Putus asa? Semua orang memiliki titik kelemahan tersendiri. Jatuh dari keterpurukan, katanya bangkit lagi.
Terus bagaimana jika ingin bangkit? Tapi jiwa tidak bisa untuk bangun lagi?Setiap orang ingin happy ending untuk menemukan kebahagiaan bukan sebuah penyesalan pada akhir buku.
****
Aku sekarang berada di sebuah ruangan laboratorium untuk pengujian tes darah.
Kegelisahan, ketakutan, bercampur jadi satu. Terkadang keinginan tak sesuai dengan ekspetasi, kau ingin memilih yang pertama tapi Tuhan selalu memberikan pilihan kedua untukmu. Dan pilihan kedua ini bukanlah harapan yang kau inginkan.
"Ji Won, sebaiknya kau pergi ke sekolah. Untuk hasilnya belum bisa jadi hari ini, mungkin satu minggu ke depan atau lusa. Aku akan menghubungimu." Dokter Park kuharap aku bisa memegang kata-katamu.
Aku mengangguk, sudah pukul 08.30. Pasti aku dihukum kalau sampai di sekolah jam segini.
Lebih baik aku tidak sekolah percuma juga datang jam segini, yang ada hukuman seharian yang kudapat.
Aku akan pergi ke mall saja, sendirian tak masalah.
"Eomma, apa aku bisa sembuh?" aku melihat seorang anak yang berusia sekitar 12 tahun, kepalanya botak, wajah pucat memakai kursi roda, bagian kukunya menghitam.
Apa itu efek kemo? Betapa keras obat kemonya. Bagaimana dengan nasibku kelak? Oh Tuhanku, membayangkannya saja membuatku histeris.
"Kau akan sembuh sayang." aku masih di tempat memperhatikan mereka.
Anak usia 12 tahun sudah mengidap penyakit mematikan begini. Dengan tegar tanpa keluhan terpancar dari wajahnya. Aku perlu belajar banyak darinya.
"Aku ingin sembuh, sungguh ingin. Aku mau belajar di luar negeri menjadi seorang penulis dan menikah dengan seorang jurnalistik." semangat hidupnya tinggi.
Aku tersenyum melihatnya, kenapa aku harus kalah dari anak usia 12 tahun.
"Hyun Jung di sini dulu yah, eomma mau ambil mobil dulu." anak itu mengangguk.
Lantas aku menghampirinya, "Hai anak kecil." anak itu menengok ke arahku dan aku tersenyum sebagai tanggapanku.
"Apakah aku boleh berteman denganmu?" anak itu tersenyum, manisnya.
"Namaku Kim Ji Won, kalau kamu?"
"Namaku Lee Hyun Jung."
"Ini permen untukmu, kau bisa makan permen kan?" ia mengangguk. Aku mengelus kepalanya.
"Noona, bukankah kau dulu yang sekamar denganku pas kemo?" aku sudah tidak ingat kejadian kemoku dulu.
Yah lumayan sudah lama sih.
"Hmm, mungkin.. Soalnya Noona lupa." aku menggaruk tengkuk yang tak gatal.
"Belum tua, Noona sudah pelupa." Aku terkikik mendengarnya.
"Sayang, ayo kita pulang." aku tersenyum memandang ibunya.
"Terima kasih sudah menemani anakku."
"Tidak masalah ahjumma."
"Kalau begitu kami pamit."
"Dadah Noona."
Aku mengelus kepalanya, "Sampai jumpa adik kecil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hospital In Love (EXO Chanyeol Fanfiction Romance)
RomanceAku mencintainya, dia juga mengatakan hal yang sama padaku. Tapi Aku Tak begitu percaya, perasaannya mungkin saja perasan kasihan padaku. Namun Aku sangat mencintainya, haruskah hatiku mempercayainya? - Kim Ji Won Aku mencintaimu sejak awal pertem...