Jam sepuluh pagi Kenny dan Seno sudah bersiap untuk segera berangkat kekota. Memang sehari setelah menikah Seno akan langsung kembali kekota karena ada urusan mendesak yang tidak bisa diwakilkan.
"Nduk, kamu disana jadi istri yang baik ya... jangan lupa ngurus suamimu..." Kenny mengangguk-anggukan kepalanya mendengar wejangan Ibu dan bapaknya.
"Nak Seno, jaga Putri kami ya..."
"Iya Pak." Jawab Seno tulus.
"Ya sudah Pak, Bu kita pergi." Orang tua Kenny sebenarnya berat melepaskan anak sulungnya tersebut, namun mereka sadar seorang anak perempuan yang sudah menikah harus ikut kemanapun suaminya membawanya. Dengan air mata yang tertahan, mereka masih menyelipkan harapan agar anaknya dapat menjalani hidup dengan baik dikemudian hari.
Tidak jauh berbeda Kenny yang berada didalam taxi bersama suaminya pun meninggalkan kedua orangtuanya dengan berat hati. Dia sadar bahwa dia bisa berkunjung setiap saat namun rasanya sungguh berbeda.
"Kenny." Merasa istrinya hanya diam tak menyahut panggilannya Seno kembali memanggil nama gadis itu. "Ken." Panggilnya lagi menyentuh tangan Kenny dengan hati-hati. Kenny tersentak, sadar dari lamunannya setelah Seno menyentuh tangannya. Kenny menolehkan kepalanya menghadap sang suami, "Ada apa, Ken? Apa yang sedang kamu lamunkan? Cobalah berbagi denganku." Tawar Seno lembut.
"Tidak mas, tidak ada apa-apa. Aku hanya memikirkan kedua orang tua dan adikku. Selama ini aku cukup bergantung pada mereka dan jauh dari mereka membuatku merasakan ada sesuatu yang hilang." Kenny berkata sambil menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi penumpang.
"Aku mengerti perasaanmu, mulai sekarang bergantunglah padaku. Itu kan gunanya suami." Seno berkata dengan senyum lembutnya. Membuat Kenny terpana melihat wajah sang suami terperangah karena kegantengannya meloncat dua kalilipat. Bahkan rambut klimis dan kacamata pria itu tidak mempengaruhi senyuman menawannya.
Kenny mengusap keringat yang menetes didahinya. Lumayan melelahkan juga membersihkan rumah sendirian. Rumah Seno ralat rumah mereka memang lumayan besar kalau Kenny harus membersihkannya sendiri. Rumah type 54 dua lantai dengan tiga kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dua kamar mandi, dapur yang menjadi satu dengan ruang makan, garasi dan teras rumah.
Hampir dua minggu sudah, dia tinggal dengan suaminya dirumah itu. Karena mereka tinggal di komplek perumahan, Kenny belum memiliki teman akrab disini. Maklum orang komplek sangat jarang bersosialisai, berbeda dengan orang-orang dikampungnya. Apalagi saat ada orang baru masuk kekampung orang-orang akan berbondong-bondong mengunjungi rumah orang itu untuk silahturahmi atau sekedar memperkenalkan diri.
Oh ya satu lagi. Sampai saat ini dia masih PERAWAN arghhh!!! Padahal Kenny sudah tidak sabar untuk melepas predikat itu tapi mau bagaimana lagi. Bukannya Kenny atau Seno tidak mau, tapi keadaan yang memaksa mereka.
Setelah sampai di rumah, Seno mengajak Kenny berkeliling dulu dirumahnya kemudian mereka makan siang setelah itu baru merapikan barang bawaan Kenny. Malam harinya mereka langsung tertidur lelap karena kelelahan.
Pagi harinya Kenny menyiapkan keperluan Seno sebelum pria itu berangkat kerja.
"Mas, ini bajunya." Ucap Kenny lembut, dengan malu gadis itu menyerahkan kemeja biru muda pada Seno. Bukan tanpa alasan dia malu, pasalnya dia tidak kuat melihat tubuh kekar suaminya yang tidak tertutup apapun alias Shirtless.
"Terimakasih, Ken." Ucap Seno.
"Iya Mas, oh ya sarapannya sudah siap. Ayo makan dulu sebelum berangkat." Seno mengangguk dan berjalan menuju ruang makan. Kenny mengikuti dari belakang sambil membawa tas kerja suaminya.

KAMU SEDANG MEMBACA
SamCer ( Sambung Cerita )
Short StoryTidak ada deskripsinya, langsung baca aja ya klo penasaran. Dilapak ini terdapat kumpulan cerita dari beberapa member WWClub yang dikerjakan oleh beberapa member dalam membuat cerita pendek. Langsung buka aja ya dan jangan lupa vote+koment.