Derit kereta listrik melengking. Menandakan kita harus berpisah. Memulai bercumbu dengan jarak. Begitu berat kumelepaskan dirimu. Tak rela terpampang jelas di wajahku. Berharap kamu tetap di sini, bersamaku menggapai angan yang tertunda.
Aku memang bukanlah bayanganmu, yang selalu mengikuti setiap langkahmu. Perbedaan tujuan hidup menjadi perpisahan kita. Kebersamaan hanyalah seonggok ilusi. Kamu, tak selamanya di sisiku.
Aku tidak menyalahkan dirimu. Ataupun takdir. Namun menyalahkan diriku sendiri, yang bersikap egois menahanmu tetap di sisiku. Tanpa peduli akan perasaanmu.
Bila ada pertemuan maka akan ada perpisahan. Sama seperti kita, yang mulai terpaut akan perpisahan. Setelah pertemuan kita ini menjadi hangat sahaja. Di mana pertemuan kita mampu mengusir rasa sepi ini. Di mana pertemuan kita mengikat satu. Di mana kita mampu mengubah persepsi masing-masing, soal kita yang menjadi bahan pembicaraan orang awam. Tentang bagaimana kita tetap melangkap meskipun semua orang menatap rendah kepada kita. Kita menjadi solid saat bersama. Maka, kembalilah dari perpisahan. Kemudian kita memulainya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Narasi
Non-FictionSoal kehidupan banyak rasa. Kumpulan narasi ini hanya menjadi penyanding atas rasa yang tertoreh. Mewakili setiap rasa yang kini mencuat di relung hati. Membiarkan aksara demi aksara terlukis indah. Demi merasakan kehidupan ini.