Syock

65 4 2
                                    

Aku menatapnya dalam sembunyi. Dirinya yang selalu datang ke perpustakaan nasional membuatku menaruh perhatian besar padanya. Mungkin ia berpenampilan tak semenarik pemuda pada umumnya. Namun dalam dirinya itu ia memiliki sebuah magnet yang mampu membuatku selalu memperhatikannya.

Seperti biasa, dia datang dengan ransel hitamnya. Memilih-milih buku diantara rak buku sastra, tak lama dia berjalan duduk pada kursi dekat jendela tempat favoritnya. Aku tertarik ketika mata hazelnya yang terbingkai oleh kacamata seakan menari membaca tiap kalimat yang tertera pada buku.

Saat melihat dari kejauhan saja, aku sangat terpesona. Apalagi jika melihatny dari dekat, aku tak sanggup membayangkannya. Sebuah ide terlintas dalam otakku. Kenapa tidak kucoba saja untuk mendekatinya? Tidak buruk juga. Aku mengambil sebuah buku di salah satu rak. Lalu, aku berjalan duduk yang jaraknya cukup dekat dengannya.

"Jangan memperhatikanku dari kejauhan seperti itu, kau seperti ingin membunuhku hidup-hidup."

Astaga! Mendengarnya bicara membuat degup jantungku berdetak lebih kencang. Bahkan aku belum mengatakan sepatah katapun kepadanya, oh tuhan! Sangat beruntung lah aku hari ini.

"Maaf, aku tak sengaja." Aku salah tingkah. Bagaimana ini? Aku tergugup habis-habisan, tetapi aku juga senang karena dia membuka pembicaraan terlebih dahulu.

Dia kembali fokus pada buku tebal di hadapannya. Aku menyerngit heran, apa buku tebal itu lebih penting dari pada aku?

Aku ingin sekali mengenalnya lebih dalam. Maka itu, aku mencoba untuk membuka pembicaraan.

"Kau selalu terlihat disini ketika siang hari." Sapaku. "Apa kau mahasiswa semester akhir?"

Ia masih tetap fokus pada buku bacaannya. Mungkin inilah nasibku, diacuhkan ketika bertanya.

"Tidak." Jawabnya singkat. Aih, apa semua cowok tampan harus bersikap dingin seperti itu? "Aku hanya senang membaca buku yang menurutku menarik." Lanjutnya.

Aku ingin melanjutkan percakapan ini. Tapi, apa yang harus kukatakan lagi. Topik pembicaraan yang cukup membuatnya tertarik untuk bicara denganku. Mungkin, lebih baik aku diam. Berada lebih dekat dengannya itu lebih dari cukup. Ditambah lagi, percakapan singkat. Apa ini bisa dibilang perkembangan?

Tiba-tiba saja ada yang menepuk bahuku. "Apa kau membaca dengan posisi buku seperti itu?" Tanya dia.

Aku melihat buku yang kubaca. Dan ternyata, buku itu terbalik. Oh Tuhan, betapa malunya aku.

Sesudah memberi tahu buku yang (sebenarnya tidak) ku baca itu terbalik, dia berjalan menjauhi tempatku, kembali menyisakan aku dan si pria tampan.

"Siapa namamu?" Tanya ku.

Tik-Tik-Tik

Tidak ada jawaban dari nya, aku menghela napas.

"Hey, aku berkata padamu!" Seruku.

Dia menutup bukunya lalu menatapku, "kau berbicara padaku?" Tanyanya.

Ingin sekali kulemparkan buku yang sedang berada digenggaman ku ini jika tidak mengingat aku menyukainya.

"Aku berkata, siapa namamu?" Tanyaku mengulangi.

Dia mengangguk, "Oh, Namaku Nate Xander"

Sekarang apa lagi? Oh aku benci keadaan seperti ini. Bagaimana caranya agar dia membuka suara lagi? Oh aku tahu.

Aku berdiri dari tempat duduk ku lalu berjalan menjauhi tempat tadi.

"Hey!" seru nya

Gotcha!

SamCer ( Sambung Cerita )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang