Sejak saat itu Kai sering menyuruh Akira untuk melakukan sex dengannya. Tiap kali Akira mencoba untuk menolaknya, Kai selalu menunjukkan foto itu membuat Akira hanya bisa pasrah.
Di ruang uks, dikelas sehabis pulang sekolah bahkan ditoilet saat istirahat.
Sekarang Kai dan Akira sedang berada disalah satu bilik toilet saat istirahat.
"Buka celana dan boxermu, Akira. Kemudian kau lebarkan kakimu dan berlihatkan padaku lubang pantatmu." Akira memlakukan apa yang disuruh oleh Kai.
Saat Kai melihat Akira yang sudah selesai melakukan apa yang disuruhnya, Kai mengambil sebuah barang dari saku celananya.
"Ini namanya vibrator. Ini sangat mahal jadi jangan dirusakkan ya!" Kai memasukan vibrator itu kedalam lubang pantat Akira.
"Ah..." Lalu Kai mengeluarkan remote dan menggeser tombol besar diremote itu secara perlahan.
"Aaauh!" Akira merasa getaran dilubang pantatnya membuatnya reflek mendesah.
"Yang kuinginkan sekarang adalah aku ingin mendengar dari mulutmu sendiri ajakan untuk melakukan sex. Kali ini aku tidak akan mengancammu. Tapi aku yakin kau akan segera mengucapkannya." Kai semakin menggeser tombol diremote itu membuat vibratornya semakin bergetar dengan kuat membuat Akira semakin mendesah.
"Gimana? Ucapkan saja dan aku akan langsung memuaskan gairahmu." Ujar Kai yang mulai mendekatkan wajahnya ke Akira dan memberikan seringai khasnya.
Namun yang didapat Kai bukan apa yang diinginkannya melainkan air ludah dari mulut Akira. Hal itu membuat Kai menjadi marah.
"Baiklah. Kita lihat sampai kapan kau bisa menahannya." Itulah kata-kata terakhir yang diucapkan Kai.
Kini dikelas, Akira harus mati-matian menahan desahannya. Vibrator itu masih berada didalam lubang pantat Akira walaupun kelas sudah dimulai dan kini guru telah menjelaskan pelajaran didepan kelas.
Dia dapat merasakan bahwa Kai sengaja memelankan kemudian mempercepat getaran vibrator itu secara bergantian membuat Akira selalu menggigit jarinya saat merasakan gunjangan hebat dari vibrator secara tiba-tiba.
Saat guru selesai menjelaskan, beliau duduk dimejanya. Meja guru terletak dipojok paling depan dekat jendela dan itu berarti didepan meja Akira. Jadi secara tidak langsung guru yang mengajar melihat kondisi Akira.
Keringat sedikit bercucuran di tepi wajahnya. Kedua pipi Akira sedikit memerah dan Akira yang sekali-kali menggigit atas lengkungan jari telunjuk. Juga sedikit mengeluarkan rintihan kesakitan (sebenarnya desahan tapi mungkin karena Akira yang terlalu ahli dalam mengubah suaranya atau gurunya yang terlalu polos).
Hal itu membuat guru itu terheran-heran dengan Akira.
'Apakah anak ini sakit?' Pikir guru itu.
'Tapi apakah aku harus menanyainya? Mungkin nanti dia marah karena aku menanyainya... Kalau dia sakit tapi masih mencoba mendengarkan penjelasanku berarti sebenarnya anak ini menghargaiku... Aku terharu sih...tapi kalau begini terus nanti kalau anak ini pingsan atau gimana kan bisa bahaya...' pikir guru itu.
Sebenarnya alasan mengapa Akira mendengarkan penjelasan guru itu karena dia mencoba mengalihkan pikirannya. Namun berkali-kali tidak berhasil. Bayangkan saja mana mungkin pelajaran sastra jepang bisa membuatnya mengalihkan pikirannya dari gairahnya. Pelajaran ini saja kalah dengan rasa ngantuk para murid jadi mana mungkin gairah yang lumayan kuat didalam tubuh Akira bisa dikalahkan oleh keingintahuan tentang sastra jepang.
'Sial! Ini benar-benar sial! Bagaimana cata mengatasi gairah ini?!' Ujar Akira dalam hati.
'Sial! Dasar brengsek! Kai Bastard!'
'Sial! Sial!'
"Ah... Shialh! haa...hahh..." Tanpa sadar Akira mengucapkannya keluar namun hanya bisa didengar oleh guru didepannya dan dirinya sendiri. Hal itu nembuat guru itu sadar dari pikirannya dan memutuskan untuk menanyai keadaan Akira.
"Umm...Yamamoto-sama, apakah anda sakit? Kalau iya jangan dipaksakan...sebaiknya anda langsung saja keuks." Ujar guru itu dengan takut-takut dan menarik semua perhatian para siswa karena ketidak sengajaan gutu itu yang menanyainya dengan suara yang cukup keras namun bergetar membuat seluruh siswa melihat kearah Akira.
'Guru sialan!' Ujar Akira dalam hati.
Kali ini getaran di vibratornya semakin kuat membuat Akira menggigit keras-keras ujung lengkungan jari telunjuk.
"Yamamoto-sama?... siapa yang piket hari ini? Tolong bawa Yamamoto-sama keuks!" Ujar guru itu.
"Aku!" Ujar seorang laki-laki yang duduk disebelah kanan Kai.
Laki-laki itupun berdiri dan berjalan kearah Akira membuat Kai menjadi emosi entah mengapa.
'Kemungkinan besar laki-laki itu akan menyadari apa yang terjadi dengan Akira maka kemungkinan besar juga laki-laki itu akan...bergairah....dan... dia...akan merape....A.K.I.R.A.! Sial!' Pikir Kai. Tanpa sadar kedua tangan Kai sudah menggepal sangat kuat. Saat membayangkan laki-laki itu akan melakukan sex dengan Akira.
Perlahan tangan laki-laki itu mencoba menyentuh pundak Akira
Kini Akira sudah tidak kuasa menahan gairahnya. Dia benar-benar membutuhkan pelepasan.
'Sial!' Ujar Akira dan Kai bersamaan didalam hari.
-Author meminta maaf dengan typo yang bertebaran-
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Bastard! (boy x boy)
RomanceAkira Yamamoto, seorang cowok berwibawa dan berkarisma namun arogan; ditugaskan oleh ayahnya untuk menjadi salah satu murid disekolah Houka Gakuen. Houka Gakuen dimana sekolah berandalan yang semua murid sama sekali tidak berwibawa dan berkarisma se...