Jinhwan meracau tak jelas disamping Junhoe yang tengah mengemudikan mobil mereka."Kalau kau tak kuat minum, kenapa melakukannya?" Tanya Junhoe tanpa mengalihkan tatapannya dari jalan raya.
"Pusing~" racau Jinhwan lagi.
"Tidurlah, nanti kubangunkan."
Jinhwan menoleh kearah kakaknya yang masih sibuk menyetir. Ia menyandarkan pipinya ke sandaran kursi kemudian menjulurkan sebelah tangannya dan meletakkannya kepaha Junhoe.
"Aku ingin tidur denganmu." Lirihnya sembari menatap Junhoe dengan mata setengah sayu. Efek mabuk.
Junhoe melirik sebentar jemari-jemari adiknya yang kini bergerak-gerak kecil disekitar pahanya, kemudian menoleh kearah Jinhwan sekilas.
"Jinhwan, aku sedang menyetir."
Junhoe meraih jemari Jinhwan dengan lembut kemudian menggenggamnya sayang. Lalu ia menghela nafas singkat lewat bibirnya.
"Kenapa? Aku merindukanmu sekarang~ aku tidak ingin tidur sendirian."
Jinhwan menarik tangannya dari genggaman Junhoe, kemudian meletakkan kembali di paha Junhoe, hampir meremas bagian pribadinya jika saja Junhoe tak mengambil tangan nakal itu kembali.
"Jun~" Jinhwan hendak protes namun Junhoe segera membawa jari-jari mungil itu kedepan bibirnya dan mengecupnya lembut.
"Jangan memancing"
Adiknya sedang mabuk. Jadi Junhoe tidak akan membiarkannya melakukan apapun disini. Atau keduanya tidak akan pulang lalu bermalam dimobil?
Oh tidak mungkin, karena itu benar-benar tidak nyaman.Jinhwan terkekeh parau kemudian memperbaiki duduknya yang menyamping lalu memejamkan matanya yang memberat. Ia tidak mengantuk, hanya terasa berat.
"Baiklah. Aku akan menunggu hingga kita sampai." Oceh Jinhwan antara sadar dan tidak sadar disebelah Junhoe.
Junhoe hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman lembut. Merasa tidak sabar juga untuk cepat sampai dirumah.
Setelah itu, keduanya kembali larut dalam keheningan.
Junhoe yang fokus menyetir dan Jihwan yang sesekali membuka matanya untuk memastikan apa rumah mereka masih jauh atau sudah dekat.
Dengan kedua tangan yang masih saling menggenggam satu sama lain.
.
.
.
Junhoe tidak bisa berfikir lagi. Dia hanya merasa letak kamar terlalu jauh, jadi pemuda tinggi itu lebih memilih untuk menelanjangi Jinhwan disofa ruang tamu.Bibir Jinhwan yang terbuka terus terengah-engah ketika merasakan mulut Junhoe yang sibuk mencium perutnya. Menggelitik pusarnya dengan lidah panjang lelaki itu.
Sementara Jinhwan hanya bisa mengerang tertahan diantara gairahnya yang kian memuncak.
Ia meremas rambut junhoe sebagai respon setiap perlakuan Junhoe padanya.Junhoe menciumi setiap inci tubuh Jinhwan dengan penuh kelembutan. Menyesap aroma tubuh adiknya yang entah kenapa begitu terasa memabukkan di indera penciuman Junhoe.
Keduanya bahkan sudah telanjang bulat, entah sejak kapan.
"Jun, Stop!"
Yang dipanggil mendongak. Mulutnya hampir mencapai penis Jinhwan jika saja lelaki yang lebih muda tidak mencegahnya.
"Ya?"
Dada Jinhwan masih naik turun dengan tidak teratur. Ia meraih pipi Junhoe kemudian menghempaskan kepalanya sendiri kepegangan sofa.
"Kesini." Pintanya.
Sepertinya Jinhwan sedikit mulai sadar dari rasa mabuknya.Junhoe menuruti perintah Jinhwan, ia merangkak diatas tubuh adiknya yang penuh peluh. "Kenapa sayang?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dividing Distance (END)
FanfictionSummary "Ketika sebuah perasaan yang hadir, merupakan sebuah kesalahan. Kesalahan yang begitu manis, sehingga sulit untuk dicegah." . . . Cast: Junhwan || Junhoe (24 tahun), Jinhwan (17 tahun)|| Other cast: Cameo Rate: M || NC || (Kissing scene ber...