Chapter 8

500 51 7
                                    

Bagiku, kau hanyalah bayangan semu
Terasa seperti mimpi saat aku bisa didekatmu
Tapi entah mengapa, terasa hangat dan nyaman saat kita bersama
.
.
.
Leo berjalan ke arah ruang musik sambil bersiul pelan. Saat dia membuat ruang musik, dia mendengar alunan piano yang pelan, mengalir dengan nada-nada yang menjadi satu kesatuan dan keharmonisan yang indah. Leo melihat gadis itu dengan senyuman tipis di wajahnya.

Leo hanya ingin gadis itu menyadari kalau Leo peduli dengan dirinya. Leo hanya ingin gadis itu menyadari bahwa kehadirannya yang selalu membuat Leo merasa nyaman. Leo ingin gadis itu menyadari kalau Leo membutuhkannya.

Leo berjalan perlahan mendekati piano itu, sambil menikmati setiap alunan nada yang terdengar. Leo tidak bisa menyembunyikan senyum dari wajahnya. Tetapi yang diperhatikan juga tidak sadar dengan keberadaan Leo.

Leo tidak ingin mengganggu konsentrasinya, tetapi jika Leo tidak menegurnya gadis ini tidak akan pernah bisa berhenti. Leo tau bahwa musik adalah segalanya bagi Vio. Musik adalah hidupnya. Leo tau itu, Leo sadar akan itu.

"Viiiii.." kata Leo lembut.

Vio berhenti bermain dan menatap Leo dengan tatapan bertanya.

"Biasa aja geh liatnya." kata Leo.

"Kenapa Le?"

"Gak papa. Gimana Canonnya?"

"Lumayan. Gua udah pengambilan nilai kok, dan ya lumayanlah untuk seorang Violeta Angela," ujar Vio dengan percaya diri.

"Baguslah."

Vio kembali memainkan pianonya dan tidak menghiraukan manusia yang ada di dekatnya itu. Dia tau kalau Leo hanyalah bayangan semu yang datang untuk membuat Vio senang lalu pergi lagi dengan tanpa rasa bersalah.

Leo pun duduk di sebelah Vio, di kursi yang sama. Dan mulai ikut memainkannya bersama Vio. Vio malah justru berhenti bermain dan memperhatikan Leo dengan saksama. Hal yang selalu Vio sukai saat mereka sedang terjebak dalam keheningan dan hanya ada mereka dengan piano yang mengalun indah.

Leo pun menatap Vio dengan tatapan bertanya. Vio hanya menggelengkan kepalanya dan kembali melihat tangan Leo bergerak menari di atas tuts yang berwarna hitam putih itu.

Leo pun bercerita tentang sekolahnya, temannya, mantannya, dan banyak lagi. Vio pun juga melakukan hal yang sama, tentang sekolahnya, gebetannya. Mereka berbicara sampai lupa waktu dan akhirnya Leo pun memberitau kalau dia lapar.

Anehnya, Leo meminta Vio untuk menemaninya makan kali ini. Tidak seperti biasanya saat Leo selalu ingin sendirian. Vio menurut dan ikut pergi dengan Leo. Lagipula jika bersama Leo keselamatan terjamin dan makan pun terjamin, gratis pula....

***

Mereka tiba di sebuah rumah makan sederhana permintaan Vio. Vio suka tempat yang berkelas tetapi dia lebih suka warung sederhana di pinggir jalan, menurutnya lebih mantap jika makan di pinggir jalan daripada di restoran mewah.

Mereka kembali mengobrol tentang banyak hal. Mereka sangat antusias dan senang sekali, seakan kawan lama yang sudah bertahun tahun tidak berjumpa. Mereka bercanda tawa riang. Banyak sekali yang menatap Leo dengan tatapan memuja, tetapi ada juga yang menatap Vio dengan tatapan sinis.

Inilah resiko bila sudah berdekatan dengan Leo. Leolah yang akan menjadi pusat perhatian, semua mata tertuju padanya. Tapi yang menyenangkan bagi Vio adalah, walaupun banyak mata yang tertuju pada Leo, tetapi mata Leo hanya tertuju pada satu gadis di depannya sambil tersenyum cerah dan memperlakukannya bagaikan putri. Gadis itu tentu saja Vio.

Leo tertawa lagi karena ulah Vio. Sangking gemasnya Leo pun mengacak-ngacak rambut Vio sampai berantakan dan Vio hanya mendengus sebal. Padahal Vio sendiri merasa tidak berbuat apapun. Leo menyebalkan!

Stay Here [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang