Terkadang memang ada ketidakadilan di dunia ini. Kuhapus air mata yang jatuh berkali-kali ini. Mengingat segala kenangan indah bersama laki-laki yang kini sudah resmi menikah itu.
Tuhan, inikah hukumanku? Inikah karma dari-Mu? Mengapa Kau biarkan semua ini terjadi kepadaku?
Segala pertanyaan itu seakan menerobos masuk dalam hati kecilku. Aku memang salah di sini, menjadi wanita simpanan yang rela menyerahkan segalanya hanya karena cinta di samping perjanjian sialan itu. Suara ketukan di pintu menyadarkanku dari lamunan, aku segera bangkit dari meja riasku dan beranjak membuka pintu.
"Good morning, Princess," sapa Adrian.
Ia tampak lebih tampan menggunakan kemeja hitam yang digulung hingga ke siku. Tampan, eh? "Hei, kenapa melamun?" tanyanya mengibas-ibaskan tangannya di depan wajahku.
"Eh, ayo kita berangkat!" ajakku menariknya segera.
***
Di dalam mobil terjadi keheningan yang cukup lama antara kami, tak ada yang membuka mulut sama sekali. Hingga suasana terasa begitu canggung.
"Reina, aku lupa memberitahumu jika sekarang meja kerjamu sudah berada dalam ruanganku." Aku tersedak salivaku sendiri.
"Kenapa?" tanyaku tercekat.
"Ini bagian dari permintaanku yang wajib kau kabulkan!"
Aku membuang muka ke arah jendela mobil. "Hei jangan marah, nanti kau tambah tua dan aku tidak mau orang-orang mengira jika kau itu ibuku. Lagian ini sudah menjadi mufakat kita 'kan?" ejeknya.
Mufakat apanya? Orang hanya dia yang menyepakati perjanjian ini, aku hanya harus mengiyakan segala permintaannya bukan? Iya 'kan? Ah sudahlah! Aku terlalu memaksa kalian untuk berada di pihakku.
"Aku tak peduli, lebih baik kau fokus menyetir, karena aku tak mau mati sia-sia karena kecelakaan!" Sungutku sebal.
"Tuh kan, judesnya kembali lagi," ujarnya sembari mendekatkan wajahnya kepada wajahku.
"Kau-mau-apa?!" tanyaku tersendat-sendat panik ketika hidung kami bersentuhan, karena laki-laki ini terus menghapus jarak di antara kami.
"Untung kau manis, jika tidak mana ada lelaki mau dengan wanita judes sepertimu?"
Pipiku memerah seketika, dengan cepat aku mendorong tubuh Adrian, "Hahahaha kau lucu sekali ketika malu! Mirip tomat!" ledeknya sembari tertawa.
"Kau tidak sopan, aku lebih tua darimu seharusnya sopan sedikit!" Aku mulai kesal dengan sikap jailnya.
"Aku kan bos di sini, jadi tak memandang umur!"
***
"Hari ini ada meeting dengan perusahaan Family Group, pertemuan akan dilakukan pukul satu siang," jelasku pada Adrian yang masih sibuk memainkan ponselnya.
"Adrian, kau mendengarkanku tidak?!" tanyaku dengan kesal.
"Hmm? Apa sih, aku masih sibuk!"
Dan aku berani bertaruh jika kini ia tengah memainkan game di ponselnya. Dasar gamers! Tak tahu waktu dan seenaknya sendiri, kenapa bisa Vino memilihmu sebagai penggantinya Adrian?! Ingin sekali aku meneriaki kata-kata itu di depan mukanya tapi aku sadar posisiku sekarang. Dengan mengendap-endap aku berjalan mendekatinya, dan--
Aku menarik ponsel itu hingga terlepas dari tangannya, "Rein, hampir saja aku menang!!" teriaknya di depanku.
Aku memasang ekspresi sedatar mungkin, "Ini di kantor bukan di rumah atau di kafe! Tanggung jawabmu sebagai CEO mana?!" Protesku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My True Love
RomanceBagaimana perasaanmu jika kau harus rela menjadi yang kedua? Menjadi simpanan seorang pria yang kau cintai? Tak sepenuhnya menjadi simpanan itu salah, aku sama dengan kalian seorang wanita yang selalu berharap dapat menemukan cinta sejatinya ....