Chapter 3

92 12 2
                                    


Haera melirik kembali jam tangannya. Hampir 15 menit gadis itu menunggu supir pribadinya tapi tak kunjung datang juga.

"belum dijemput?"

Haera menoleh ke belakang dan mengangguk

"mau kuantar?"

"tidak perlu. Sebentar lagi supirku datang"

"tapi ini sudah sore dan sepertinya akan turun hujan. Kau yakin? Ayolah kuantar pulang"

Haera memikirkan kata-kata Jimin dan mendongak melihat langit. Benar kata Jimin. Langit sangat mendung. Sepertinya akan turun hujan. Dan pada akhirnya Haera mengangguk

Suasana di dalam mobil Jimin sangat hening. Jimin melirik Haera dari ekor matanya lalu berdehem.

"kau tidak lapar?"

"aku akan makan dirumah"

"tapi aku lapar. Kita cari makan dulu ya"

Haera tidak menjawab. Sebenarnya ia juga lapar sekali. Berhubung Jimin mengajaknya makan ya kenapa menolak?

Sampailah mereka disebuah restoran yang terbilang cukup mewah. Mereka hanya makan tanpa mengatakan apapun. Selesai makan Haera mulai membuka suaranya

"Jimin-ah!"

"hem?"

"aku...hem..."

"katakan saja"

"aku...malas pulang ke rumah"

"lalu?"

"bisakah kita ke sungai han dulu?"

Jimin tersenyum sambil mengangguk

"terimakasih"

Disinilah mereka sekarang. Di tepi sungai han. Karena permintaan Haera yang ingin ke sungai han terlebih dulu sebelum pulang. Jimin menatap punggung Haera. Gadis itu terlihat sangat rapuh dibalik ekspresi dinginnya.

"Haera-ya! Sudah malam. Sebaiknya kita pulang"

"sebentar lagi Jimin-ah. Aku masih merindukan ibuku"

"ibumu?" tanya Jimin yang sekarang berdiri disamping Haera.

"ibuku meninggal 2 tahun yang lalu dan abunya ditebarkan disini. Di sungai han"

Jimin menoleh menatap Haera. Ada perasaan kasihan melihat gadis di depannya ini. Kenapa begitu sakit melihatnya sedih seperti ini? Tanpa terasa airmata Haera jatuh. Gadis itu menangis. Menangis pertama kalinya di depan orang selain oppa dan ayahnya. Menangis di depan Jimin. Jimin mengulurkan tangannya memeluk Haera. Pelukan Jimin semakin erat saat tangisan Haera mulai menjadi.

"aku sangat merindukannya...hiks"

Jimin tidak mengatakan apapun. Hanya membiarkan Haera menangis sepuasnya di dalam pelukannya. Setelah Haera tenang barulah Jimin melepaskan pelukannya. Haera tidak tahu kenapa saat Jimin melepaskan pelukannya ada perasaan tidak rela didalam hatinya.

"kau sudah tenang?"

Haera mengangguk

"jangan menangis lagi. Aku disini untukmu"

Haera menatap manik mata Jimin. Pandangan mereka terasa terkunci oleh sesuatu yang mereka sendiri tidak tahu. Entahlah. Memandang mata satu sama lain terasa sangat menghangatkan ditambah pacuan detak jantung yang sangat cepat. Terasa seperti mau copot. Pipi Haera tiba-tiba memanas. Gadis itu menundukkan kepalanya takut kalau Jimin melihat wajahnya yang memerah.

"kita pulang?"

"hm..ayo"

---

Jimin memandangi foto-foto Haera yang diambilnya saat mereka pertama kali ke sungai han. Foto dimana tersungging senyuman dan tawaan seorang Song Haera. Sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada.

ForgiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang