sl 13

649 61 4
                                    

My pride, my ego, my needs and my selfish ways.
Caused a good strong women like you to walk out my life
Now I'll never, never get to clean out the mess I'm in..
And it haunts me everytime I close my eyes..












------------------------------


Kening wanita itu berkerut heran sekaligus penasaran saat mendengar suara wanita yang seolah mengalihkan perhatian mantan suaminya itu. Suaranya kedengaran cukup familiar namun sulit bagi
Alliana untuk mengingatnya. Dan Alliana hanya mampu menghela napasnya pendek ketika Justin memutuskan sambungan teleponnya. Bahkan pria itu tak membalas kata cintanya. Seketika itu juga Alliana merasa begitu bodoh dan menyedihkan disaat yang bersamaan. Lagipula, siapa dirinya sekarang? Dia tidak berarti apapun lagi dimata Justin. Ya seharusnya dia menyadari kenyataan yang ada itu. Dan tentu saja mengingat fakta bahwa mereka sudah benar-benar berpisah sekarang.

Tidak terikat oleh hubungan apapun, meskipun Alliana tak mengurangi
sedikitpun rasa cintanya terhadap Justin. Meskipun nama pria itu akan
selalu terukir jelas di bagian kosong hatinya.

"Where's daddy?!" Jason mengerucutkan bibirnya manja saat
tak melihat wajah Justin di layar ponsel. Nicolas yang duduk di sofa
panjang dalam ruangan itu nampak canggung. Melihat adiknya tidak
bisa berhenti menangisi perpisahannya bersama Justin.

Rasanya seperti ada ribuan jarum kecil yang menusuk hatinya. Ingin sekali dia membantu Alliana, namun dia tak tahu harus melakukan apa. Satu- satunya yang dapat mengembalikan Alliana adalah Justin.

"Dia lelah, kau tahu." Alliana menyahut sambil berusaha menarik bibirnya membentuk seulas senyum. Walaupun terlihat dipaksakan, tetapi setidaknya dia sudah mencoba. Alliana menghapus sisa-sisa air
mata di pipinya kemudian mendongak, menatap Nicolas dengan senyuman lebar khasnya.

"Apa yang terjadi?" Nicolas bertanya, dia menghampiri bangkar perawatan Jason lantas tangannya terjulur, mengusap lembut kepala Jason dan Jessamine penuh sayang.

Dan soal percakapan yang Alliana lakukan bersama Justin, dia memang benar-benar tidak menyimaknya karena menurutnya sangat tidak sopan ketika mendengarkan perbincangan orang lain melalui
telepon. Terlebih lagi jika perbincangan tersebut menyinggung hal yang bersifat pribadi.

"Nothing. Dia sangat merindukan kembar," Alliana menyahut riang, berusaha menutupi rasa kecewa yang masih membelenggunya. Nicolas hanya mengangguk sekali, memberikan kecupan singkat di puncak kepala adiknya.

"Istirahatlah. Aku tahu kau tidak mendapatkan waktu tidur yang
cukup." Kata Nicolas dengan tatapan lembut seorang kakak. Alliana hanya menggelengkan kepala. Menolak keras perintah Nicolas. Mana mungkin dia tidur sementara kedua anaknya sedang terjaga?

"Biar aku yang menjaga mereka." Seolah mengerti, Nicolas menambahkan dengan lugas.

"Tidak Nic, aku ingin menjaga mereka."

"Tapi kau butuh istirahat."

"Nic-Ayolah."

"Dengar, aku tahu bagaimana kondisimu saat ini. Jangan pernah
sekalipun kau mencoba menyembunyikannya karena aku tidak mudah kau bohongi. Cepat tidur, tidak ada bantahan." Mendengar kata-kata penuh penekanan dari kakaknya itu sontak membuat nyali Alliana berubah ciut. Dia menganggukkan lunglai kemudian berjalan menuju sofa yang panjang dan lebar dalam ruangan itu.

Dia menyempatkan diri menoleh pada kedua anaknya yang saat ini mulai sibuk bergurau bersama Nicolas, sebelum akhirnya merebahkan diri di sofa. Alliana mencoba untuk memejamkan
matanya, yang terasa sulit. Bayang-bayang sosok Justin semakin liar mengganggu benaknya tiap kali dia berusaha memejamkan mata.

SAME LOVE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang