Part 5

3.1K 242 62
                                    

Dua hari kemudian.

Ayah Junhoe dan Jinhwan sudah kembali dari China. Suasana rumah mendadak ramai sejak kepulangan sang ayah.

Jinhwan menuruni tangga rumahnya dengan gerakan lesu. Dari kejauhan, ia terus saja menatap kearah kakaknya yang tengah diberikan arahan oleh seorang perancang busana, mungkin mereka sedang merencanakan tentang jas dan gaun seperti apa yang akan dipakai Junhoe dan calon istrinya ketika menikah nanti.

Disamping Junhoe, duduk seorang perempuan cantik yang Jinhwan ketahui bernama Ju Jing Yi, gadis berdarah asli China yang merupakan calon istri kakaknya.

Sesekali Jing Yi menyentuh tangan Junhoe kemudian tersenyum manis. Dan kakaknya selalu membalas senyuman itu.
Mungkin mereka sedang membicarakan sesuatu yang begitu seru hingga kakaknya terlihat sangat larut dalam percakapan.

Dengan kesal Jinhwan membawa langkahnya kearah dapur. Ia membuka kulkas kemudian mencari minuman dingin disana.

Belum sempat air dingin itu menyentuh tenggorokan Jinhwan yang terasa kering, seseorang sudah terlebih dahulu menghentikan kegiatannya_

"Badanmu masih panas. Minuman dingin tidak baik untuk orang yang sedang demam."

"Aku sudah sehat. Dan sejak kapan kau disini?" tanya Jinhwan.

Jinhwan menatap Junhoe yang entah sejak kapan sudah berada didapur bersamanya. Dan sekarang lelaki tinggi itu terlihat tengah menuangkan air putih biasa kedalam sebuah gelas lalu menyodorkannya kehadapan Jinhwan.

"Minum ini. Kau akan sembuh jika banyak meminum air hangat."

Jinhwan menerimanya kemudian menatap kakaknya lekat. Dia ingin memeluk Junhoe, sangat ingin. Perasaan itu bahkan kian membuncah ketika Junhoe mulai memeriksa suhu badannya yang memang terasa agak panas sejak kemaren. Mulai dari lengan, ketiak, leher, hingga kekening.

"Sudah mendingan." Junhoe menghembuskan nafas lega.

"Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku sudah sehat Jun"

"Dengar, kau jangan pernah memikirkan apapun yang tengah terjadi saat ini. Lihat, kau sampai sakit begini." Lirih Junhoe.
Ia menatap adiknya iba.

"Aku sakit mungkin karena aku lelah."

"Kalau begitu istirahatlah." Junhoe mengusap-usap sayang kedua sisi pipi Jinhwan yang agak pucat itu.

"Aku sedang mencobanya."

"Kalau begitu kembalilah tidur_" Junhoe mengecup kening adiknya sekilas. Menatap kearah sekitar sebentar, kemudian ia menatap Jinhwan kembali. "_Jika butuh sesuatu. Katakan saja padaku." Pinta Junhoe.

"Aku lelah dengan hubungan kita. Jadi bagaimana aku bisa istirahat jika kau terus saja mengganggu kehidupanku.?"

Junhoe tekejut. "Jinhwan. Apa yang kau bicarakan?_"

"Aku lelah. Aku lelah. Apa kau tidak kasihan padaku?"

Junhoe terkejut. Sangat.
Ia tak pernah menyangka jinhwan akan berkata demikian kepadanya.

Apa Jinhwan menyerah?

Secepat inikah?

"Tidak" Junhoe meraih Jinhwan kedalam pelukannya kemudian menggumamkan kata-kata 'hentikan pikiran bodohmu' atau 'aku milikmu', 'jangan berkata seperti itu lagi' kepada Jinhwan berkali-kali.

Jinhwan menghela nafas pendek melalui bibirnya. Ia mendesah dipelukan Junhoe. Kepalanya jadi semakin pusing ketika menyadari apa yang baru saja telah ia katakan kepada kakaknya.

Oh Tuhan.

Ada apa denganku?

Dan Jinhwan kembali merasakan kedua matanya mulai memanas.

Dividing Distance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang