4th will

2.7K 295 41
                                    

          Nadine menatap plafon kamarnya yang berwarna putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          Nadine menatap plafon kamarnya yang berwarna putih. Kepalanya nyaris mau meledak saat ia harus menggeluti soal kalkulus yang rumitnya minta ampun.

          Begitu banyak rumus turunan yang harus ia masukkan ke dalam otaknya. Tak luput aturan trigonometri juga rumus integral yang benar-benar harus diingat agar ia bisa menyelesaikan soal-soalnya yang diberikan gurunya di sekolah.

          Melihat soal yang begitu rumit, membuat Nadine jadi tidak mood untuk mengerjakan tugas Matematikanya. Ia berpikir, jika dirinya tidak bisa menyelesaikan soal itu, apa Langit juga akan begitu?

         LINE!

         Suara ringtone khas aplikasi chatting bernama LINE berdering. Dari layar ponsel hitamnya, Nadine bisa melihat siapa yang baru saja mengirim pesan.

         Langit Lazuardi sent you a message!

         Nadine mengernyitkan dahinya tidak percaya. Buru-buru ia mengambil ponsel yang ada di atas bantalnya dan membuka pesan itu.

Langit Lazuardi : Nad, lo udah ngerjain PR mat?

         Nadine segera mengetikkan pesan yang akan dibalas pada Langit.

Nadine R : blm

         Ponselnya kembali ia taruh di atas bantal. Gadis berpiyama teddy bear biru itu berusaha kembali fokus pada PR Pak Rahmat yang ada di depan matanya.

         Baru saja hendak mengotret, ponsel Nadine kembali berbunyi.

         LINE!

         Nadine mendecak. Dengan malas ia mengambil ponsel hitamnya itu lagi.

Langit Lazuardi : Gue udah selesai

Langit Lazuardi : Lo mau liat?

Langit Lazuardi : Tinggal satu soal lagi sih. Tapi ya kalo lo belum selesai liat aja

Langit Lazuardi : Langit Lazuardi sent you a photo!

          Gila ini orang? Lagi kesambet apa? Tumben baik, batin Nadine tidak menyangka bahwa Langit akan mengirimkan jawaban soalnya lewat LINE.

Nadine R : ga, makasi

          Gadis itu kembali menaruh ponselnya. Ia menggeleng-gelengkan kepala seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan. Ia tidak bisa begitu saja melihat hasil pekerjaan orang lain. Rasanya itu tidak benar.

LongshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang