21

3.3K 216 5
                                    

    
Reina menatap punggungnya yang semakin tak terlihat, seluruh tamu undangan memandangnya dengan tatapan mencemooh dan menusuk.

"Hei wanita jalang, pergi dari pesta ini! Aku tak ingin kekasihku direbut olehmu!" ucap wanita yang memakai gaun oranye itu dengan nada tingginya.

"Wow, Nona berapa harga tubuhmu? Kusewa dua hari berapa?!" tanya seorang pria yang memakai tuxedo berwarna krem. Setelahnya diselingi tawa para pria di sekitarnya, Reina hanya bisa menangis dan menahan rasa malu dalam diamnya.

"Apa kalian semua sudah suci, sampai kalian menilai jelek kepada dia?!" ucap Diandra bersuara.

"Kau siapa Nona? Jelas-jelas bitch ini yang salah, oh ... Atau mungkin, kau komplotannya ya?!"

"Jaga mulut Anda nyonya, saya suaminya!" pekik Axel tidak terima.
    
Reina berlari keluar dari gedung itu tak dihiraukannya gumaman orang-orang yang terus mencibirnya di sepanjang ballroom.

"Kenapa Tuhan? Apakah aku memang tidak pantas untuk bahagia?! Salahkah aku jika ingin mencintai dan dicintai? Serumit ini kah cinta?!?" ia menatap langit gelap itu seakan menolak akan takdirnya sendiri. Mencoba menjalin komunikasi dengan Sang Semesta.

"Maafkan aku membuatmu malu," Reina menatap pemilik suara itu dengan benci.

"Ini kan yang kau inginkan?!"

"Aku tidak ingin kehilangan cinta tulusku! Aku menyesal Reina!" teriak Vino dengan emosi dan rasa frustasinya.

"Jika begitu, kau sungguh terlambat Vino! Kenapa kau seperti tali, suka menarik ulurkan perasaanku?! Jujur aku bosan! Aku benci diperlakukan semaumu! Aku benci saat aku hanya menjadi tamengmu! Aku benci sebenci-benci nya menjadi yang kedua!" pekiknya tidak tahan lagi.

"Aku hanya cadangan di saat wanitamu tidak ada, aku hanyalah opsi kedua di saat sang pemeran utama sedang break, and I do hate it! Kau bahkan tidak pernah menganggapku penting, selalu Dara yang kau utamakan! Tapi ... Saat aku bersama Adrian, dia selalu menganggapku segalanya, apapun itu se-sibuk apa pun ia aku tetap yang utama. Jadi, apa aku salah jika merasa nyaman ada di sisinya? Tak pantas aku bahagia, Vin?" Reina terdiam sebentar menahan isakannya.

"Ya ... kau memang benar Rein, aku tidak menyangkal itu aku memang lelaki bodoh! Dan aku sangat ingin kau bahagia, akan aku lakukan apa pun itu asal bahagiamu juga karenaku. Aku berjanji, setelah ini aku akan membahagiakanmu ... Aku akan hanya melihatmu, kau memang bukan yang pertama tapi kau yang terakhir untuk hidupku."

"Tinggalkan aku sendiri Vin, kumohon!" perlahan gadis itu berjalan menjauh dari parkiran itu. Hati Vino teriris seketika melihat betapa hancurnya gadisnya itu.
                     
***
    
Di lain sisi, seorang lelaki menyetir mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Berkali-kali klakson mobil lain berbunyi untuk memperingatkan kecerobohannya.

"Damn! Shit!" umpatnya sembari menambah kecepatan pada spidometer nya.

Tiin ... Tiin ... Tiin ....

Lelaki itu menengok ke arah samping bahu jalan. Cukup tertegun, mendapati gadis itu mengikutinya. "Adrian! Jangan lakukan itu, ini bukan arena balap! Kita bisa bicara, aku yakin kau tak membenciku sepenuhnya kau hanya emosi waktu itu 'kan?" teriak gadis itu tetap keukeuh mempertahankan posisi mobil mereka.

My True LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang