"Adrian ... Tante Dessy ya?" seorang memotong ucapan Adrian. Gadis itu sangat cantik, rambutnya dikuncir kuda dengan warna pirang kecokelatan. Ia berjalan ke arah meja kami, sedetik suasana menjadi hening. Kulihat wajah Tante Dessy memucat dan Adrian? Seperti orang yang baru saja melihat setan.
"Eh Rachel kenapa bisa ada di Indonesia?"
Oh, jadi gadis ini yang bernama Rachel yang sempat membuat Adrian berubah? Gadis yang dipanggil Rachel ini tersenyum manis ke arah tante Dessy.
"Iya Tan, kuliah lagi libur tiga bulan daripada nggak ada kerjaan di Amsterdam mending balik ke Indonesia. Lagipula butik Mama tidak ada yang mengurus," ucapnya masih menyunggingkan senyumnya.
Sungguh ia tampak seperti Dewi Kebajikan jika saja rambutnya digerai, pantas saja Adrian dibuat frustasi ketika ditinggalkannya.
"Hai Adrian, kau sudah lama tidak ke Amsterdam. Apakah kau tak merindukanku, sahabatmu ini?" Adrian memandanginya sangsi.
"Cih, merindukan gadis jelek sepertimu? Aku sih tidak sudi!" kulihat wajah Rachel, gadis itu mengerucutkan bibirnya.
"Kau tidak berubah dari dulu selalu saja mengataiku jelek, sekarang rambutku kan sudah panjang?!"
"Sudah-sudah! Reina, kenalkan ini Rachel," ucap Tante Dessy, Rachel menatapku skeptis tampak menilai penampilanku."Hai Rachel, namaku Reina. Salam kenal," ucapku mengulurkan tangan kananku, ia membalas senyumku dan menerima uluran tanganku.
"Iya Reina, aku Rachel mantan sekaligus sahabat Adrian," tidak perlu dijelaskan pun aku sudah tahu!
"Dan, Reina ini kekasih Adrian. Sebentar lagi mereka akan menikah," sela Tante Dessy, aku cukup senang dengan pembelaannya terhadapku.
"Boleh aku gabung?" tanya Rachel menatap ke arah Adrian.
"Bagaimana Princess?" aku geli dengan panggilan Adrian seakan menganggapku anak kecil.
"Kenapa tidak?" ucapku melemparkan senyum ke arah Rachel. Namun gadis itu tersenyum kecut ke arahku tampak tidak rela.
Kami mulai terhanyut dalam makanan masing-masing hingga Rachel mulai buka suara, "Kau ingat saat SHS dulu Rian? Saat kau menggendongku ke UKS, waktu itu kau panik sekali saat bola basket mengenai kepalaku," Rachel tersenyum bahagia ke arah Adrian."Jangan panggil Rian lagi Rachel, aku tidak suka panggilan itu!" tapi kurasa Rian tidak terlalu buruk. Rachel terkekeh geli melihat wajah Adrian yang kesal.
"Panggil aku Cece seperti dulu aku suka panggilan itu," ucapnya sedikit ... genit(?)
"Itu sudah hampir empat tahun yang lalu lupakan saja!"
"Bagaimana bisa lupa, kau selalu memberiku kenangan indah saat SHS dulu! Apalagi kau yang mengambil first kiss-ku saat kita kehujanan kau ingat? Kau tahu Papa dan Mama tak henti-hentinya memandangi bibirku yang bengkak, aku sangat malu wak---"Brak ....
Aku menggebrak meja ini keras. Hingga bisa kurasakan tatapan pengunjung memandang ke arah meja kami. "Kurasa aku mengganggu di sini, Mama aku pulang dulu," pamitku kemudian berlari keluar restoran.
Kukira kami bisa menjadi teman baik, tapi sikap ularnya itu membuatku jengah! Aku muak dengan sikap Rachel, bahkan ia membahas hal intim tersebut seakan membahas suatu bisnis yang cukup ringan. Ciuman? Dia memang gila bahkan tak sungkan meski ada aku yang bernotabene sebagai 'kekasih' Adrian ada di depan mereka.***
"Kenapa kau diam saja?! Kau tidak menyanggah ucapannya ... Kau biarkan dia melukai perasaanku? Kau tahu Adrian? Di sini sakit!" pekikku memukul dadaku sendiri. Tanpa sadar setetes air mataku jatuh tanpa kumau."Hiks ... hiks ... Bahkan kau tak mengejarku ... Pasti kau senang bisa reuni dengan mantan tersayangmu itu 'kan?" aku tersenyum miris pada masalah cintaku yang tidak ada benarnya ini. Yang satu egois yang satu players.
"Reuni mantan? Memang ada ya?" aku menoleh ke arah belakang terkejut dengan kehadirannya. Dia berjalan mendekatiku."Kenapa kau selalu berpikiran buruk tentangku?" aku mengalihkan muka darinya merasa kesal dengan sikapnya tadi.
"Hei, jangan menangis," ia menarik daguku lembut, jemarinya terulur menuju wajahku dan menghapus air mataku.
"Maaf Rein, aku tidak bermaksud ingin melukai hatimu ... Siapa bilang aku tidak mengikutimu tadi? Kau tidak tahu bahkan aku seperti menjadi penguntit wanita cantik."
Aku masih setia memandangi wajahnya, "Rachel, dia hanya bagian masa laluku dan dia memang suka begitu saat melihat aku punya kekasih dan kumohon jangan dengarkan ucapannya. Percayalah hanya kau yang sekarang ada di hatiku, kau yang berdiri di depanku bukan dia."
"So, please don't crying again ..." ucapnya mengecup bibirku lembut.
***
Pemandangan di depannya sungguh menyakitkan hati. Dilihatnya kedua pasangan yang tengah bercumbu mesra itu, ingin rasanya ia mencabik-cabik wajah Reina yang telah merebut Adriannya. Bahkan Adrian tak menanyakan untuk apa ia datang jauh-jauh kemari, sungguh Rachel ingin menangis saja mengingat kejadian di restoran tadi.
Reina tengah berlari keluar dari restoran, bahkan gadis itu tak mempedulikan semua barang-barang yang masih tertinggal di meja itu. "Reina!!" pekik Adrian ingin berlari mengejar gadisnya. Namun tangannya dicekal oleh seseorang."Adrian, biarkan saja dulu ia menenangkan perasaannya ... Labil sekali pacarmu itu!" ucap Rachel tidak suka.
"Lepas!" ujar Adrian dingin.
"Big no! Aku jauh-jauh ke sini dan kamu ninggalin aku gitu aja di sini?!"
Seluruh pasang mata memandang ke arah Rachel dengan tatapan mengejek. Ia sudah seperti seorang yang ditolak cintanya mentah-mentah oleh seorang pria dan sungguh malangnya lagi ia malah disiram minuman dingin langsung ke pakaian bermerknya. Poor Rachel....
"Jangan pernah ganggu hubungan aku dan Reina!" Adrian berlari mengejar Reina.
"Rachel maafkan Adrian ya?" ucap Dessy yang membantu Rachel membereskan noda di bajunya."Tante lihat saja aku akan merebut Adrian lagi! Aku akan buat Reina sialan itu menderita!" ancam Rachel yang langsung berlari pergi tak ia hiraukan lagi tatapan ejekan itu.
Betapa malunya ia diperlakukan begitu oleh Adrian dan Rachel tahu penyebabnya adalah gadis itu. Padahal selama ini Adrianlah yang melindunginya dari perbuatan-perbuatan jahat orang-orang sekitarnya. Ya, dulu ia pernah menjadi korban bullying di sekolahnya dan pangeran berkudanya datang, Vino yang pertama kali menolongnya dan semenjak itu ia jatuh cinta kepada Vino.
Namun lelaki itu tak sedikitpun meliriknya hingga Adrian merasa iba dengan dirinya. Rachel saat itu tidak memiliki perasaan berlebih pada Adrian bahkan hingga mereka berpacaran pun Rachel selalu membayangkan jika Adrian adalah sosok Vino.
Betapa ia merutuki kebodohannya dulu semudah itu meninggalkan orang yang tulus mencintainya dan kini Rachel berniat memperbaiki segalanya, namun sepertinya Tuhan menghukumnya karena telah mempermainkan perasaan orang yang tak bersalah. Adriannya telah diambil Reina. Dilihatnya lagi kedua pasangan di depannya itu, kini Adrian memeluk gadis itu erat."Adrian, aku rindu menjadi posisi Reina ..." gumamnya pelan. Rachel menghapus air mata yang menggenangi kelopak mata dengan bulu lentik itu.
"Aku harus memperjuangkannya! Kamu sudah cukup berjuang Adrian saatnya aku yang mengejarmu." Rachel pun berlari menuju parkiran mengabaikan penampilannya yang kacau.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My True Love
RomanceBagaimana perasaanmu jika kau harus rela menjadi yang kedua? Menjadi simpanan seorang pria yang kau cintai? Tak sepenuhnya menjadi simpanan itu salah, aku sama dengan kalian seorang wanita yang selalu berharap dapat menemukan cinta sejatinya ....