Reina POV
Aku menghempaskan tubuhku di sofa coklat ini. Setelah memaksa Vino tentunya untuk mengantarkanku ke apart ini dengan ancaman-ancamanku agar ia mau menuruti keinginanku. Hatiku sangat hancur melihat Adrian kembali seperti dulu, dan Rachel ... Sepertinya gadis itu berhasil membuat Adrian berpaling dariku, tapi tidak. Kali ini aku tidak akan diam, seperti saat Dara akhirnya memiliki Vino. Aku ingin memperjuangkan Adrian, aku tidak ingin kehilangan dia. Esok dia akan kembali dan di saat itu aku akan berusaha mungkin mendapatkan hatinya kembali.
***
Dengan cepat aku keluar dari pintu apart dan membawa kotak bekal ini, pintu apart Adrian terbuka. Wajahnya yang sedari tadi bersinar senang, mendadak dingin seakan tak melihat kehadiranku di depannya. "Hai Adrian ... Aku---" ia terus berjalan tanpa memperhatikan aku yang di depannya. Entahlah rasanya aku ingin menangis saja melihat sikapnya. Kualihkan pandanganku darinya, netraku menangkap benda kecil yang tergeletak tepat di depanku, dengan cepat aku mengambilnya. Astaga, ini flashdisk miliknya dan aku tahu semua file di sini adalah file penting untuk presentasi, aku segera menyusulnya secepat yang aku bisa.
Dukk..Sebuah sepeda motor menyerempetku. Tubuhku sedikit terpental beberapa meter, aku merutuki kecerobohanku. Aku meringis kesakitan, "Anda tidak apa-apa?" ujar bapak itu membantuku agar bisa berdiri.
"Maafkan saya yang ceroboh menabrak Anda."
Aku tersenyum lembut kepadanya, pertanda tidak mempermasalahkan hal tersebut setidaknya ia cukup bertanggungjawab. Aku segera bangkit dan mengatakan jika ada pekerjaan mendadak yang harus kuselesaikan. Awalnya, ia akan mengantarkanku tetapi aku menolaknya keras, akibatnya aku berjalan pincang menahan sakit di bagian lututku.
Sesampainya di kantor aku juga tak lekas bertemu dengan Adrian, seorang resepsionis mencegatku. "Maaf Nona Reina, Tuan Adrian melarang Anda memasuki ruangannya. Katanya, Anda bisa bekerja kembali di perusahaan Pak Vino," ujarnya.Sebencinya itu kah ia? Itu tidak penting, yang terpenting adalah benda ini sampai di tangan Adrian. "Baik, baiklah ... Tapi, tolong aku titip ini untuk Adrian, tadi dia menjatuhkan benda ini ... Ini penting untuk pekerjaannya!" gumamku panjang lebar. Perempuan itu mengangguk dan aku segera pergi dari tempat itu.
***
Sampai siang hari aku terus mencari lowongan kerja baru, aku sungguh tak ingin berurusan dengan Vino lagi. Aku inginkan lembaran baru dalam hidupku, saat itu terasa begitu melelahkan sampai tak melihat jalanan di sampingku.Tiiiin ...
Sebuah klakson mobil mengejutkan lamunanku aku menoleh ke arah mobil itu, Adrian ... Lelaki itu bersama Rachel sempat kulihat tatapan matanya yang begitu terkejut melihatku, namun segera terganti dengan tatapan dinginnya. Ia menjalankan mobilnya lagi tanpa memperhatikan kondisiku yang masih berdiri kaku melihatnya.
***
"Jangan kerja seperti ini Rein, aku dan Axel bisa mencarikanmu pekerjaan. Kau tadi pagi saja sudah kesrempet sepeda motor hanya untuk mengantarkan flashdisk sialan itu!" geram Diandra.Aku melongo mendengarnya, jadi Diandra tahu. Ya, akhirnya aku mendapatkan pekerjaan baruku walau harus menjadi tukang cuci dan cleaning service di sebuah kafe mewah ini tak apa asal jauh dari Vino.
"Jadi, kau tahu?"
"Adrian benar-benar keterlaluan!" Diandra menggebrak meja dengan kesal.
"Apa pun yang terjadi, jangan sampai dia tahu ya? Dia sudah cukup tersiksa karenaku," ucapku tercekat menahan tangisku lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My True Love
RomanceBagaimana perasaanmu jika kau harus rela menjadi yang kedua? Menjadi simpanan seorang pria yang kau cintai? Tak sepenuhnya menjadi simpanan itu salah, aku sama dengan kalian seorang wanita yang selalu berharap dapat menemukan cinta sejatinya ....