Hanya Cinta

1.6K 46 3
                                    

Darren memandang lekat perempuan yang ada di hadapannya saat ini yang sedang bercanda dan tertawa lepas dengan gadis mungil yang sangat cantik di pangkuannya. Anak itu mungkin berusia sekitar 2 tahun. Pikirannya masih diliputi berbagai pertanyaan yang semakin mengacaukan pikirannya. Sama sekali tidak tau apa yang harus dilakukan. Darren hanya terduduk diam menyaksikan kedekatan kedua orang yang terlihat sangat bahagia, seakan tanpa beban. Padahal saat ini begitu banyak hal yang terasa begitu mengganjal di hati Darren tentang mereka berdua, tapi justru orang yang menjadi pemikirannya saat ini tidak terlihat memiliki masalah sama sekali. Darren menghela nafas panjang, mengapa harus menjadi begitu rumit, bahkan dia sama sekali tidak mengharapkan pertemuan ini kembali.

Dilli sesekali mencuri lihat kepada Darren yang terlihat memiliki banyak pertanyaan untuk di ajukan, tapi memilih diam. Dilli hanya mendiamkannya, kembali memberikan perhatiannya kepada Aghisa yang tertawa senang di pangkuannya, gadis kecilnya, malaikat cantiknya, dunianya. Biarkan saja Darren sibuk dengan pikirannya sendiri, berspekulasi tentang dirinya, Dilli tidak peduli. Sudah terlalu sering dia menghadapi yang seperti ini, hanya saja ini sedikit berbeda atau mungkin sangat berbeda, Darren tetap diam di tempatnya, meski terlihat jelas kebimbangan di wajahnya, tapi dia tidak pergi, seperti yang lainnya. Entah apa yang ada di pikirannya, Dilli tidak mau ambil pusing, terserah apa yang di pikirkan Darren tentangnya.

Darren dan juga Dilli tidak menyangka pertemuan ini, pertemuan mereka kembali setelah sekian tahun. Semua sungguh tidak terduga. Dilli bertemu dengan Darren tadi saat akan menonton, Darren tidak sengaja menabraknya karena terburu-buru mengejar film yang akan segera dimulai, kebetulan mereka menonton film yang sama dan duduk bersebalahan. selesai menonton Dilli mengajak Darren kerumahnya, karena lama tidak bertemu, mungkin mereka bisa mengobrol banyak.

Dilli membelokkan mobilnya ke sebuah rumah yang memiliki pekarangan luas dengan taman yang indah dan halaman rumput yang terlihat sejuk. Darren mengikuti di belakang dengan motornya.

"Silahkan masuk."

"Ini rumah kamu sekarang. Wow, indah sekali. Pasti kamu betah di sini."

"Terima kasih. Memang aku betah tinggal di rumah ini. Duduklah, aku ambilkan minum."

Sementara Dilli ke dapur, Darren memperhatikan sekitarnya. Rumah ini sepertinya cukup besar, rapi dan terawat dengan baik. Suasananya sangat nyaman.

"Hanya rumah sederhana, tapi aku puas, ini hasil kerja kerasku." Tersenyum Dilli meletakkan minuman di atas meja, melihat Darren yang sibuk memperhatikan rumahnya hingga tidak menyadari kehadiran Dilli.

"Ini luar biasa Dilli, rumah yang sangat nyaman."

Darren tersenyum menatap Dilli yang duduk di hadapannya, sedikit malu karena ketahuan memperhatikan rumahnya dengan sangat tertarik. Dilli terlihat lebih cantik dari terakhir kali mereka bertemu, terihat lebih dewasa dan muda diwaktu bersamaan. Sudah berapa lama mereka tidak bertemu, 5 tahun, mungkin lebih.

Dillenia, atau yang lebih suka dipanggilnya Dilli dulu adalah kekasihnya. Hubungan mereka berakhir begitu saja, tanpa alasan yang jelas. Tidak ada kepastian, saat menyelesaikan kuliahnya dulu keduanya sama-sama menghilang dan tidak mengetahui kabar masing-masing, hingga sekarang mereka bertemu kembali. Ada perasaan yang melambung tinggi dihati Darren, mungkin mereka bisa memperbaiki hubungan yang dulu gagal.

"Mamaa..." suara kecil yang begitu menggemaskan memecah keheningan, dan sesosok mungil menubruk tubuh Dilli.

"Uhuukk.." Darren yang sedang minum tersedak mendengar suara itu. Apa katanya tadi. Mama, dia memanggil Dilli mama. Apakah itu artinya..

"Ya ampun Darren, kamu baik-baik saja, pelan-pelan minumnya." Dilli memandang Darren cemas, sambil mengangkat sosok mungil itu di pangkuannya.

"Itu.... anak kamu." Darren bertanya ragu.

Just Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang