Lepas. Rasanya ingin kuteriaki dirimu untuk melepaskanku. Membiarkan ku pergi dari belenggu yang menyebalkan ini. Dan mulai meninggalkanmu begitu saja.
Sepatutnya aku tidak seperti demikian. Kau longgarkan ikatan tali ini saja sudah begitu bersyukur. Bagaimana kalau kau membiarkanku melenggang bebas menembus angin yang berlalu?
Tidak sepenuhnya dirimu salah. Membelengguku dalam diam tanpa berkomentar, tanpa mendengarkan kehisterisanku. Tapi aku yang memaksa masuk dengan celah secuil. Dan duduk di atas nestapa. Membiarkan tali mengikatku.
Ah, aku tak memahami. Bagaimana ini bisa terjadi? Bergelora dalam sanubariku, aku tidak bisa menghentikannya. Setahuku, dengan sepercik pasir aku bisa meredamnya. Benar, itu bisa kulakukan. Tapi, ternyata masih membekas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Narasi
NonfiksiSoal kehidupan banyak rasa. Kumpulan narasi ini hanya menjadi penyanding atas rasa yang tertoreh. Mewakili setiap rasa yang kini mencuat di relung hati. Membiarkan aksara demi aksara terlukis indah. Demi merasakan kehidupan ini.