I Just Need You

13.7K 127 1
                                    

"AKU MUAK." Teriakku sambil membanting pintu dan keluar dari ruangan yang rasanya sangat menyesakkan dengan tergesa. Aldo berlari mengejarku.

"Vi, tunggu." Aldo berusaha menahan lenganku.

"Apa lagi ?, aku rasa semua sudah cukup. Aku benar-benar capek. Biarkan aku istirahat." Selaku penuh emosi.

"Aku tahu Vi, maafkan aku. Tolong jangan lakukan ini, aku tidak sanggup, please Vi." Mohonnya.

Aku menghela nafas berat, tidak tega melihat wajahnya yang memelas. Tapi, hatiku masih terasa sakit. Sekian lama aku berusaha sabar menahan perasaanku, untuk pertama kalinya sepanjang hubungan kami aku melampiaskan emosiku, untuk pertama kalinya aku berteriak di depan wajanhnya. Aku hampir tidak mengenal diriku lagi saat itu. Dan Aldo jauh lebih terkejut lagi, shock, itu lebih tepatnya. Aku tidak lagi peduli.

"Vi, please." Suara Aldo menyadarkanku.

"Aku hanya butuh waktu untuk menenangkan diri Do, aku butuh sendiri. Aku benar-benar lelah." Kataku akhirnya.

Aku lihat ada cairan bening jatuh dari pelupuk matanya. Tanpa terasa airmatakupun sudah mengalir di pipi.

"Jangan menjauhiku Vi." Aldo tiba-tiba memelukku erat.

Aku bergeming dalam pelukannya. Aku hampir mati rasa karena semua perasaan ini. Aku tidak mengerti, terlalu banyak hal yang terjadi dalam waktu bersamaan. Aku bahkan terlalu sulit percaya ada pribadi lain dalam diriku yang sama sekali tidak aku kenal, dan sekarang pribadi baru itulah yang memegang kendali. Emosi bisa merubahku jadi pribadi yang berbeda.

Aku mendorong tubuh Aldo perlahan, Menatap langsung ke dalam matanya. Tuhan, aku tak pernah tega melihatnya seperti ini. Tatapan itu selalu berhasil membuatku luluh. Tapi tidak untuk saat ini, aku memang merasakan perasaan bersalah itu, tapi segera hilang begitu saja, sesaat aku masih merasa kepalaku mendidih panas.

"Jangan membuat semuanya semakin buruk Aldo. Aku hanya meminta waktu untuk sendiri." Jawabku datar.

Dengan berat Aldo melepaskan aku. Aku segera beranjak pergi.

"Aku mencintaimu, Vi."

'Aku juga mencintaimu' kata-kata itu sudah ada di ujung lidahku, tapi bibirku terlalu berat untuk mengucapkanya. Jadi, aku hanya berlalu dalam diam, meninggalkan Aldo yang masih berdiri mematung.

Aku langsung menghempaskan tubuhku di tempat tidur saat memasuki kamarku. Aku merasa benar-benar lelah. Kepalaku terasa berdenyut-denyut. Aku berbaring telentang, memikirkan pertengkaranku tadi dengan Aldo.

Aku terduduk kaku di sofa ruang tamu Aldo. Dia belum pulang, aku tidak tau dia kemana, tidak ada kabar. Sudah lebih dari satu jam aku duduk disini, tidak melakukan apa-apa. Rumah ini benar-benar sepi, hampir menyiksaku karena keheningannya. Padahal dulu selalu ada kehangatan disini, keceriaan, canda dan tawaku bersama Aldo. Betapa aku merindukan saat-saat itu.

"Hei, sayang. Ada apa kamu kesini ?, kenapa tidak bilang dulu ?." sapa Aldo saat masuk kerumah, sedikit kaget melihatku, tapi langsung memeluk bahuku dari balik sofa.

"Aku tidak boleh kesini ?, kalau kamu tidak suka, aku pulang." Jawabku datar.

"Vi, kenapa ?, aku tidak bilang begitu, tentu saja aku senang kamu kesini. Hanya saja kalau kamu bilang aku bisa jemput kamu."

"Tidak perlu."

"Vi, kamu kenapa ?, ada yang aneh denganmu."

"Bukan aku, tapi kamu Aldo."

"Aku ?, aku kenapa Vi ?, aku baik-baik saja."

"Kamu baik-baik saja. Oke, kalau begitu aku yang tidak baik."

Just Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang