PART 1 : Membuka Mata

2.8K 83 9
                                    

07.00am KST.

Aku membuka mataku..

Menerawang seisi ruangan serba putih Ini, tercium bau obat di mana-mana. Aku masih bisa bernafas? Kurasa iya. Aku terbaring lemah di kasur rumah sakit di temani alat bantu di sekujur tubuhku, beberapa cairan obat, dan alat infus sebagai penopang hidupku setelah satu minggu Aku terbaring di sini.

"Dokter, anakku telah sadar." Suara eomma ku menggema di ruangan Ini memanggil manggil seorang dokter untuk memeriksaku.

Dokter berlari menuju kamarku di ikuti Para perawat. Dokter menggunakan steoskop dan semacam senter kecil untuk melihat mataku. Aku Tak tahu nama benda itu makanya Aku menamainya senter kecil seperti balpoin.

"Bagaimana keadaannya dok? Apa operasinya menyembuhkan anakku?" Ucap eomma penuh harap.

Sang dokter menghela nafas sebelum menceritakan kondisiku. Dan Aku? Aku hanya menatap beberapa orang di ruangan Ini dengan tatapan Tak terbaca, datar.

"Saya Tak tahu Apa operasinya menyembuhkan anak Anda. Saya harap penyakit Kanker Hatinya telah sembuh dengan operasi Ini, dan mematikan virus kanker itu agar tidak menyebar. Jika tidak mungkin operasinya hanya akan memperlambat proses kematiannya." Jelas Sang dokter pasrah.

Ini operasi ketigaku pemberian cairan pada tubuhku untuk menghentikan perkembang biakkan dari virus kanker yang Ada di organ hatiku sebelum menyebarkan keseluruh tubuhku.

Eommaku hanya menangis, ingin rasanya Aku menghampirinya dan menenangkannya.

'Aku masih kuat eomma kau Tak perlu khawatir dengan keadaanku.' Batinku

Sang dokter dan Para perawat yang memeriksaku keluar meninggalkan kami berdua. Eomma menghampiriku.

"Gwenchana eomma, Aku anak yang kuat. Jangan khawatirkan Aku." Aku tersenyum lemah.

Eomma tersenyum, "Eoh, kau anak eomma yang paling kuat." Eomma menghapus sisa-sisa air matanya sambil mengelus kepalaku.

Aku merasakan kenyamanan saat eomma mengelus kepalaku, Aku menyukainya saat eomma melakukannya.

Saat asiknya Aku dengan elusan yang di berikan eommaku, seseorang membuka pintu kamarku.

"Kau sudah sadar chagiya." Itu suara oppaku, Kim Jong In.

Aku hanya mengangguk menginyakan. Aku memposisikan diriku duduk di bantu oppaku.

" Ji Won-Ah, sebaiknya kau berbaring saja, keadaanmu masih belum pulih." Ucap oppaku.

Aku menggeleng, "Aku lelah terus berbaring oppa, Aku sudah membaik."

Ahh, sepertinya Aku melupakan sesuatu. Anyeonghaseyo, joneun Kim Ji Won imnida. Aku memiliki keluarga eomma, oppa, ahjumma, ahjussi, dan samchon. Jika kalian heran kenapa Aku tidak menyebutkan appaku. Appa sudah lama meninggal karena penyakit yang di deritanya seperti Aku, penyakit kanker hati.

Yap, Aku mengidap penyakit Ini sudah sangat lama dan semacam keturunan dari harabojiku, turun ke Appa lalu ke Aku.

Aku tidak tahu kenapa Tuhan memberiku cobaan Ini, awalnya Aku tidak menerima Ini. Aku terus-terusan menangis dan berfikir lebih baik mati daripada harus mengidap penyakit Ini, karena Ini sama saja membunuhku secara perlahan, Ini terlalu menyakitkan.

Tapi ketika Aku mengingat Appaku bagaimana dia bersabar dan tegarnya menghadapinya dia tidak pernah mengeluh selalu memperlihatkan senyumannya tanpa memperlihatkan kelemahannya di hadapan orang terutama keluarganya Aku sangat bangga padanya. Aku sangat mencintai Appaku.

Hospital In Love (EXO Chanyeol Fanfiction Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang