pergi dari hidup saya? pergi dan takkan kembali lagi meskipun saya meminta mu kembali? dan bisakah kamu tidak menengok kehadapan saya meskipun suatu saat kita tanpa sengaja berpapasan? bisakah kamu kabulkan permintaan saya kali ini, untuk yang terakhir kali saja. saya mohon?"suara marah Dian berubah lirih saat menatap Rania yang masih tersimpuh dilantai.
Air mata nya menetes namun segera di usapnya sebelum Rania melihat.

Rania mendongak kan kepala nya mendengar lirihan mamanya, sungguh permohonan yang begitu menyakitkan.
Bahkan terlihat jelas kedua mata Rania sembam dan memerah.
Rania berdiri dan mengusap air mata nya.

Rania menghela nafas mencoba untuk menetralkan isakan nya

"Mama mau Rania pergi dari hidup mama? Rania bakal pergi jika itu mau mama! meskipun, Rania berat tapi jika mama lebih bahagia tanpa Rania. Rania bakal lakuin! Rania bakal turuti permintaan mama, tapi asal mama tahu, Rania bakal selalu sayang sama mama apapun yang terjadi."

Rania terdiam sejenak dan menatap mamanya sendu.

"Tapi ma, sebelum Rania benar-benar pergi dari hidup mama. Izinin Rania buat meluk mama sebelum pergi"

Dian sang mama hanya diam mengalihkan pandangan nya dari Rania.
Rania tersenyum lalu mendekat kearah mama nya dan memeluk mama nya erat.
Air matanya pun kembali mengalir dan membuat pelukan Rania semakin erat.

"Rania sayang mama, mama yang terbaik bagi Rania, makasih untuk semua nya ma."ucap Rania terisak.

Ingin rasa nya pelukan itu tak dilepaskan nya namun dengan berat hati Rania harus melepaskan pelukan hangat itu.

"Rania pergi ya ma, jaga diri mama baik baik ya. Jaga kesehatan mama, jangan keseringan begadang ya ma! biar mama sehat terus." Rania tersenyum menatap mama nya untuk terakhir kali sebelum dia berbalik dan melangkah pergi.

Namun baru dua langkah berjalan, Rania terhenti saat mendengar seruan seseorang yang membuat nya berbalik.

"Kakak!!" seruan gadis yang tengah menuruni tangga cepat.

Ya gadis ini sudah melihat semua nya dari atas tangga sejak tadi.

Gadis itu langsung memeluk Rania.

"Jangan pergi kak! kakak gak boleh kemana mana. Kakak tetap harus disini disamping aku dan mama!" tangisnya pecah dipelukan Rania.

Rania melepas pelukan adik nya dan tersenyum.

"Kakak hanya pergi sebentar, kamu jagain mama ya Anna. selama kakak pergi jangan bandel! jangan nyusahin mama ya!"ucap Rania lembut mengusap air mata Anna dengan ibu jari nya.

"Tapi kak,"

Rania menggeleng pelan dan tersenyum tipis.

"Apapun yang terjadi ada atau tanpa ada nya kakak Anna harus bisa! Anna harus jadi cewek kuat supaya bisa ngelindungi mama, dan mulai sekarang gak boleh nangis lagi. oke!"

Gadis berusia 17 tahun itu mengangguk pelan.

"Kakak pamit ya!" Rania lalu membalikkan tubuh nya dan beranjak keluar lalu menghilang.

Dian lantas bersimpuh dan air mata mulai menetes deras saat Rania sudah keluar. Anna berjalan mendekat kearah sang mama.

"Cara mama salah! bukan gini cara nya ma. Kalau mama mau ngelindungi kak Rania harus nya mama jagain terus kak Rania, bukan malah mengusirnya!"

Dian menatap anak bungsu nya

"mama gak ada pilihan lain, mama hanya gak ingin Dia mengambil Rania, mama gak ingin dia tahu kondisi Rania! mama hanya ingin yang terbaik buat Rania, Anna!"

"Terserah Anna muak sama mama!dan buat apa mama menangis, hah!gak ada guna nya air mata mama!" Anna beranjak dari hadapan sang mama.
Air mata Dian semakin deras saat Anna meninggalkan nya lalu pandangan nya beralih kearah pintu tempat yang dilalui Rania pergi tadi.

"Rania."lirihnya.

                    Rania as Irene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                    Rania as Irene

Story Of RaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang