Pelajaran Buat Shani

2.5K 60 4
                                    

Pelajaran Untuk Shani

"Shan, nih  Dion nitip surat buat lo, Romantis banget. Mana wangi lagi, ha..haa..ha..." kata Hana sambil menyodorkan sepucuk suratberwarna pink.

"Diem lo, rese banget sih. Haah, dasar nggak tau diri, tu orang nggak dateng kali ya waktu pembagian rasa malu, norak banget." Omel shani sambil memandang jijik surat pink itu.

"Udah, mending lo terima aja, dari pada tu anak makin gila. Lagian Dion lumayan juga, tampang ok koq, baik lagi."

"Iya, kalo gue udah sama gila ma dia. Mau dikemanain muka gue , ngomong yang bener donk. Masa lo nyuruh gue jadian ma orang gila yang norak dan malu-maluin banget kayak gitu." Shani berkata galak.

"Yahh, terserah lo deh."

Shani berjalan dengan perasaan gondok. Punya banyak fans memang menyenangkan, tapi kalu fans gila seperti Dion siapa yang mau.

Udah terlalu banyak hal-hal gila yang dilakukan Dion untuk menarik perhatian Shani. Dia tidak pernah menyerah walaupun sudah berali-kali ditolak dan dimaki Shani, dan itu membuat Shani strees berat menghadapi makhluk satu ini.

Dion pernah nembak Shani waktu acara PENSI sekolah, nyanyi ditengah lapangan, menghias bangku Shani dengan bunga mawar, menulis namanya dan Shani besar-besar di papan tulis, mading dan dan tembok pagar. Dan dia selalu dapat masalah karena kegilaannya itu.

Shani mempercepat jalannya, darahnya udah sampai di ubun-ubun. Kalau bisadia pasti menelan Dion bulat-bulat. Dion sedang membual pada teman-temannya, berlagak seperti Arjuna di atas meja.

"Dion." Bentak Shani.

"Oh, hai sayang. Kangen ya sama gue." Sambut Dion.

"Lo bener-bener nggak tau diri ya, nyadar diri dikit donk. Lo pikir lo siapa, lo tu nggak pantes sama gue, belajar dulu bertingkah kayak manusia. Dan ini, Cuma orang-orang purba yang pake ini." Shani merobek-robek surat dari Dion, lalu melemparnya di depan Dion lalu berbalik pergi.

"Lo bakal nyesel Shan." Katanya.

Shani membalik tubuhnya.

"Apa lo bilang, gue nggak salah denger, nyesel ??, yang bener aja kalau ngomong. Noway."

"Lo liat aja, nanti lo yang bakal nanggis-nangis ma gue, dan waktu itu, lo nggak akan dapat apa yang lou mau lagi."

"Ya, terus aja lo mimpi." Kata Shani , lalu pergi.

Shani merutuki dalam hati, dan menertawakan kata-kata Dion tadi.

Tidak terasa, sudah lewat dua minggu sejak kejadian itu. Dan sejak semenjak itu Dion tidak pernah melakukan hal-hal aneh lagi. Malah sia seperti hilang tidak ada kabar, tapi Shani tidak sadar dengan hal itu.

"Eh, Shan. Dion koq nggak ada kabarnya." Tanya Hana tiba-tiba.

"Siapa peduli. Biarin, bagus malah." Jawab Shani cuek.

"Yakin nih, lo nggak ngerasa kehilangan."

"Apaan sih lo."

"Gue denger-denger sih, Dion bakal pindah ke Aussie. Lo pasti kehilangan banget deh, mana ada orang yang segitu gilanya suka sama lo."

Shani tidak menanggapi omongan Hana, tapi diam-diam dia membenarkan dalam hati. Dia, bagaimanpun juga merasa ada yang hilang, meskipun dia berusaha untuk mengabaikannya. Ini Cuma masalah pembiasaan. Peduli apa, mau pergi ke Aussie keq, ke kutub atau mati sekalian, 'nggak ada urusan sama gue', begitu pikirnya. Tapi Shani merasa ada perasaan aneh dihatinya, meskipun tidak tau perasaan apa, dia berusaha untuk memungkirinya.

Just Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang