Aku kembali meracau tidak jelas. Setelah waktu yang kupunya dihabiskan untuk membaca novel "Rindu" karya Tere Liye. Kujamin semua orang mengetahui si penulis ini.
Lambat laun otakku penuh dengan aksara bahkan bila ditilik bisa ribuan aksara. Memaksaku menuangkannya dalam tulisan. Membuatku bercengkerama dengan torehan kalimat di malam ini. Di mana hujan sudah mengguyur kota besarku. Menyelimuti dengan angin juga kilatan cahaya di langit.
Aku teringat sesuatu. Membuatku benar-benar menyelam masa lalu. Tentang buku bersampul kemerahan menyeka ujung sanubariku. Menorehkan setiap aksara yang tak patut kutilik lebih jauh. Meskipun itu terbilang takzim. Buku bersampul merah yang mana tak boleh sembarangan kutilik setiap babnya. Berusaha agar tak terjatuh dalam nestapa membuncah. Dan mencoba membangun tiang-tiang penyanggah agar tidak terjatuh kesekian kali. Tidak akan. Sampai ada yang memberi buku bersampul merah itu padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Narasi
Não FicçãoSoal kehidupan banyak rasa. Kumpulan narasi ini hanya menjadi penyanding atas rasa yang tertoreh. Mewakili setiap rasa yang kini mencuat di relung hati. Membiarkan aksara demi aksara terlukis indah. Demi merasakan kehidupan ini.