Hujan mulai mengguyur kota Jakarta, tepat setelah aku turun dari kereta commuter line, stasiun Pasar Minggu. Untungnya di bagian lini jalan, ada sebuah tenda yang masih berdiri kokoh, mungkin saja tenda itu digunakan saat acara mudik beberapa hari lalu. Sehingga aku dan ibuku memilih meneduh di sana.
Bermenit-menit menunggu hujan mereda. Tapi malah semakin menderu deras. Perlahan beberapa orang mulai merapat untuk meneduh. Bahkan di tenda yang mana aku dan ibuku singgahi, sudah penuh akan orang yang meneduh.
Aku menatap ke arah hujan, tepat di sisi jalan. Banyak kendaraan yang sibuk berlalu lalang. Membuat aku tak bisa berhenti menatapnya.
Hujan masih mengguyur, menyelimuti kota Jakarta Selatan ini. Tapi, aku tidak mempermasalahkan hujan. Karena ia datang dengan sesuatu yang tak terduga. Menimbulkan kenangan juga kenyamanan. Dan aku bersyukur, hujan kali ini menimbulkan kenyamanan untukku. Tepatnya di relung hatiku. Senyumku bahkan terlukis tulus. Setidaknya aku tahu, aku mulai menyakini diriku sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Narasi
No FicciónSoal kehidupan banyak rasa. Kumpulan narasi ini hanya menjadi penyanding atas rasa yang tertoreh. Mewakili setiap rasa yang kini mencuat di relung hati. Membiarkan aksara demi aksara terlukis indah. Demi merasakan kehidupan ini.