Chapter 2

872 87 45
                                    

Apa karena aku orang yang meminta tolong kepadamu, sehingga kamu tidak bisa memberikan waktumu yang berharga itu sedikit saja untukku? 

Apa karena aku orang yang mengajakmu berbicara, sehingga kamu harus dingin dan beku seperti es?

Apa hanya aku, yang merasakan betapa sulitnya untuk memahami dirimu? 

.

.

.

Hari ini sangat panas sekali, dan Vio sudah lelah menunggu satu manusia demi nilai seninya.

"Akhirnya ketemu juga."

Vio menghapiri Leo dengan cengiran di wajahnya. Leo yang melihatnya tampak curiga, karna tidak biasanya Vio seperti ini ke Leo.

"Kenapa lo? Kesambet? Senyam senyum sendiri kayak orang gila di pinggir jalan," kata Leo dengan tawa kecilnya.

"Yee. Enak aja, kagak kali. Emmm. Gua mau ngomong sesuatu ke lo." balas Vio.

"Mau ngomong sesuatu? Mau ngomong apaan?" kata Leo curiga.

"Emm. Leo, gua dapet tugas dari Bu Veni, guru seni gua. Nah gua itu disuruh main lagu Canon untuk penilaian karna Bu Veni tau gua bisa main piano jadi gua dikasih yang susah Le." kataku dengan nada memelas.

"Terus? Apa urusannya sama gua?" balas Leo sinis.

"Yaa. Gua pengen minta tolong Le."

"Minta tolong apa?"

"Tolongin gua ajarin lagu Canon, karna gua pernah liat lo mainin lagu Canon Le."

Leo kaget mendengar ucapan Vio.

"Kapan lo liat gua main lagu itu? Gua kayaknya gak pernah nunjukin ke orang lain pas gua mainin lagu itu."

"Pas gua main ke rumah lo. Gua denger itu. Dan jujur, gua suka dengernya.."

"Cieee. Jadi lo suka nih."

"Leo, please dong ajarin gua. Ini demi nilai gua Le. Lo gak kasian tah ama gua? Nilai seni gua gimana nanti Le? Tolong ya. Siii tolong"

"KAGAK! Belajar aja sendiri sono! Bye gua mau balik." kata Leo sambil berbalik hendak meninggalkan Vio.

"Lo gak kasian ama gua tah?! Gua udah panas panasan di sini nungguin lo. Berharap lo mau ngajarin gua. Gua tau Le, gua tau lo tuh bisa mainin piano itu lebih bagus dari gua. Tapi lo gak pernah mau ngebagiin ilmu yang lo punya! Lo cuma simpen sendiri. Atau karna yang minta tolong gua jadinya lo nolak? Kalo karna itu gua gak bisa bilang apa-apa itu hak lo. Maaf udah ganggu lo."

Vio berkata dengan kesal karna Leo masih sama seperti dulu, tidak pernah mau membantu Vio. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri, setidaknya begitulah yang dipikirkan Vio tentang Leo.

Leo hanya menatap kepergian Vio dengan muka datarnya, dia merasa bersalah karna tidak memenuhi keinginan gadis itu. Bagaimana pun juga, Vio tetaplah teman kecilnya walaupun hanya diisi dengan keributan, Vio tetaplah gadis yang selalu mengisi hari-hari Leo semasa mereka kecil.

***

Sesampainya di rumah....

"Aarrrggghhhhhh!!! Okey fokus Vio fokus! Lo gak butuh Leo, pasti bisa Vio pasti!"

Sejak kejadian tadi, Vio tidak mau lagi mengandalkan Leo, dia benar-benar kecewa karna Leo tidak pernah berubah dari kecil. VIO BENCI LEO!!

Vio duduk di kursi piano miliknya dan mulai memencet asal tuts piano itu. Nada-nada mulai mengalun indah, Vio melimpahkan semua kekecewaannya di piano tersebut. Setelah agak lega Vio menghela napasnya dan mulai menyetel lagu Canon dan mendengarnya sambil mencobanya di pianonya itu.

Tiba-tiba ada Line yang masuk ke gadget Vio. Vio pun membukanya malas karena sudah sangat lelah belajar Canon yang tak kunjung berhasil dia mainkan. Vio tersenyum tipis melihat chat dari kedua kucilnya itu.

Hana : "Hai para jomblo.."

Caca : "Sadar wey lo juga jomblo nyet."

Hana : "Gua single ya sorry. Wkwkwk."

Vio : "Jomblo mah jomblo aja mak. Wkwkwk."

Hana : "Durhaka lu ama emak sendiri. Huhu Ca, Vio jahat."

Caca : "Lah, kan emang bener lu jomblo mak. Wkwkwk."

Hana : "Anjer, gak usah diperjelas juga kali-_-"

Vio : "Itu memang kenyataan yang tidak bisa dipungkiri lagi mak. Wkwkwk."

Caca : "Ku galau kawan. Huhu."

Vio : "Galau kenapa lo? Baru kerasa jomblonya? Wkwkwk."

Caca : "Anjer, kagak oy! Gua bosen aja di rumah gak ada kerjaan."

Hana : "Ke rumah gua sini, banyak kerjaan. Cucian piring, cucian baju, sapu rumah,dll."

Vio : "Yoi coy, gua juga ada kerjaan untuk lo."

Caca : "Anjer kalian, gak deh makasih. Mending gua gak ada kerjaan daripada kerjain begituan. Wkwkwk."

Vio : "Asem, Canon gua gimana nasibnya? Huhu sedih dedek."

Hana : "Eh we, doi gua bales. Aduh kok jadi baper ya."

Caca : " Lo enak Han masih di bales, lah gua? Nunggu doi ampe lumutan juga gak bakal peka-peka tuh orang."

Mereka asik bercerita, bercanda, menghina hingga Vio lelah dan memilih untuk tidur. Pagi harinya Vio bangun dan bersiap untuk ke sekolah.

***

Sesampainya di sekolah....

Vio berjalan dengan senyum menghiasi wajahnya, dia berjalan sambil bersenandung riang dan sesekali menyapa teman-temannya. Tiba-tiba senyumnya memudar melihat sosok yang tidak pernah mau dia temui.

"Viii. Gua minta maaf kemaren gua itu..."

"Udah berisik deh, gua mau ke kelas, dan lo! Gak usah ganggu gua! Minggir!" Vio memotong pembicaraan Leo tanpa mendengarkan penjelasan Leo dan langsung pergi meninggalkan Leo menuju ke kelasnya.

Vio menunggu bel istirahat berbunyi.

Kringggg!!!

"Yess.. akhirnya..."

Vio memberi salam bersama dengan teman-temannya dan langsung pergi munuju ke ruang musik yang ada di sekolahnya. Karena sekolah SMP dan SMA di gabung, banyak ruang yang digunakan bersama, seperti ruang laboratorium, perpustakaan, dan juga ruang musik.

Vio berlari kearah ruang musik dan dia mendengar ada yang bermain piano di sana. Vio seperti kenal dengan lagu itu. Dia membuka pintu dengan pelan dan sangat hati-hati supaya tidak mengganggu konsentrasi yang sedang bermain musik. Vio kenal lagu ini, dia kenal. Lagu yang ingin dia pelajari dan lagu yang akan dia mainkan demi nilai seninya itu.

Hey ho guys.. maaf kalo masih aneh alur ceritanya

Please vote and coment yak... 

Thanks

Stay Here [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang