"You're my all and more,
but I need room
to breathe."-- Breathe
by LauvUntuk kesekian kalinya Nadine berusaha untuk fokus. Akan tetapi, materi fisika yang Langit jelaskan tak berhasil membuat Nadine mengerti. Dari mulai mengubah posisi duduk, sampai beberapa kali memelototkan matanya tapi tetap saja tak ada satupun yang bisa diserap oleh otaknya.
Ini aneh. Seharusnya penjelasan Langit bisa mempermudahkan Nadine untuk belajar fisika. Tapi, kenyataannya malah berkata lain.
"Kok gue masih tetep nggak ngerti, ya, Lang?" geleng Nadine pelan. Semula ia membiarkan diri tidur tengkurap, kali ini memilih untuk duduk bersila.
"Yang mana yang belum lo ngerti?"
Langit mendekatkan dirinya pada Nadine, sehingga lengan mereka saling bersentuhan. Gadis berambut ala ekor kuda itu menoleh. Dilihatnya Langit dari samping. Dalam jarak sedekat ini, Nadine bisa mencium aroma pahit nan pekat dari kemeja Langit. Agak aneh saat mencium aroma itu. Entah kenapa Nadine malah lebih suka aroma Langit yang khas dengan aroma sabun mandinya yang segar.
"Yah, malah ngelamun," celetuk Langit. "Baru nyadar kalau gue ganteng, ya?"
Refleks, Nadine memukul bahu Langit. "Yee, siapa juga yang mujiin lo, Lang? Orang daritadi gue nyiumin bau rokok lo. Enggak enak."
Secepat kilat, Langit menegakkan posisi duduknya. Kepalanya bergerak ke samping, berusah mencium aroma yang tengah melekat pada tubuhnya. "Wah, iya, masih kecium, dong! Gawat nih, gue bisa diabisin nyokap gue!"
"Lo tadi emang seriusan ngerokok?" cecar Nadine, sambil berkacak pinggang.
"Yakali, gue pura-pura?" sergah Langit, jengkel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Longshot
Teen Fiction[ HIATUS ] Semua orang pasti mengakui dirinya sebagai pemimpi. Nadine salah satunya. Semenjak nilainya yang semakin jatuh, hal itu membuat jalan Nadine semakin sulit untuk masuk ke ITB. Nadine yang berubah menjadi ambisius, lagi-lagi harus...