Part 10

2.4K 223 28
                                        

Sebelumnya...

Jantung Jinhwan berdegup kencang. Ia menunggu reaksi Junhoe. Rahang kakaknya terlihat mengeras dan kedua mata Jinhwan terpejam ketika sebuah tamparan melayang dipipinya_

Plakkk.

_Junhoe benar-benar menamparnya.

Jinhwan terdiam. Terkejut. Namun ia tidak mencoba memegang pipinya sama sekali.
.
.
.

"Apa itu sakit? Maafkan aku sayang~.."

"Tidak. Aku pantas mendapatkannya." Jinhwan meraih jemari Junhoe yang tengah menapak dipipinya.

Ia tersenyum, meskipun pipi putih miliknya masih berwarna sedikit merah bekas tamparan Junhoe.

Dan Junhoe begitu menyesali itu.
Sangat menyesal.

Junhoeo mencium lembut pipi Jinhwan. Mendiamkan bibir dan hidungnya menempel disana sebentar, berharap bekas itu akan sembuh dengan ciuman tulusnya.

Jinhwan memejamkan matanya sembari tersenyum hangat. Begitu menikmati moment sederhana itu. Seketika melupakan segala kejadian yang beberapa saat lalu ia alami bersama sang kakak.

"Berikan aku ciuman dibibir." Bisik yang lebih kecil.

Junhoe ikut tersenyum, ia kemudian menggeser kepalanya hingga bibir keduanya saling berhadap-hadapan.

"Love You~" Junhoe balas berbisik.

"Too~"

Jinhwan memejamkan matanya ketika ia merasakan tekanan lembut bibir Junhoe diatas bibirnya.

Lelaki itu membuka kedua belah bibirnya untuk menyambut bibir sang kakak. Memejamkan kedua matanya semakin erat untuk menyelami perasaan damai yang tiba-tiba hadir didalam relung hatinya.

Junhoe menyesap bibir atas dan bawah Jinhwan secara bergantian dengan penuh perasaan. Merasa begitu terbuai ketika ia mendapati kalau adiknya juga melakukan hal yang serupa kepada bibirnya.

Keduanya saling mengecup, menghisap, dan melumat satu sama lain.

Junhoe menggigit mesra bibir bawah Jinhwan, membuat yang bersangkutan reflek membuka kedua belah bibirnya, membiarkan sang kakak menguasainya.

Jinhwan pikir, dia hanya perlu menikmati ini untuk sekarang. Karena dia begitu merindukan Junhoe, kakaknya, belahan jiwanya.

Dada kedua insan itu saling menghangat. Tidak menyangka kalau takdir masih berbaik hati kepada mereka.

Memang siapa yang menyangka kalau Jinhwan akan berbuat senekat ini?
Tentu saja Junhoe tak pernah menduganya sekalipun. Bahkan Jinhwan saja masih tidak percaya kalau yang berbicara kepada ayahnya tadi siang adalah dirinya.

Junhoe meraih tangan Jinhwan dan menyelipkan jemari miliknya disana. Menggenggam jari-jari ramping itu erat, sementara sebelah nya lagi memeluk pinggang Jinhwan.

Ciumannya turun keleher Jinhwan. Meninggalkan bibir adiknya yang sudah terbuka dan basah oleh saliva.

Jinhwan bergumam ketika Junhoe tengah menciumi bagian rahang dan lehernya dengan seduktif.

"Jun, Uh~ Aku_aku merindukanmu~" Bisiknya gugup.

Pelan-pelan yang disebutkan pun mengangkat wajahnya. Junhoe menatap Jinhwan untuk beberapa saat sebelum ia menampilkan senyuman hangat dari kedua belah bibirnya. Dia tahu maksud adiknya.

"Aku juga." Junhoe mengecup bibir Jinhwan lagi. Kemudian lelaki tinggi itu kembali mengangkat wajahnya seraya melepas lembut genggaman tangan mereka, dan beralih mengusap-usap sayang pipi Jinhwan.

Dividing Distance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang