PART 14 : KIM AERIM

110 6 2
                                    

Aku merasa aneh dengan tingkah pria dihadapanku. Aku tidak memperkirakan perlakuannya.

Meski aku memarahinya dia masih saja kembali untuk menjemputku.

Aku masih ingat kejadian tadi.

Aku ingin naik bus yang mengarah kerumahku.

Tapi, dia kembali untuk menjemputku.

Kadang ia ketus, kadang ia peduli.

Aku menelungkupkan wajahku dengan kedua tanganku.

Menatap pria dihadapanku yang sedang asyik dengan dunia baca bukunya.

Kalau diperhatikan dengan jarak sedekat ini.

Dia sangat tampan.

"Jangan sampai mata dan bibirmu itu copot dari wajahmu karena memperhatikan ke tampananku. Aku tahu aku tampan." ujarnya percaya diri.

Tampan katanya? Cih. Apa sih aku ini sudah gila kali yah.

Kenapa juga aku tersenyum.

Meski dalam hati berkecamuk setuju kalau dia memang tampan.

Aku harus jual mahal sedikitlah sama pria ini.

"Cihh... Sejak kapan kau memiliki kepercayaan diri yang tinggi." kataku sambil memalingkan wajahku kearah lain.

Jangan sampai rona merah dipipi ku disadari olehnya.

"Lebih baik kau baca buku ini. Untuk saat ini aku tidak ingin berdebat disini." ia memberiku buku sambil menunjuk tulisan yang ditempel ditembok.

"Dilarang ribut. Kau pahamkan maksudnya." ujarnya dengan nada kembali ketus.

Dengan kesal aku mengambil buku itu dan membuka beberapa lembar untuk kubaca.

Matematika? Yang benar saja.

Aku sangat kesal bila harus berkutat dengan angka.

Yah dapat dikatakan aku nol besar jika belajar materi ini. Harus mempelajari beberapa rumus.

IQ tidak sebesar itu untuk menampung beberapa rumus untuk dihafalkan.

Aku sangat berbeda dengan Ji Won. Tapi tidak mungkin juga aku mengganggu Chanyeol dan Ji Won berdua.

Melihat mereka berdua belajar bersama, tidak mungkin aku datang menjadi orang ketiga.

Aku menopang wajahnya dengan kedua tanganku sembari menghembuskan nafas.

"Huft! Apa bagusnya matematika? Tanpa materi ini pun. Aku mampu menghitung uang dengan baik." ucapku pelan.

Mataku teralihkan sosok pria yang masih bergulat dengan buku, "Dasar kutu buku." lirihku.

Sekilas mataku melihatnya, ia memandangku tajam.

Apa dia mendengar ucapanku barusan?

Oh tidak..
Dasar mulutku ini tidak bisa dikompromi.

Aku memukul mulut cerocosku. Setidaknya itu hukuman untuk diriku karena sudah menghinanya.

"Kalau kau tidak ingin belajar sebaiknya pulang sana."

Cihh...
Sedari tadi pas di halte bus tujuanku memang itu.

'TERUS UNTUK APA KAU MEMBAWAKU KEMARI DASAR PANDA.' rasanya aku ingin berteriak didepannya.

"Jangan terlalu banyak mengutukku. Kau akan sial nantinya." ujarnya sambil berdiri. Entah dia mau kemana.

Hospital In Love (EXO Chanyeol Fanfiction Romance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang