Memeluk Bulan II

798 34 1
                                    

"Oh, Maaf." Kataku saat tidak sengaja menabrak seseorang ketika sedang berjalan dengan pandangan yang fokus tertuju pada smartphoneku di sebuah pusat perbelanjaan.

"It's Ok. Hei." Katanya begitu melihat wajahku.

Akupun mendongak untuk melihatnya lebih jelas.

"Nick." Kataku terperangah saat sadar siapa yang baru saja aku tabrak, dan seketika aktivitas jantungku  meningkat dua kali lipat, dan tanganku terasa dingin. Seperti biasanya, setiap aku berhubungan dengan seseorang yang berdiri dihadapanku saat ini dengan senyum yang sangat aku kenal.

"Hai, Ann. Sedang apa ?."

Aku mengedikkan bahuku bingung harus menjawab apa, karena faktanya aku bahkan tidak punya tujuan sama sekali.

"Memutari pusat perbelanjaan ini ku rasa." Jawabku asal, membuatnya tertawa.

"Tidak kerja ?."

"Baru saja selesai." Dia membulatkan bibirnya menanggapi jawaban singkatku.

"After this ?."

"Menghabiskan waktu-waktu sendiri yang membosankan di rumah mungkin."

"Kenapa ?, pacar ?." Mungkin orang akan bingung mendengar cara Nick bertanya, tapi aku sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan pelitnya yang membutuhkan jawaban panjang.

"Sudah berubah status."

"Berakhir ?." Perasaanku saja atau aku memang melihat binar dimatanya.

"No, bukan yang seperti itu. hanya perubahan status dari hubungan obsesif menjadi hubungan jarak jauh. Maksudku benar-benar jauh secara harfiah dan kiasan."

"Bagaimana bisa ?."

"Pekerjaan, dinas luar kota. Masalah klise." Jawabku ragu, mengedikkan bahu.

"Lalu ?, tidak terlihat seperti masalah besar untukku mengingat bagaimana dirimu dulu."

"Ini masalah yang berbeda. Atau bisa aku bilang dulu dan sekarang itu jelas berbeda."

"Long story, I guess. Wanna tell me ?. Kita bisa cari tempat duduk. Aku punya banyak waktu dan tidak keberatan mendengarkannya."

Aku menggelengkan kepala, itu bukan topik yang ingin aku bahas saat ini.

 "Entahlah."

"Tak apa kalau kamu tidak mau cerita. Kenapa kita tidak bersenang-senang saja. Aku juga sendiri dan punya banyak waktu luang."

"Apa ?." Aku menatapnya bingung. Tapi bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah menyeretku untuk mengikutinya.

"Film ?." Aku tergelak setelah mengetahui  kemana dia membawaku. Bioskop, masih tidak berubah. "Ini yang kamu sebut sebagai bersenang-senang, hanya untuk menyadari kamu akan mengabaikan siapapun yang ada disampingmu selama film diputar ?, dalam hal ini, aku ?."

"Tidak kali ini, aku janji. Kamu boleh memilih filmnya." Katanya dengan mengacungkan jari membentuk V.

"Aku akan membuatmu mati bosan untuk bersenang-senang, percayalah." Kataku sambil lalu menuju tempat penjualan tiket dan memilih salah satu film animasi yang sedang tayang saat ini.

"Aku rasa tidak juga, selera kita sama." Katanya mengambil tiket dari tanganku dan mendahului menuju studio tempat film akan diputar.

"Aku kira kamu suka action, bukan animasi princess."

"Animasi iya, bagian princess mungkin harus dihilangkan."

"Nah, itu maksudku. Kalau kamu mau lebih memperhatikan film apa yang aku pilih."

Just Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang