Perhatian.
Sekali lagi aku ingatkan.
Ff ini khusus untuk dewasa.
Jadi yang merasa belum cukup umur dan gak bisa baca ff rated m.
Silahkan tinggalkan ff ini!!!.Selamat membaca.
______________________________Canada 2016
Junhoe menduduki salah satu bangku tunggu di sebuah gedung bimbel. Dia sedang menunggu adiknya yang kini tengah menjalani less matematika. Junhoe berulang kali melihat jam yang melingkar di tangannya. Ah, ternyata sekitar lima menit lagi selesai.
Beberapa saat kemudian.
"Jun? Sudah lama menunggu?"
Junhoe menoleh. Ia tersenyum sekilas kemudian berdiri disebelah adiknya yang kini tengah menatap kearahnya, dengan kedua tangan kecil yang memeluk beberapa buah buku.
"Tidak juga. Apa bimbingan belajarnya sudah selesai?"
"Hum." Adik Junhoe mengangguk sembari membenahi letak kaca matanya yang agak melorot.
Junhoe mengacak-acak surai hitam adiknya sebentar, setelah itu ia memberi isyarat kepada adiknya untuk mengikuti dirinya berjalan menuju kearah mobil mereka yang terparkir tidak jauh dari taman diluar gedung.
.
.
.
Didalam perjalanan.Setelah beberapa saat dalam keheningan, akhirnya adik Junhoe membuka suara . "Kau tidak ada kuliah lagi?" Tanya nya.
"Tidak. Memangnya ada apa?" Junhoe masih fokus dengan kemudinya saat itu.
"Temani aku kemakam ibu."
Junhoe menoleh sekilas kepada sang adik. Setelahnya ia kembali fokus menyetir. Raut wajah Junhoe berubah datar.
"Maaf. Aku tidak bisa." Jawabnya dengan tegas yang berhasil membuat adiknya terdiam.
Junhoe tahu. Kalau lelaki disebelahnya itu kini tengah menatapnya dengan kecewa, namun Junhoe mencoba untuk tidak peduli. Meski ia sangat sayang kepada adiknya tersebut.
.
.
.
Keadaan rumah masih kosong.
Beberapa hari lalu ayah Junhoe dan Jinhwan-nama adik Junhoe- menelfon kalau beliau belum bisa pulang dalam minggu ini, karena perusahaan mereka di China sedang bermasalah.Jinhwan waktu itu kecewa, karena ia bilang ia sudah begitu rindu pada ayah mereka.
Sedangkan Junhoe, dia sudah dewasa jadi hal-hal semacam itu tidak pernah lagi ia ambil pusing.
Toh, dulu dia juga pernah ditinggalkan selama beberapa tahun bersama ibunya.
Saat itu, ayahnya menikah diam-diam dengan wanita asal China. Ayah Junhoe berselingkuh.
Namun kemudian ayahnya kembali dengan sejuta kata maaf tepat ketika ibu Junhoe kritis dirumah sakit.
Junhoe tidak bisa marah saat itu. Dia hanya bisa diam dengan bulir-bulir air mata yang terus turun dipipinya ketika menatap seorang wanita China dan seorang anak laki-laki yang ayahnya bawa waktu itu, mereka juga ikut menangis.
Wanita dan anak laki-laki itu adalah Jinhwan dan ibu kandungnya.
Namun satu-satunya hal yang Junhoe tahu saat itu adalah, dia benci wanita perusak hubungan rumah tangga orang lain. Yaitu wanita yang telah menyebabkan ibunya sakit-sakitan dan meninggal dunia.
Ya, dia Ibu kandung Jinhwan.
.
.
.
"Mau kemana?" Junhoe baru saja keluar dari kamar ketika ia mendapati adiknya tengah bersiap-siap didepan pintu."Jun, aku akan pergi kemakam ibu sebentar. Aku sudah memasak, kau bisa makan duluan."
Sejak Junhoe dan Jinhwan dipertemukan sebagai sepasang saudara, Junhoe tak pernah memperbolehkan Jinhwan yang saat ini masih berumur 17 tahun untuk memanggilnya kakak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dividing Distance (END)
FanfictionSummary "Ketika sebuah perasaan yang hadir, merupakan sebuah kesalahan. Kesalahan yang begitu manis, sehingga sulit untuk dicegah." . . . Cast: Junhwan || Junhoe (24 tahun), Jinhwan (17 tahun)|| Other cast: Cameo Rate: M || NC || (Kissing scene ber...