Part 12

2.1K 222 55
                                        

Sebelumnya.

"Apapun yang kau katakan sudah ayah lakukan_" Ujar sang ayah lagi, terdengar semakin dan semakin putus asa. "_Tapi adik bodohmu itu selalu bilang_"

Ucapan tuan Goo menggantung. Membuat Junhoe menggigit bibirnya gelisah. Tidak bisa menunggu lagi apa yang akan ia dengar dari mulut sang ayah.

Ingin mendesak tapi tidak tega. Akhirnya Junhoe hanya menunggu dengan perasaan tak karuan.

"_Dia hanya ingin bertemu denganmu baru dia berjanji akan segera sembuh."

* * *

Hening.

Junhoe tertegun.

Tuan Goo diseberang telfon terdiam sembari memijit kepalanya.
Keheningan mendominasi cukup lama ketika itu. Sampai akhirnya yang paling tua diantara keduanya kembali angkat bicara_

"Ayah menyerah. Ayah menyerah, Jun"

"..."

Junhoe belum mampu menjawab.

"Ayah sudah menyerah. Ayah pusing. Ya Tuhan~ Apa yang harus ayah lakukan?"

"..."

Mulut Junhoe masih terkunci rapat. Bibirnya mendadak kaku tak dapat digerakkan.

Setelah mendengar helaan nafas yang sangat panjang diseberang telfon, Junhoe mendapati ayahnya kembali berbicara kepadanya.

"_Pulanglah nak, jangan takut, kali ini ayah yang memohon kepadamu. Tolong temui adikmu."

"..."

"Jun? Kau masih disana kan nak?"

"A_Ayah_"

"Syukurlah kau masih bernafas. Ayah pikir kau sudah mati berdiri setelah mendengar ucapan ayah. Asal kau tahu, adikmu bahkan hampir membuat ayah jantungan dengan pengakuannya. Ayah menyerah. _Ya Tuhan. Apa dosa ku ya Tuhan?"

"A_Ayah?_"

"Simpan kata-katamu. Pulanglah besok dan jemputlah adikmu." Lirih tuan Goo kepada anaknya. Antara rela dan tidak rela.

Telfon pun terputus.

Junhoe masih berdiri disebelah sofa dengan tangan yang menekan erat ponsel kedaun telinganya. Belum bisa berpikir, itulah yang tengah terjadi kepada pemuda tinggi itu.
.
.
.
Esoknya.

Kedua tangan Junhoe memegang setumpuk buku yang baru saja ia pinjam dari perpustakaan kampus. Langkahnya terlihat agak terburu-buru ketika itu.

Drttt.

Drrtt.

Junhoe merogoh ponselnya ketika benda itu bergetar dibalik saku celananya, menandakan kalau sebuah pesan baru saja masuk.

Kedua kaki Junhoe berhenti untuk melangkah sejenak. Dibacanya pesan singkat itu dengan cepat_

"Jun, Mr Frans tidak mengizinkan kita untuk mengambil jatah libur minggu ini, apalagi ketika ujian. Aku sudah mencoba memohon padanya namun tetap tidak bisa. Bagaimana ini?"

_Dan Junhoe menghela nafas dengan berat. Ia sudah menduga kalau waktunya sekarang benar-benar tidak bisa diganggu.
Junhoe sedang berada di semester akhir dan beberapa mata kuliah tidak bisa ia sepelekan begitu saja.

Junhoe medesah keras setelah memikirkan ulang pesan yang baru saja ia dapat dari teman satu kampusnya itu.

Beberapa saat lalu Junhoe menitipkan pesan kepada temannya untuk memintainya izin, karena kebetulan temannya itu sedang berkonsultasi dengan Mr Frans, salah satu dosen dikampus Junhoe.
Namun seperti yang telah Junhoe ketahui, dia tak mendapat izin.

Dividing Distance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang