Alvin

1.1K 42 2
                                    

Aku jatuh meluruh di tanah, memeluk lututku sendiri. Dan aku menyerah. Aku menyerah menahan emosiku, aku menyerah menyimpan lukaku, aku menyerah bersikap seolah aku kuat, ku tumpahkan semua sakit dalam tiap tetes air mataku yang jatuh yang kini berbaur dengan air hujan. Memeluk lutut dan membenamkan wajah di bawah lengan, tubuhku bergetar karena isak tangis.

Cukup sudah, aku tidak sanggup lagi setelah apa yang kulihat tadi. Orang yang aku sayangi dan paling aku percaya mengabaikan aku, seolah aku tidak pernah ada. Padahal dulu dia begitu baik dan membuatku merasa menjadi gadis paling beruntung di dunia. Ternyata semu, semakin lama perhatian itu hilang, meski aku berusaha menyangkalnya, menyingkirkan pikiran logisku dan bersikeras mengikuti hatiku yang telah buta, berusaha menerima. Tapi, apa yang baru saja terjadi adalah puncaknya, aku tidak lagi bisa mengingkarinya. Dengan perasaan tanpa dosa dia mengabaikan aku, dan menggandengan perempuan lain. Berlalu begitu saja di depanku seakan aku tidak ada di sana. Saat aku memanggilnya, dia memandangku dengan ekspresi terganggu.

"Mulai hari ini kita tidak lagi saling kenal." Dia menjatuhkan bom tepat di depan wajahku, menghancurkan hatiku menjadi keping-keping. Apa salahku padanya ?. tidak ada alasan yang bisa menjawab kebingunganku.

"Baiklah jika itu yang kamu inginkan. Meski aku tidak tau kesalahan apa yang aku lakukan, bukankah itu tidak penting." Aku menelan semua kepedihanku meski tenggorokanku terasa tercekik, masih bisa ku angkat daguku dan memandangnya angkuh, meski kakiku telah goyah seakan tak sanggup lagi menopang tubuhku.

Senyum sinisnya itu masih membekas dihatiku ketika dia berlalu meninggalkan aku. Aku berlari, aku berlari kemanapun kakiku membawaku, aku berlari entah berapa jauh aku tidak tau hingga akhirnya aku berhenti disini, jatuh dalam tangisku. Aku tak sanggup lagi berpura-pura. Katakan aku munafik, egois dan semua cacian yang ada untuk memaki sifatku. Inilah aku, aku tidak bisa membiarkan harga diriku terhina, biar saja aku menanggung sakit di hatiku, tapi kini hatiku hancur, tidak ada lagi yang bisa aku pertahankan.

Aku tidak mengerti apa yang membuatnya bersikap seperti itu, aku tidak melakukan kesalahan apapun. Semua keinginannya berusaha aku penuhi,berusaha untuk mengerti dirinya. Tapi dia tetap meninggalkan aku, begitu membosankankah aku. Seribu alasanpun tidak bisa menjawab kebingunganku, dia sekarang sudah pergi sama seperti yang lain.

Aku masih menangis bersama hujan yang menemaniku menumpahkan kesakitanku, hingga hujan menyerah aku masih menangis. Aku tidak bisa menghitung berapa lama aku menangis disini. Tidak ada yang aku perdulikan, padahal bisa saja diriku terancam bahaya, menangis sendirian di jalan sepi ini saat malam beranjak larut dan hujan yang mengguyur bumi. Tapi, perduli apa, aku patah hati.

Rasanya airmataku akan habis, meski masih saja terus mengalir. Sekuat tenaga aku tahan, mencoba menghentikan tangisku. Tapi nyatanya aku tetap menangis, memeluk tubuhku sendiri. Hujan tinggal hanya rinai-rinai kecil. Lalu aku merasa sesuatu menimpa bahuku, bukan sesuatu yang menyakitkan, tapi sesuatu yang hangat. Bisa aku rasakan ada gerakan di sekitarku. Aku tidak tau apa itu, dan aku tidak berniat mencari tau. Aku hanya perduli dengan diriku saat ini, aku tidak ingin apapun atau siapapun menggangguku. Tapi apapun itu tadi tidak mengeluarkan suara apapun, hanya diam, sunyi . Biar saja, apa perduliku, aku tetap dalam tangisku.

Terlalu lama menangis ternyata melelahkan, tubuhku lelah, begitu juga hatiku. Akhirnya tangisku reda, setelah aku mengerahkan segala usahaku. Perlahan ku angkat kepalaku, terasa berat. Aku coba mengedarkan pandanganku yang sedikit buram hingga mataku tertuju pada seseorang yang ada disampingku. Seseorang, jadi tadi itu adalah seseorang dan dia duduk di sampingku, menungguiku menangis, dan aku menyadari yang ada dibahuku adalah sebuah jaket, diakah yang melakukannya. Tapi siapa dia, aku tidak merasa mengenalnya. Jadi dari tadi dia menungguiku menangis.

"Sudah ?." Tanyanya dengan suara yang cukup mengejutkanku, suara yang dalam tapi begitu lembut.

"Siapa kamu ?." Tanyaku bingung, lagi pula disini agak gelap, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Just Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang