Nasiib... Nasiiibb...

1.3K 43 3
                                    

"Kodook banguuun.." teriakku pada Nino yang tidur tengkurap dikamarnya. Tapi dia masih tidur dengan nyenyaknya.

"Kodoookk banguuuunn, udah siang." Teriakku lebih keras, lalu menghempaskan tubuhku menghimpit Nino.

"Awww..." jerit Nino. Bagus, manjur juga.

"Bangun, dasar pemalas."

"Iya bawel. Gila ya lo Key, badan gue remuk nih. Dasar kadal."

"Siapa suruh lo molor mulu. Buruan mandi gih, temenin gue ke toko buku."

Sambil cemberut Nino mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Nino sahabatku dari kecil. Selalu sama-sama kemana aja kami pergi. Orang tuaku adalah orang tua Nino, dan keluarga Nino adalah keluargaku juga, jadi kami punya orang tua rangkap. Bahkan mereka sudah punya izin khusus memarahi kami tanpa perlu merasa bersalah ini anak siapa. Itulah pahitnya, kalau dimarahin juga dapat omelan ganda.

Rumah Nino udah jadi rumah kedua buat aku, rumahku juga udah kayak rumah sendiri bagi Nino. Nggak ada lagi yang bisa disembunyikan, masing-masing tau bahkan rahasia paling hitam yang lain, seperti Nino yang takut banget sama cerita hantu, dia bisa sampai gemetar ketakutan bahkan ngompol kalau dengar cerita hantu atau nonton film horor, hahaaa. Upss, jadi nggak rahasia lagi deh. Dan kami punya hoby yang sama, dari kecil sampai sekarang tidak berubah, mengerjai orang, haaa...bahagianya saat kami tertawa bersama melihat orang yang jadi korban kami misah-misuh sebal.

Butuh waktu lebih dari setengah jam buat Nino baru dia siap untuk berangkat. Satu lagi rahasia hitam Nino, padahal aku saja nggak pernah pernah mandi selama itu. Nggak tau deh, apa yang membuat Nino harus menghabiskan waktu sebanyak itu di kamar mandi. Kalau kecurigaanku, Nino jadiin kamar mandi jadi tempat tidur keduanya. Dan kalau salah, aku harus rela suatu hari manggil Nino miss lelet. Oh, please Tuhan, jangn sampai itu terjadi, kasihan sahabatku.

Sampai di toko buku, aku sibuk memilih novel-novel yang aku anggap bagus, aku memang paling suka baca novel. Dan jangan tanya Nino, dia langsung kesurupan melihat komik, dasaar maniak komik. Emang nggak pernah berubah dari dulu.

Nah, itu dia novel yang aku cari, kebetulan cuma tinggal satu. Aku menggapai novel itu, tapi ada tangan lain yang memegangnya duluan sebelum tanganku menyentuh novel itu.

"Kamu aja." Orang itu memberiakan novel tadi padaku.

Waktu aku melihatnya. OMG, ternyata cowok cakep, senyumnya maniss bangett. Ini persis adegan di film-film romantis yang sering aku dan Nino tonton. Haalllooww...sadar Key, ada yang teriak dari belakang kepalaku. Sebelum aku melayang meninggalkan dunia nyata.

"Eh, ga usah, kan kamu duluan." Jawabku jaim. Hah, harus jual mahal, padahal aku udah lama ngidam novel itu, susah banget nyarinya, lagian cowok yang ada di depanku ini gantengnya kebangetan. Tapi harus tetap jaim, jangan sampai malu-maluin.

"Nggak apa-apa koq, aku cari yang lain aja."

"Beneran nih."

"Serius, ambil aja." Katanya mengangguk mantap, sambil memamerkan senyum ala model pasta gigi itu. "Aku Leo." Dia mengulurkan tangannya padaku.

"Key, Keyra. Thanks ya." Kataku menyambut uluran tangannya.

Kami lalu asyik mengobrol, sampai aku tidak sadar Nino sudah ada di sampingku. Aku mengenalkan Nino pada Leo.

"Sorry ya, kita buru-buru." Kata Nino memutuskan obrolan dan menarik tanganku menjauh dari Leo.

Selama perjalanan pulang Nino hanya diam dan nggak ngomong apa-apa. Sampai di rumahnyapun dia langsung sibuk dengan komiknya. Dasar orang aneh.

Just Short StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang