Chapter 4

683 68 23
                                    

Aku tidak tahu dengan apa yang aku rasakan.

Aku tidak tahu dengan apa yang ingin aku katakan setiap berada di dekatmu.

Hanya satu yang aku tahu.

Senyummu yang selalu membuatku bisa melupakan masalahku sejenak.

.

.

.

Seperti biasa Vio selalu mendapatkan banyak sapaan dari teman-temannya, baik yang Vio kenal maupun yang tidak Vio kenal, Vio membalasnya dengan senyuman manis di wajahnya. Vio berjalan ke kelasnya sambil bersenandung riang.

Hari ini Vio ingin berlatih lagi dan lagi sampai Vio bisa memainkannya lagu Canon itu dengan baik. Vio berjalan ke ruang musik mengisi waktunya untuk berlatih kembali.

Saat Vio sampai, Vio langsung jatuh cinta dengan tempat itu. Bau debu yang menghinggap di setiap alat musik, bau ruang lama yang selalu memberi rasa nyaman tersendiri bagi Vio. Setiap alat musik yang menghasilkan nada yang membuat selalu ingin memainkan setiap alat musik di sana.

Entah kenapa Vio tidak ingin berlatih lagu Canon itu. Vio malah justru menggambil gitar dan mulai memainkannya asal. Vio memainkan lagu Cinta dan Rahasia. Vio memahami liriknya perlahan, Vio mulai memejamkan matanya dan menyanyi dengan penuh kehampaan dalam dirinya. Dia menyanyi dengan sungguh-sungguh sampai dia tidak sadar jika dari tadi ada sepasang mata yang mamperhatikannya sambil tersenyum menatap dirinya.

Terakhir ku tatap mata indahmu
Di bawah bintang bintang
Terbelah hatiku
Antara cinta dan rahasia

Ku cinta pada mu namun kau milik
Sahabat ku dilema
Hatiku
Andai ku bisa berkata sejujurnya

Dan tanpa Vio sadari, alunan piano mulai terdengar. Tetapi Vio terus menyanyi dengan semua kehampaannya. Vio terus bernyanyi hingga dia sadar ada seseorang yang memainkannya pianonya. Vio langsung terdiam dan kaget sekali. Dia melihat ke arah pintu tetapi pintu itu tertutup rapat.

Jangan kau pilih dia
Pilihlah aku yang mampu mencintamu lebih dari dia
Bukan ku ingin merebutmu dari sahabat ku
Namun kau tahu
Cinta tak bisa tak bisa kau salahkan

Vio melihat ke piano dan ternyata ada sesosok yang tersenyum ke arahnya. Sekilas Vio terpana dengan sosok itu, dengan senyuman khasnya yang terlihat tulus dan matanya dan menatap tepat di manik mata Vio.

"Astaga! Lo ini ngagetin gua aja tau gk! Kapan dateng? Kok gua gak tau." kata Vio.

"Ya lo geh. Gua daritadi udah di sini. Gua denger lo nyanyi. Nah terus karna lo gak sadar ada gua, gua mainin pianonya. Nah, udah gua mainin masih gak sadar juga. Pas gua udah mau baper bapernya lo berhenti. Ya udah deh." Vio cukup takjub dengan jawaban Leo dengan cengirannya yang selalu Vio suka itu.

"Ohh gitu" kata Vio sok cuek.

Tapi Leo tidak menjawab dan hanya terbengong dikursi piano. Vio mengerti Leo tidak pernah mau menceritakan masalahnya. Leo selalu menyimpan masalahnya sendiri dan Vio tidak suka dengan Leo yang seperti itu.

Vio mulai menyentuh pianonya perlahan, Vio duduk di sebelah Leo di kursi yang sama. Tapi Vio tidak berani menyentuh Leo. Dari kecil saat Leo sedang dalam masa terpuruknya, Vio tidak pernah berani menyentuh Leo, Vio terlalu takut untuk ada di sebelah Leo. Tapi, Vio tau kalau Leo membutuhkan orang di sampingnya yang selalu ada untuk dia, mendengar keluh kesahnya, dan dapat menguatkan Leo dan memberitau Leo kalau semuanya akan baik-baik saja.

Tapi itu semua hanya bayangan semata, belum pernah Vio melihat ada perempuan yang berani mendekatinya saat Leo merasa terpuruk bahkan saat perempuan itu dekat dengan Leo atau pacar Leo sekalipun.

Stay Here [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang