Pagi itu. Jinhwan berangkat kesekolah seperti biasa. Kali ini Junhoe yang mengantar. Ayah mereka masih tidur dan suasana rumah masih lengang. Hanya ada beberapa juru masak yang sudah terjaga dan bersiap-siap.
Didalam perjalanan, keduanya hanya saling diam dengan perasaan masing-masing. Mungkin masih canggung setelah kejadian semalam.
Bagi Jinhwan, satu-satu nya hal yang terus terngiang di otaknya sejak dirinya terbangun hingga sekarang adalah tentang sex mereka tadi malam.
Ini memang bukan pengalam bercinta pertama bagi Junhoe dan Jinhwan. Namun sex kali ini bukan hanya sekedar saling sentuh dan meremas hingga keduanya klimaks, tidak, mereka melakukan sex yang 'sesungguhnya', itulah yang membuat Jinhwan begitu malu setiap kali matanya melirik kearah Junhoe.
Dan Junhoe, dia tentu belum melupakan kejadian hebat tadi malam. Itu sungguh luar biasa dan akan Junhoe catat disepanjang hidupnya. Tapi sesuatu hal lain yang benar-benar serius terus mengganggunya sejak beberapa jam yang lalu, dan itu berhasil membuat Junhoe tidak bisa tenang sama sekali.
_Ah sudahlah.
Junhoe menoleh kearah adiknya yang terlihat tengah menyibukkan diri dengan ponsel. Padahal tak ada apapun disana. Anak itu hanya sesekali tampak memencet-mencet beberapa aplikasi dan berakhir dengan menutupnya lagi, begitu seterusnya.
"Sore ini kau ada bimbingan belajar kan?" Tanya yang lebih tua untuk memecah keheningan.
Jinhwan menoleh. "Aku sudah minta izin."
Junhoe menoleh kearah Jinhwan sebentar. Kemudian kembali fokus pada jalan. "Kenapa?"
"Aku akan membantu-bantu mendekor rumah. Pesta pernikahanmu sebentar lagi, aku mana mungkin akan melewatkan setiap momentnya." Jelas Jinhwan.
Junhoe tak habis pikir. Kenapa adiknya itu selalu berusaha untuk bersandiwara didepannya? Bukankah Junhoe juga sudah tahu tentang perasaan Jinhwan yang sebenarnya?
"Tidak apa-apa. Masuk saja nanti, kau bisa ketinggalan pelajaran jika membolos."
"Itu hanya bimbingan Jun. Aku masih_"
"Aku akan mengantarmu kesana sepulang sekolah. Sorenya akan kujemput." Kali ini terpaksa Junhoe harus mengeluarkan nada tegasnya lagi.
Yang pasti ia tak ingin Jinhwan berada dirumah siang ini. Karena suatu alasan.
"_Pokoknya jangan pulang sebelum aku menjemput. Mengerti?!"
Jinhwan mendesah ringan. "Baiklah. Aku mengerti." Jawabnya pasrah.
Ia hampir saja cemberut namun tidak jadi ketika dirasanya sebelah tangan kakaknya mulai mengelus-elus lembut kepalanya.
Jinhwan akhirnya tersenyum. Junhoe pun ikut tersenyum sekilas kearahnya.
"Love you~" Ujar Jinhwan dengan nada pelan. Mengucapkan kalimat favorit mereka.
"Too.."
Senyuman Jinhwan semakin merekah.
Dan Junhoe menjadi lebih tenang dari sebelumnya ketika matanya melihat senyuman cerah itu. Sesungguhnya hanya senyuman Jinhwan lah yang selalu mampu untuk mengangkat setiap beban yang kerap kali memberatkan hati Junhoe.Seperti hari ini.
.
.
.
Tidak butuh waktu lama bagi Jinhwan untuk menyelesaikan semua materi yang diberikan oleh guru bimbelnya. Dia bahkan sudah selesai mengisi soal-soal tes matematika sekitar 25 menit sebelum waktu bimbingan benar-benar habis."Jinhwan, kudengar kak Junhoe akan segera menikah. Apa itu benar?" Tanya seorang anak laki-laki bertubuh tinggi disebelah Jinhwan. Dia Chanwoo.
"Ya.."

KAMU SEDANG MEMBACA
Dividing Distance (END)
FanfictionSummary "Ketika sebuah perasaan yang hadir, merupakan sebuah kesalahan. Kesalahan yang begitu manis, sehingga sulit untuk dicegah." . . . Cast: Junhwan || Junhoe (24 tahun), Jinhwan (17 tahun)|| Other cast: Cameo Rate: M || NC || (Kissing scene ber...