sl 9

929 58 1
                                    

---
I remember tears streaming down you face..
When I said, “I’ll never let you go.”
---













Justin masih menangis di bahu Alliana. Meskipun tidak mengeluarkan sedikitpun suara, namun dia benar-benar menangis. Sebenarnya, ia tak menyangka jika hal lain yang berusaha ia tutupi justru malah terungkap sendiri olehnya. Justin benar-benar tertekan saat ini. Masalah perusahaannya
yang nyaris bangkrut hanyalah satu masalah kecil dari sekian banyaknya
masalah lain yang ia miliki. Dan Justin sungguh tak menyangka, ketika dia berusaha menutupi hal menyakitkan itu dari Alliana, kini semuanya telah terungkap.

Justin menarik napasnya dalam, melingkarkan tangannya di punggung Alliana yang telanjang. Seolah dia akan kehilangan wanita itu jika melepaskan pelukkannya.

“Maaf ya, kau pasti kecewa. Aku tidak bisa memberikan adik untuk Jessamine dan Jason. Aku juga tidak mampu mewujudkan keinginanmu untuk—untuk segera menimang bayi lagi.. Aku bukan suami sempurna yang bisa kau andalkan..” Justin mencoba menahan perasaan sesak di dadanya. Ya, hasil kesehatannya memang benar. Dia akan sulit untuk memperoleh keturunan kembali. Itu berarti akan sulit baginya menghamili Alliana.

Menurut hasil kesehatannya, produksi spermatozoa dalam dirinya menurun karena disebabkan oleh banyak hal. Justin tidak pernah membayangkan semua yang terjadi pada dirinya sebelumnya. Ia pikir, selama ini dia baik-baik saja. Dia sehat. Namun ternyata hasil kesehatan itu diberikan kepadanya. Awalnya Justin tidak terima dan marah. Dia beranggapan bahwa hasil kesehatannya telah tertukar oleh
milik orang lain. Tetapi tidak, hasil itu memang murni miliknya. Ia hancur. Ia merasa kecil dan tak pantas untuk terus bersanding bersama Alliana.

Menyakitkan rasanya tiap kali berusaha bersikap tegar ketika mendengar permintaan anak-anaknya agar cepat mempunyai adik. Sakit ketika melihat raut iri Alliana mendengarkan cerita Adeline yang tengah mengandung kembali. Justin merasa kecil dan rendah karena ia tahu, ia takkan pernah bisa mewujudkan keinginan ketiga malaikatnnya. Tidak akan.

“Apa yang kau katakan? Kau tidak mengecewakan Justin.” Alliana berbisik lembut sembari mengusap punggung pria yang berstatus sebagai suaminya itu. Berita ini sungguh mengejutkan baginya. Tetapi walaupun begitu, dia takkan pernah bisa meninggalkan Justin. Apapun keadaannya, rasa cinta itu selalu menuntunnya agar terus berada disisi pria yang saat ini sangat membutuhkan dukungannya.

“Jangan berbohong. Aku tahu betapa besarnya keinginanmu untuk
memiliki bayi lagi. Dan aku tidak dapat mewujudkannya. Kau tahu, bagaimana perasaanku saat ini? Sakit Alliana. Disini.” Justin melepaskan pelukkannya. Pria itu mengarahkan tangan tepat ke jantungnya. Ya benar, sakitnya tepat disana. Seolah jantungnya sudah berhenti berdetak. Dan dia mati rasa.

“Itu bukan masalah besar, sayang. Lagipula kita sudah mempunyai dua
malaikat yang menggemaskan.” Naif. Jelas-jelas Justin tahu jika Alliana sangat sedih dan kecewa atas apa yang terjadi pada dirinya. Hanya saja
wanita itu berusaha untuk menutup rapat-rapat kekecewaannya yang mendalam. Justin sudah terlalu mengenal Alliana dengak baik. Empat tahun mereka hidup bersama, dan selama itupula dia mulai menyadari bahwa Alliana merupakan wanita berhati malaikat.

“Aku kecewa pada diriku sendiri.” Justin berbisik pelan. Dia menjauhkan diri dari Alliana. Memandang wanita itu sekilas dengan sepasang bola mata yang memerah karena tangisan. Kecewa? Tentu saja. Pria mana yang tidak kecewa disaat mengetahui bahwa ia akan sulit memberikan keturunan lagi.

Alliana hanya mampu membungkam bibirnya rapat ketika Justin berbaring di ranjang. Memunggunginya. Menyakitkan sekali. Alliana mengerti betapa
kecewanya Justin saat ini. Pria itu pasti merasa tak pantas untuk tetap
bersamanya. Namun Alliana bersumpah dia takkan pernah membiarkan Justin pergi jauh darinya. Meskipun Alliana sendiri tak dapat menampik perasaan sedih, kecewa atas musibah yang menimpa Justin. Sulit di percaya rasanya,
karena yang Alliana tahu selama ini mereka dalam kondisi kesehatan yang bagus. Tapi ternyata Tuhan berkata lain. Mungkin mereka memang tak di izinkan untuk di karuniani seorang malaikat kecil lagi. Tidak apa. Itu bukan masalah yang terlalu besar.

SAME LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang