11th Will

893 119 21
                                    

            Sudah kesekian kalinya, jemari panjang milik Langit mengetuk-ngetuk di atas stang motor yang terparkir di halaman belakang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

            Sudah kesekian kalinya, jemari panjang milik Langit mengetuk-ngetuk di atas stang motor yang terparkir di halaman belakang sekolah. Kedua matanya terus menelaah secara asal ke sekitarnya, mencoba mendapatkan sesosok familiar yang tengah ia tunggu sedaritadi.

            Langit merogoh sebuah benda tipis berwarna hitam dari saku jaket jinsnya. Begitu diklik, layar ponselnya itu menampakkan dua digit angka. 14℃.

            Hawa dingin kala ini memang cukup membuat Langit sesekali menggosok-gosokkan kedua tangannya sembari menengadah hanya untuk melihat daun-daun yang menggantung di tiap ranting pohon.

            Entah kenapa disaat melihat pohon besar di sekitar jalan belakang sekolah, membuat lelaki berjaket jins biru tua itu menaikkan kedua sudut bibirnya. Seolah pemandangan di atas tengah menyuguhi tontonan dalam memori. Dan anehnya, malah sesosok gadis berambut kuncir satu--yang selalu mengenakan sweater di pagi hari--muncul dalam benak Langit saat ini.

            Kalau dipikir-pikir, Nadine itu adalah gadis yang keras kepala. Selalu hidup dengan penuh prinsip. Bahkan, jarang sekali Langit bisa melihat gadis itu tertawa begitu ceria. Selalu kaku, berpikir jika akademik adalah hal yang utama.

             Menjabari semua karakter yang dimiliki Nadine, entah kenapa malah mengingatkan Langit tentang masa lalu. Sebuah kenangan yang membawa Langit kembali ke sosok dirinya yang dulu.

             "Oi, Langit!" seru seseorang tiba-tiba.

             Langit tersentak begitu dengar seruan namanya dari seberang jalan sana. Buru-buru ia menoleh ke arah sumber suara.

             Lelaki dengan balutan jaket jins biru tua yang menutupi kemeja seragamnya itu memicingkan mata ke ujung sana. Beberapa sepeda motor mulai berhenti di ruas jalan kecil yang selalu sepi itu. Salah satu di antaranya, berhentilah sebuah motor hijau bermesin tiga tak yang dikendarai oleh sesosok yang tidak asing bagi Langit.

              Dialah Ganindra Gifari. Panglima Garuda, yang disegani oleh seluruh anak SMA Pancasila, memanggil Langit yang baru saja dinobatkan sebagai anggota barunya.

              Gifar memang ketua dari sebuah kelompok "keamanan" dari SMA Pancasila. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Kalau dibandingkan dengan Langit, tinggi Gifar hanya sedagu cowok itu. Namun, di balik penampilan yang dimiliki oleh Gifar, ada satu hal yang membuat Langit selalu kagum pada orang itu.

              Gifar memiliki sesuatu yang tidak Langit punya. Kharisma. Sebuah aset langka yang jarang dimiliki oleh orang banyak. Dengan mempunyai kharisma, bagi Langit, semua orang pasti akan tunduk dan segan pada orang yang memiliki aset tersebut. Begitu hebat ketika satu orang bisa mengendalikan satu kelompok hanya dengan memiliki aura kharisma tersebut.

             Hanya dengan kharisma, seseorang bisa punya banyak pengikut bahkan bisa dikagumi oleh satu komunitas. Dan itulah keunikan dari Gifar yang Langit lihat sampai sekarang.

LongshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang