Seriously?

504 10 2
                                    

Jarak antara rumah Dave dan Belgium Inc tidak terlalu jauh. Kami berhasil sampai disana 5 menit sebelum meeting dimulai. Dave sedang meeting didalam dan dia memintaku untuk menunggunya di kedai kopi yang terletak di perusahaan ini. Aku memesan latte dan roti isi selai kacang,karena aku belum mengisi perutku dengan apapun sejak tadi. Membuka ponselku dan aku mencoba untuk menghubungi Loren.

Loren adalah temanku sejak aku berusia 4 tahun,dia tinggal di sebelah rumahku dulu dan kita selalu bersekolah di sekolah yang sama. Dia juga rekan kerjaku di clothing line yang dulunya adalah punya ibunya. Clothing line itu sudah menjadi miliku karena 1 tahun lalu aku membelinya. AMOUR adalah nama clothing line yang kumiliki. Kami menjual pakaian untu remaja usia 12 tahun sampai pakaian wanita dewasa serta sepatu dan aksesoris lainnya. Kebanyakan pakaian disini adalah hasil dari tanganku dan ada juga dari beberapa designer yang bekerja sama denganku.

"Halo,siapa ini?" tanya Loren
"Hai"
"Reign,is that you!?"
"Calm down! Yes it's me" aku terkekeh
"Apa kau sudah gila tiba-tiba menghilang? Dan kenapa kau mengganti nomormu?"
"Itu tidak penting,aku mohon jangan beri nomor ini pada ibuku atau siapapun. Jika ibuku bertanya kau tinggal bilang kalau aku juga tidak pernah menghubungimu. Mengerti?"
"Siap,nona"
"Bagaimana,apakah ada masukan atau complaint dari pelanggan?"
"Tidak ada,justru mereka sedang menunggu pakaian kita untuk summer"
"Aku sudah menyelesaikan designnya,aku akan mengirim hasilnya nanti malam"
"Kenapa tidak sekarang saja? supaya aku bisa langsung menaruhnya di pabrik"
"Aku sibuk ren-ren"
"Stop calling me ren-ren,you bitch!"
"WTH!? i know you miss me hoe!"
"Yeah that's true i miss you so so so much!"
"I knew it! I have to go. i'll call you later,dan ingat jangan beri tahu siapapun. Okay?"
"Okay,see ya!"

Aku memutuskan sambungan teleponku karena aku dapat melihat Dave berjalan kearahku. Dia mengampiriku dan duduk tepat dihadapanku.

"Apa kau mau pesan sesuatu? akan kupesankan"
"Black coffee please" Aku mengangguk dan mengangkat bokongku dari kursi dan segera memesankannya kopi. Aku kembali duduk dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.

"Dave,bolehkah aku bertanya sesuatu?"
"Shoot"
"Apa kau setiap hari harus menggunakan jas?"
"Tidak,kenapa?"
"Aku hanya bingung,aku tidak tahu bagaimana cara kau berpakaian biasanya. Jadi aku berpikir kau harus pergi ke kantor dengan pakaian yang sangat-sangat formal"
"Tidak,lagi pula itu kantorku. Aku akan sangat formal jika aku menghadiri meeting seperti ini"
"Hmm,i see"
"Apa aku ada meeting lagi?"
"Ya,jam 3-5 di kantormu sendiri"
"Jadi kau sudah tau apa nama perusahaanku?"
"Tidak"
"Lalu?"
"Kau menulisnya seperti itu di jurnal -jam 3-5 meeting di kantor- jadi kurasa itu kantormu" aku tersenyum
"Aku tidak memiliki nomor teleponmu"
"Oh maaf,ini nomorku" aku menjulurkan telepon genggamku ke arahnya.

•••

Turquoise Inc. Itu adalah plat nama yang terdapat di atas gedung ini. Kenapa dia menamai perusahaannya dengan nama warna? Apa dia menjual cat dinding atau semacamnya? Perusahannya cukup besar,tidak sebesar perusahaan Sisil. Sekarang aku berada di lantai 6,saat Dave lewat semua orang membungkukan badannya dan memberikan salam lalu tersenyum. Sedangkan saat melihatku mereka menjadi bingung,aneh. Aku memasuki ruangan yang kurasa ini adalah ruangan milik Dave.

"Silahkan duduk" Dave menginstruksikanku agar duduk di sofa bersamanya.
"Terima kasih"
"Jadi sudah berapa lama kau menjalani bisnis clothing line mu?"
"Hampir 6 tahun tapi dulu aku hanya memberikan designku pada mereka. Baru 2 tahun ini clothing line itu menjadi sepenuhnya milikku"
"Apa namanya?"
"Amour"
"Ehm,baiklah"
"Apa kau memiliki kekasih?" Oh Tuhan apa yang baru saja aku katakan. Tentu saja tidak Bav,apa kau tidak ingat dia saja pura-pura mengakuimu sebagai kekasihnya kemarin.

Bodoh.

Bodoh.

"Tidak,kenapa?"
"Tidak apa. Jadi kenapa kau menyebutku sebagai kekasihmu kemarin"
"Maafkan aku,aku harus melakukannya karena aku memiliki masa lalu yang buruk tentang percintaan. Sejak saat itu aku tidak pernah membawa pasangan saat menghadiri acara apapun. Sampai-sampai orang-orang mengiraku gay atau semacamnya" dia menjelaskan dengan tenang dan santai
"Tapi kau tidak gay sungguhan kan?"
"Memangnya kenapa? kau suka padaku?" Dave merapatkan jarak diantara kita,aku memundurkan tubuhku dan dia bergerak maju. Aku melakukan hal yang sama lagi dan dia juga melakukan hal yang sama lagi. Sampai akhirnya aku tidak dapat memundurkan tubuhku lagi karena sekarang aku sudah berada di ujung sofa.

Menelan air liurku dengan perlahan. Dave mendekatkan wajahnya dan jarak kita hanya 3 cm saja. Apa lagi ini? Memejamkan mataku dan aku bisa merasakan bibirnya sudah berada dibibirku. Dia melumat bibirku perlahan  dan sesaat aku membuka bibirku dia mulai memasukkan lidahnya kedalam mulutku. Aku melingkarkan lenganku ke arahnya dan mulai membalas ciumannya. Dave memindahkan ciumannya ke arah leherku dan menggigitnya perlahan.

Dave menjauhkan sedikit tubuhnya dari tubuhku. Dia menatapku dan tersenyum.
"Jadi apa menurutmu? Aku gay atau tidak?" dia menaikkan sebelah alisnya. Aku menggelengkan kepalaku dan selanjutnya menundukkan kepalaku,kurasa pipiku sangat merah sekarang. Kurasakan jari-jari menyentuh daguku dan bergerak mengangkat kepalaku.
"Kau sangat lucu jika seperti ini" Dave terkekeh. Aku hanya tersenyum dan tidak menjawab perkataannya itu.

"Aku harus meeting dulu,kau jangan kemana-mana" aku mengangguk,karena saat ini aku benar-benar tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun. Dave mengambil beberapa berkas dimejanya dan berjalan menuju kearahku. Dia berbisik kearahku
"Permainan kita belum selesai,kuharap kita bisa melanjutkannya nanti" Dia mengedipkan sebelah matanya kearahku dan meninggalkanku.

Saat pintu benar-benar tertutup aku baru bisa bernapas dengan lega. Apa maksudnya? Apa dia serius dengan perkataanya? Gila.

I'm The Only OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang