8. I'm Free

691 50 0
                                    

Terdengar suara pintu terbuka dari arah belakangku, yang membuatku terbangun dari tidurku.

Aku langsung bangun dan duduk di tepi tempat tidur. Aku mulai mengusap-usap mataku untuk memulihkan pandanganku yang sedikit buram.

Tiba-tiba sesosok bayangan hitam berdiri di hadapanku. Aku menengadahkan kepalaku dan melihat seorang polisi bermuka masam menatap lurus ke arahku. Sang polisi itu, langsung mengambil tanganku dan memborgolnya seperti biasanya.

Lalu, aku digiring keluar ruangan kecilku, lalu melewati lorong-lorong, dan akhirnya berhenti di depan sebuah ruangan. Ruangan yang terdapat tulisan “Ruang Pengadilan” di atas pintu ruangan itu. Saat aku memasukinya, aku langsung menduduki kursi yang berada di tengah depan dari hakim.

Saat sidang berlangsung, aku merasa sangat tidak konsentrasi. Pikiranku penuh dengan kejadian tadi malam. Ya, tetapi akhirnya aku hanya menangkap perkataan terakhir dari hakim itu yang menyatakan bahwa aku dibebaskan.

Aku merasa sangat lega, tetapi di lain sisi, aku merasa sedih juga. Jika aku dibebaskan, berarti aku tidak bisa bertemu Harry lagi? Ah, sudahlah, toh siapa juga Harry? Just murderer boy. Hm, tetapi aku juga harus berterima kasih kepadanya karena telah menepati janjinya dengan membebaskanku.

Setelah sidang diputuskan untuk selesai, pihak polisi langsung menelpon keluargaku dan meminta untuk menjemputku.

Setelah menunggu sedikit lama, sebuah mobil hitam muncul di depan kantor polisi. Aku yakin, itu adalah mobil kakakku.

Aku langsung menghampiri mobil itu dengan sedikit berlari. Sesampai di samping mobil itu, jendela mobil itu terbuka.

“Hi, Trixa. Long time no see. Come in!” kakakku, Jen menyapaku dengan senyuman manis seperti biasanya.

“Okey, drive well sista,” aku langsung membuka pintu mobil. Lalu, memasukinya dan segera menutup jendela yang sebelumnya terbuka lebar. Kemudian, mobil hitam ini berjalan menjauhi kantor polisi hingga sampai di depan rumahku.

Aku langsung membuka pintu mobil dan keluar dari mobil hitam ini. Sebelum aku sempat menutup pintu mobil, mataku sudah beralih memandang rumah bercat coklat yang sedang berdiri kokoh di depanku.

“I’m very miss my home,”Aku tersenyum bangga saat melihat rumahku lagi. I think, i’m homesick.

“And your home miss you too, Trixa,”Jen membalas perkataanku.

Tanpa menghiraukan perkataan Jen, aku langsung berlari menuju ke pintu masuk. Aku langsung membukanya, dan memasukinya. Tidak perlu waktu lama, aku sudah bisa merasakan tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalam rumah ini.

“Jen, where’s father and mother?” aku bertanya heran kepada Jen yang sedang berada di belakangku.

“They have work in America,”jawab Jen santai sambil menutup pintu rumah yang terbuka lebar.

“Oh..,"aku berdiam sejenak setelah mendengar jawaban Jen. Tiba-tiba ada pertanyaan yang muncul lagi dalam otakku, "Oh, ya, Why you don’t visit me at prison?”. Aku mulai menjatuhkan diri di sofa empuk di ruang keluarga.

 “Your friend, Harry didn’t let me to visit you. He said, you will okey at prison. So, i trust him. Ya...,”Jen mengikutiku, dia juga menjatuhkan diri di sofa tepat di sebelahku.

Aku kaget mendengar namanya,“Harry?”. Sebelum Jen menjawab pertanyaanku, aku langsung mengalihkan pembicaraan dengan memberi pertanyaan lain,“Mom and Dad? Are they knew it?”.

“They don’t know. I don’t tell them about it”

“Thank’s Jen. You’re my best sister ever,”Aku langsung memeluk Jen sebentar. Lalu, melepaskannya lagi.

“Hahaha, thanks. Oh, ya, berita tentang kejadian yang kamu perbuat samasekali tidak muncul di media informasi manapun

 “What? How can?”aku terkejut mendengar perkataan Jen.

 “I don’t know. Tetapi, aku pernah mendapat berita bahwa salahsatu member One Direction yang menyuruh semua pihak media untuk tidak menyebarluaskan berita ini,” aku hanya bergumam ringan mendengar perkataan Jen dan aku langsung berpikir bahwa member One Direction yang Jen maksud adalah Harry Styles.

PRISON (Harry Styles)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang