Chapter 22: Lost

269 20 2
                                    

Mark POV

"Mungkinkah... wanita itu terlibat?" pikirku menerka-nerka kemungkinan yang ada.

Aku merasa semakin lama, masalah ini semakin kompleks dan tidak berujung. Dan, kenapa harus ada wanita itu di dalam masalah seperti ini. Bukannya aku tidak suka kepadanya, hanya saja... aku khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Walaupun ia pernah melakukan sesuatu yang benar-benar menyadarkanku waktu itu, tetap saja aku tidak dapat berlebihan dalam membencinya.

Aku ingin bertemu dengannya. Batinku sambil memejamkan mata untuk beberapa menit. Jari-jemari tangan kananku memegang kalung diamond yang melingkar di leherku. Perlahan, sinar putih kebiruan muncul semakin terang.

Ya, suasana yang sama. Gelap, lembap, dan cukup berdebu. Disinilah tempat berdiamnya wanita itu- ibuku. "Eomma...," panggilku saat melihat ibu akan berbalik badan, pulang ke dalam cerminnya. Ini janggal, ia tak biasanya keluar dari dunianya itu, kecuali saat dipanggil atau menemui seseorang.

Mendengar suaraku, ia pun berbalik. Ekspresinya nampak kaget melihat kehadiranku disini. "Yi En-ah?!" pekiknya. "Apa yang membawamu kesini?"

Aku hanya tersenyum melihat ibu yang sepertinya dengan setengah hati menyambut anaknya ini. "Hanya ingin mengajukan beberapa pertanyaan." Lalu, aku kembali melanjutkan, "Sebelumnya, kau menemui siapa barusan?"

Raut wajahnya tidak bisa berbohong, walaupun ia berusaha menyembunyikannya. "Ah, itu, ada orang penting yang ingin bertemu dengan eomma." Kini senyuman tipis terlihat di wajahnya.

Aku mengangguk pelan. "Ah... baiklah."

"Apa yang ingin kau tanyakan?" tanyanya penasaran. Alisnya ikut terangkat naik.

"Kau tahu, apa saja yang terjadi saat ini denganku? Dengan semuanya." Aku hanya ingin menguji ibu mengenai kedua anaknya yang katanya ia pedulikan dan sayangi.

"Tentu saja. Usahamu terbilang sukses, anakku." Ia kembali tersenyum. Entah itu senyuman bangga atau sebaliknya.

Mulut ini berusaha tidak tertawa mendengar jawaban ibu. Tapi, itu sungguh-sungguh lucu bagiku. "Ah, iyakah? Kau tahu kabar mengenai anakmu yang lain, eomma?"

Ibu terdiam sejenak. Ia seperti sedang mencerna pertanyaanku sembari merangkai jawaban paling tepat untuk telingaku. "Eomma tahu semuanya." Tanpa henti, ia menyimpulkan senyum yang kini lebih lebar dari sebelumnya. "Sebenarnya, apa yang ingin kau tanyakan, Yi En?"

"Jujur saja, eomma. Kau adalah orang dibalik semua permainan ini, kan?" Aku berusaha memberi penekanan dalam pertanyaan kali ini. Wajahku tidak sedang menunjukkan ekspresi yang main-main.

"Tidak. Eomma sama sekali tidak terlibat dalam permainanmu dengan Baekhyun," jawabnya serius. "Percayalah."

"Hhh!" Aku mendengus kesal. Di dunia ini tidak ada yang dapat aku percayai. Semuanya hanya berlagak baik dan polos. "Bagaimana aku bisa memercayaimu, eomma? Bahkan kau dulu berbohong besar kepadaku, appa, dan bahkan anakmu yang malang, Baekhyun!"

Ia berusaha tenang dan menjawab dengan penuh kehati-hatian. "Terserah kau ingin percaya atau tidak. Eomma tidak ikut dalam permainan kalian. Tepatnya, eomma tidak akan ikut dalam permainan," jawabnya tegas. Tiba-tiba, ia melanjutkan ucapannya dengan nada yang lebih pelan dan lembut. "Kecuali..."

Kukernyitkan dahi karena penasaran. "Kecuali?"

"Kecuali bagi siapapun yang benar-benar membutuhkan bantuan eomma. Eomma akan turun membantu," lanjutnya.

Aku terdiam. Banyak pikiran yang muncul saat itu juga. Bergelut memihak pikiran yang mana, memercayainya atau mengecap wanita itu sebagai  pembohong.

Their True Identity [EXO Baekhyun | GOT7 Mark]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang