VII

17.4K 980 11
                                    

Sesampai Akira dirumahnya, Dia segera kekamat dan diikuti oleh Daemon.

" Otou-sama dimana?" Tanya Akira ketika sudah memasuki kamarnya dan membelakangi Daemon.

"Tuan besar mendapat panggilan kerja karena terdapat masalah dibeberapa cabang perusahaan yang berada diluar negara, jadi kemungkinan tuan besar akan pulang dalam waktu jangka yang panjang. Apakah Akira-sama berniat mengetahui tepat waktunya?"

"Tidak." Selesai menjawab pertanyaan Daemon, Akira menghampiri meja belajarnya dan membuang semua benda yang ada dimejanya. Buku-buku, kertas-kertas, peralatan tulis, bahkan pot bunga dan foto-foto yang dibingkai pecah akibat perbuatan Akira.

"A-akira-sama? Ada apa? Akira-sama tenanglah..." Daemon mencoba mendekati Akira namun dihentikan oleh Akira.

"Diam dan lihat saja, Daemon!"

Akira menuju kasurnya dan dilempar bantal dan selimutnya sembarangan serta seprai kasur dilepasnya dari kasurnya.

"Argh! Sialan! Brengsek!" Teriak Akira dengan frustasi. Akira memberantaki rambutnya dan menarik-narik kecil rambutnya. Air mata Akira pun mulai keluar.

"Bajingan! Bastard!" Akira mulai menonjok dinding dengan kuat membuat tangannya mengeluarkan darah.

"Akira-sama! Aku tidak akan bisa diam kalau Akira-sama sama menyakiti diri sendiri. Tolong hentikan, Akira-sama. Sebenarnya apa yang membuat Akira-sama seperti ini?" Daemon memeluk Akira dari belakang mencoba menenangkan Akira.

"Hiks..hiks... aku...hiks... lelah...bawa aku...hiks...kekamarmu..."

"Baik." Daemon mengankat Daemon dengan princess style dan membaringkan Akira dikasur Daemon.

Akira memejamkan matanya dan tertidur.

Daemon membersihkan air mata Akira dan mengobati tangan Akira yang terluka.

"Akira-sama, apa anda begini karena nyonya besar?.... Akira-sama, tolong jangan terlalu membenci tuan besar... Beliau sangat menyayangi anda. Akira-sama, tidurlah yang nyenyak... Mimpi indah." Setalah mengelus pipi Akira, Daemon keluar dari kamarnya.

♂▣♂

"Hn..." Akira perlahan membuka matanya.

"Ah, Akira-sama sudah bangun? Apakah anda lapar? Anda tidur dari kemarin sampai pagi esoknya baru bangun, sepertinya Akira-sama lelah sekali." Daemon berada disamping Akira sambil mengulurkan sebuah gelas yang berisi air putih.

"Ya... tapi aku akan mandi dulu." Akira berdiri dan berjalan kearah kamarnya.

"Saya sudah menyiapkan baju anda. Kalau begitu saya kebawah dulu untuk memberitahu para koki."

"Ya." Daemon berjalan menuju dapur.

Saat sampai dikamarnya. Akira dapat melihat kamarnya terlihat sama seperti biasanya seperti kejadian kemarin tidak pernah terjadi.

♂▣♂

"Apakah hari ini aku memiliki jadwal, Daemon?" Tanya Akira saat susah selesai menyelesaikan makannya.

"Tuan Allen menghubungi anda. Beliau ingin bertemu dengan anda hari ini dirumahnya."

"Ingin menemuiku tapi aku yang harus kesana, sialan Allen! Daemon siapkan mobil."

"Baik."

Allen dan Akira bertemu saat Akira berumur 7 tahun. Mereka bertemu di pesta perusahaan yang diadakan orang tua Allen. Sejak itu Allen selalu bersikap sok akrab terhadap Akira. Namun sejak itu mereka menjadi teman dekat. Beberapa bulan belakangan ini, Allen sibuk dengan perusahaan. Ya, Papa Allen memberikan sebuah perushaan kepada Allen untuk diurus padahal Allen masih berumur 18 tahun.

♂▣♂

Sesampai dirumah Allen, Akira dapat melihat Allen yang sudah berdiri didepan pintu.

"Hello my buddy!" Ujar Allen dengan girang.

"Tch..." Akira hanya berdecih.

"Ah! My honey Daemon!" Allen langsung memeluk Daemon dan membaringkan kepala Daemon didadanya. Allen memiliki tinggi badan yang lebih tinggi dibandingkan Daemon.

"Tuan Allen, bisa anda lepaskan pelukan anda?" Akira yakin sekali kalau sebenarnya Daemon ingin segera melempar Allen ke mulut binatang buas supaya mati dimakan, namun Daemon berusaha sabar dan mencoba untuk bersikap sopan terhadap Allen.

"Ah... aku tidak akan terkejut begitu mengetahui kalau sebenarnya bukan aku yang ingin kamu temui melainkan Daemon. Dasar Daemon complex." Allen, sejak Akira kenalkan dengan Daemon, Allen selalu lengket dengan Daemon ketika Daemon berada disampingnya dan sejak itu Akira selalu menyebut Allen terkena penyakit Daemon complex.

"Haha... tau aja. Tapi aku juga ingin menemuimu, Akira." Allen tidak menghiraukan kata-kata Daemon dan memeluk Daemon dari belakang dan menyandarkan kepalanya di salah satu bahu Daemon.

"Sudah jangan basa basi lagi. Katakan saja apa yang kau inginkan dariku." Kini Akira melipat kedua tangannya dan meletakkannya didepan dadanya.

"Haha... kamu memang mengerti sekali tentangku, My buddy! Tapi sebelum itu kita masuk dulu." Ujar Allen.

Kini Allen, Akira juga Daemon duduk diruang tamu dan ditemani secangkir teh.

"Jadi?" Tanya Akira.

"Kamu sangat tidak sabaran sekali, Akira." Allen mengecutkan bibirnya.

"Jadi begini, kamu tahukan Akira, ini tahun pertamaku di univ dan aku sudah diberikan banyak tugas... well... itu tidak masalah sih karena itu sudah menjadi tanggung jawabku namun waktunya sangat tidak tepat karena tanggung jawabku bertambah karena baru-baru ini aku sibuk sekali dengan kontrak kerjasama dengan beberapa perushaan yang ingin melakukan kontrak kerja sama dengan perusahaanku... jadi-"

"Kamu ingin aku membantumu dengan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dosenmu." Lanjut Akira.

"Betul sekali! Haha... My buddy sangat mengertiku membuatku menjadi terharu..." Allen berakting pura-pura menangis.

"Jijik. Sudah mana tugasmu?" Tanya Akira.

"Hmmm, tumben kamu tidak minta imbalan, Akira? Padahal aku sudah siap-siap kalau kamu ingin meminta imbalan..." Kini Allen menjadi heran.

"Aku tidak bilang kalau aku tidak meminta imbalan. Tapi aku memang sedang tidak lagi menginginkan apapun. Nanti saja kalau aku menginginkan sesuatu."

"Baiklah. Jadi kamu ingin mengerjakan tugasku dimana?"

"Disini saja."

"Baiklah tunggu sebentar ya! Aku ambil dulu!"

"Hush-hush..." Usir Akira dan dibalas julurkan lidah oleh Allen.



-Author meminta maaf dengan typo yang bertebaran-

I Love You, Bastard! (boy x boy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang